Part 21. Bertemu

366 18 0
                                    

Auri berhenti sebentar untuk melihat ke arah yang ditunjuk Albi. Matanya setengah melebar tidak percaya.

"Kak Albi serius? Itu kan…."

"Bus Trans. Hm? Kenapa?" tanya Albi sambil tersenyum melihat reaksi Auri. "Kamu membayangkan apa?"

"Bu-bukan apa-apa kok, hanya saja…."

"Kamu berpikir mobil besar?" tanya Albi lagi. "Kamu pakai mobil yang seukuran tadi saja sudah macet di jalan, mau pakai mobil sebesar apa," ujar Albi. "Lagipula aku belum punya mobil dan aku juga belum punya SIM untuk naik kendaraan, jadi kita naik Bus Trans saja," ujar Albi.

Auri tampak terdiam dengan lesu.

"Naik taksi saja gimana?" usul Auri.

"Lebih murah naik bus," sahut Albi.

"Tapi Kak, ini siang-siang panas," keluh Auri. "Naik taksi saja ya. Aku yang bayarin deh," rengek Auri.

Albi menghela nafasnya sesaat.

"Kamu pasti belum pernah naik Bus Trans ya? Di dalam dingin kok ada AC nya dan nyaman juga. Lagi pula dengan kita naik bus paling nggak sudah ikut ambil bagian mengurangi macet dan polusi juga," ujar Albi. "Tapi kalau kamu mau naik taksi ya sudah nggak papa, tapi aku tetap mau naik bus," ujar Albi lalu segera melangkah menuju halte.

"Kak tunggu!" teriak Auri.

Albi berhenti sesaat. "Kenapa? Mau ikut atau nggak? Kalau mau ikut buruan busnya sudah datang tuh," ujar Albi.

"Emmm, ya udah deh," ujar Auri akhirnya lalu segera menyusul Albi dengan setengah berlari karena langkah cowok di depannya lebih cepat.

***

"Gimana? Panas?" tanya Albi pada Auri yang duduk di depannya.

"Enggak Kak, sejuk," ujar Auri. "Kak Albi nggak duduk?" tanya Auri melihat Albi memilih berdiri.

"Enggak, nanti buat yang lain saja," ujar Albi.

Sepuluh menit perjalanan, tidak ada perbincangan lagi antara Albi dengan Auri. Auri sepertinya juga sudah mulai menikmati pemandangan jalan yang dilewati. Albi tersenyum sesaat lalu segera mengeluarkan headsetnya. Dia mendengarkan lagu yang mengalun sambil melihat ke arah luar.

Sudah 22 menit mereka berjalan.

Albi masih terlihat nyaman menikmati perjalanannya. Namun sesaat kemudian dia langsung benar-benar terdiam melihat ke arah luar. Dia melihat sosok yang tidak asing di matanya. Cowok yang tengah berhenti di pinggir jalan akan menaiki motor besarnya.

"Erga?!" gumam Albi pelan.

Dan entah ada angin apa saat itu juga Erga menatap ke arah bus yang dinaiki Albi. Mereka sama-sama terdiam. Albi yang tersadar segera menutupi kepala dengan kerudung jaketnya.

'Semoga dia tidak melihat,' gumam Albi.

"Kak Albi? Kenapa?" tanya Auri melihat gelagat aneh Albi.

"Hm? Nggak apa-apa kok, cuma sedikit dingin," bohong Albi.

Lima menit kemudian mereka sudah sampai di halte pemberhentian dekat dengan toko buku besar.

Mereka segera turun dan menyeberang jalan raya untuk menuju ke toko buku.

"Kak bentar, aku mau duduk dulu," ucap Auri lalu segera duduk di salah satu kursi kosong kemudian mengibaskan tangannya di depan wajah. "Istirahat sebentar dulu. Di luar panas sekali," ujar Auri.

Albi hanya menghela nafas lalu segera pergi meninggalkan Auri.

"Kak Albi," panggil Auri. Namun dia sudah tidak berniat untuk menyusul Albi dulu karena lelahnya. Dia akan menyusul Albi sebentar lagi.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang