Pavo, Ruki dan Beni berhasil mengikuti kemana arah Erga membawa Albi pergi. Ke sebuah lorong yang dulunya mereka gunakan untuk memukuli Albi. Di sana juga sudah ada Side dan Hans.
"Aku pikir kamu masih akan menggunakan Cana untuk memanasiku. Apa kamu sudah menyadari kalau itu sia-sia dan sekarang kamu mau berurusan denganku lagi?" ujar Albi sambil mengeluarkan smirknya.
Erga tidak menyahut. Dia masih kesal dengan perlakuan Ray kemarin. Dia berusaha membela Ray dan membalaskan kelakuan Albi yang sudah mencelakakan sahabatnya sendiri. Tapi malah dirinya yang kena marah Ray.
"Sepertinya kamu bahagia sekali Cana sudah tidak akan aku ganggu. Tapi bagaimana ya? Sayangnya aku jadi tertarik dengan gadis itu. Jadi aku akan terus menemuinya. Kamu berusaha cuek aku menggoda Cana, tapi aku tahu kamu menyukainya. Jadi berhentilah bersandiwara. Untuk apa kamu sok-sokan diam, padahal kamu juga sedang menahan emosi, haha," tawa Erga yang membuat Albi langsung mengepalkan tangannya kuat meskipun wajahnya tetap berusaha tenang. "Kamu kesal kan? Seseorang yang kamu sayangi akan terluka, begitupun juga kami. Kami tidak bisa membiarkan sahabat kami terluka begitu saja sedang seseorang yang melukainya justru hidup bahagia," tambah Erga yang langsung melayangkan kepalan tangannya ke arah Albi dengan penuh emosi.
Albi langsung menghindar dengan cepat.
"Pukulanmu mudah ditebak," ucap Albi dengan tenang.
Erga hanya tersenyum sesaat. Sedang Side dan Hans sudah bersiap di sisi lain berjaga-jaga jika Erga mulai kewalahan menghadapi Albi seperti dulu saat Albi suka mengamuk memukul dan tidak berhenti jika tidak ada teman yang menghentikannya.
"Ck, apa sekarang kerjaanmu hanya menghindar? Mana Albi yang dulu suka memukuli orang tanpa henti, huh?!" pancing Erga.
"Albi yang dulu sedang tertidur. Jadi jangan memancingnya untuk bangun," ujar Albi sambil tersenyum dan mulai menghindari beberapa serangan Erga.
BUG!
Hans dengan cepat langsung menendang pinggang Albi dari belakang membuat cowok itu langsung hilang keseimbangan dan hampir saja dia terjatuh, tapi dengan cepat dia langsung menjaga keseimbangannya. Albi langsung menatap Hans dengan tajam.
"Dengar, aku sudah memperingatkan kalian untuk tidak memancing emosiku. Aku sedang dalam mood yang tidak baik, dan kalian malah melawanku dengan keroyokan?" kesal Albi tapi masih sempat mengeluarkan smirknya sesaat.
Jujur saja karena perkataan Erga yang akan tetap mendekati Cana membuatnya sangat kesal meskipun dia berusaha menahannya. Ditambah dia paling kesal jika ada yang menyerangnya dari belakang.
Erga sudah tidak mau mendengarkan perkataan Albi lagi. Dia langsung mencengkeram kerah baju Albi dan mulai melayangkan kepalan tangannya pada Albi. Dan Albi hanya menatap Erga dengan tajam, menanti apa yang akan dilakukan Erga.
"WOI!" teriak seseorang yang langsung membuat Erga terhenti tepat saat tangannya hampir menyentuh wajah Albi. Semua langsung menoleh ke arah sumber suara dimana Pavo tengah berdiri di depan lorong. "Main keroyokan? Nggak gentle banget," ujar Pavo.
Erga hampir mengabaikannya, tapi menyadari dua sosok lain, Ruki dan Beni yang tiba-tiba ikut muncul di belakang Pavo, Erga langsung menyentakkan kerah baju Albi.
"Ck, padahal aku baru saja melihat kilatan matamu yang berapi-api seperti dulu. Sayang sekali sepertinya ada orang lain ikut campur, jadi pembicaraan kita berhenti di sini," ujar Erga. "Tapi lain kali, jangan harap aku akan melepasmu lagi," tambah Erga sambil mengeluarkan smirknya lalu mengambil tas yang tadi sempat dia lempar begitu saja ke sembarang arah. "Ayo pergi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Ficção AdolescenteDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...