Part 26. Bukan Pacar

294 17 1
                                    

Albi berlari menuju gerbang depan sekolahnya, meninggalkan Ciko yang mungkin saja saat ini ikut panik.

Dia benar-benar khawatir jika Cana akan dihadang Erga. Cowok itu tidak akan main-main meskipun dengan cewek sekalipun.

Dan hal yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Dia melihat Cana tengah dihadang Erga bahkan dia tengah mencengkeram tangan Cana. Saat itu, emosi Albi langsung meluap, ditambah melihat Cana yang tengah kesakitan karena cengkeraman tangan Erga.

"WOI!" teriak Albi.

Semua langsung menoleh ke arahnya.

"Hooo, akhirnya kamu muncul juga, Albi?" ujar Erga sambil mengeluarkan smirknya.

Albi tidak menyahut lagi, dia mulai berjalan dengan tenang menghampiri Erga dan Cana. Meskipun terlihat dengan wajah tenang, namun Cana dapat merasakan bagaimana dingin dan marahnya Albi saat ini. Cana tidak pernah melihat Albi semarah itu. Biasanya dia hanya melihat Albi yang pendiam dan tenang.

"Lepaskan dia!" suruh Albi masih berusaha tenang tapi kata-katanya penuh penekanan.

"Aaah, jadi kamu akhirnya mau menemuiku setelah aku mengganggunya?" sahut Erga.

"Aku bilang lepaskan!" marah Albi yang seketika langsung melepas paksa tangan Cana dari cengkeraman Erga.

Albi beralih berdiri di depan Cana, sedang Erga masih saja mengeluarkan smirknya. Dia akhirnya bisa bertemu dengan Albi. Cana yang dibelakang Albi hanya bisa diam sambil mengelus tangannya yang sakit. Dia tidak tahu harus berbuat apa karena semua cowok di depannya terlihat menakutkan. Mungkin sebenarnya Albi harusnya tidak terlihat menakutkan di mata Cana, tapi ternyata Albi tetap saja menakutkan saat marah seperti sekarang.

"Hai Albi, lama tidak bertemu ya," sapa dua cowok yang sedari tadi hanya di belakang Erga. "Masih ingat kami kan?"

Albi menatap ke arah mereka.

"Hans, Side!"

"Waah, ternyata masih ingat. Aku pikir kamu orang yang melupakan teman," sahut Hans.

"Aku tidak ingat kita pernah bilang berteman," sahut Albi.

"Oh, ngomong-ngomong, aku baru tahu kalau kamu akhirnya bisa jatuh cinta juga. Aku tidak pernah sekalipun melihatmu dekat dengan cewek sebelumnya," ujar Erga. "Jadi tipe cewek yang kamu sukai seperti dia? Hmmm, dia manis juga lhoh. Kenalin dong, haha," ujar Erga.

"Tutup mulutmu itu!" marah Albi.

"Kamu bisa semarah itu hanya karena seorang cewek? Wah, wah, sepertinya kamu benar sedang jatuh cinta. Padahal biasanya kami itu cueknya setengah mati, ice prince," ujar Erga sambil mendekat ke arah Albi. "Hei, apa dia pacarmu? Aku belum pernah sama sekali melihatmu semarah ini. Pasti dia orang yang sangat penting bagimu kan?" kejar Erga.

Albi tidak menyahut, dia masih berdiri di depan Cana berusaha melindungi gadis itu dari Erga.

"Kamu pacarnya Albi ya? Pantas saja aku mintai tolong mencarikan Albi tidak mau," ujar Erga lalu tertawa pelan.

Albi melirik sesaat ke arah Cana, gadis itu terlihat sedikit gemetar karena ketakutan.

"Hei, kamu pacarnya Albi?" tanya Erga lagi pada Cana karena sesari tadi Cana diam saja.

"Dia bukan pacarku!" sahut Albi tegas dan itu langsung membuat Cana terdiam. Cana melirik sesaat ke arah Albi.

"Kenapa Kak Albi bicara dengan nada keras? Nada bicaranya seolah dia tidak menginginkanku untuk menjadi pacarnya."

"Hm? Lalu kenapa kamu bisa semarah itu hanya karena aku mengganggunya? Ah, atau jangan-jangan kalian masih dalam tahap pendekatan? Status pacaran juga tidak penting sih, yang penting kan perasaan, haha," sahut Erga diikuti tawa kedua temannya.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang