Bab 32. Teman

284 16 2
                                    

"Hah? A-apa maksudnya ini?" tanya Pavo setengah tidak percaya terdiam menatap kertas yang baru saja ditaruh Beni di atas mejanya.

"Maaf, sepeda motormu di bawa polisi. Kemarin helm di motormu hanya satu, jadi hanya aku yang bisa memakainya dan Beni tidak memakai. Karena itu kami di tilang. Dan karena STNK kami tidak membawa, juga tidak ada SIM, makanya motormu yang di bawa," ujar Ruki berusaha tersenyum meminta maaf dengan setengah takut. "Sorry."

Pavo masih terdiam mematung.

"Pa-Pavo?" panggil Beni setengah takut.

Pavo menghela nafasnya meredam marah.

"Sudah nggak papa, biar nanti aku yang ambil. Salahku juga kemarin tidak membawakan STNK pada kalian," ujar Pavo.

"Oke kalau begitu, kami pergi duluan ya. Kamu memang teman terbaik," ujar Ruki. "Daah," pamit mereka yang seketika berwajah riang.

Pavo segera mengambil kertas dari kepolisian dan menyimpan di saku celananya setelah menatap kertas itu cukup lama.

"Cowok yang baik," ucap Albi sambil mengeluarkan smirknya tanpa memalingkan wajahnya sedikitpun dari buku.

"Apa? Mau cari gara-gara lagi?!" marah Pavo yang langsung mendapat tendangan di kakinya dari Cana tanda supaya tidak cari gara-gara.

Albi mengangkat kepalanya menatap ke arah Pavo yang sedang balik menatapnya tajam menghiraukan peringatan Cana.

"Punya teman baik itu bagus, tapi yang ku lihat di hadapanku kamu sepertinya salah bergaul dengan mereka. Mereka membuat motormu masuk ke kantor polisi dan kamu hanya diam saja?"

"Aku yang meminta tolong pada mereka untuk membawakan motorku. Jadi jika itu yang terjadi, aku bisa menerima karena itu konsekuensiku bahwa aku tidak membawakan surat lengkap pada mereka," sahut Pavo.

"Kamu tidak curiga pada mereka? Aku tahu rumah dua temanmu itu. Rumah mereka bukanlah di jalur jalan raya dimana banyak polisi yang berjaga, lalu kenapa bisa mereka di tilang?" ujar Albi. Pavo seketika terdiam. Apa yang dikatakan Albi memang benar, tapi Pavo tidak ingin ambil pusing karena yang memakai kedua teman dekatnya. "Tadinya aku tidak mau ikut campur, tapi karena melihat kepolosanmu dikerjai teman-temanmu aku jadi tidak tahan sendiri."

"Apa maksudmu?" tanya Pavo yang mulai kesal.

"Aku mungkin tidak terlalu mengerti kejadian pada teman-temanmu itu. Tapi aku tadi sekilas mendengar percakapan kedua temanmu saat istirahat pertama. Jika benar dugaanku, motormu itu dibawa main ke kota oleh mereka dan dibawa untuk kebut-kebutan. Ketika mendapatkan motormu, mereka sepertinya cukup bersenang-senang tanpa tahu akibatnya. Yah, walaupun mereka sempat meminta maaf, tapi jujur saja itu tadi hanya seperti basa-basi. Mereka tidak merasa bersalah sedikitpun. Mau ku ceritakan kejadian tadi saat istirahat pertama?" ujar Albi.

Pavo tidak menyahut dan hanya membiarkan Albi bercerita.

(JAM ISTIRAHAT PERTAMA)

Kepulan tipis asap rokok membuat Albi penasaran dan dia mencoba untuk mendekat sedikit ke arah sana. Di sana sudah ada Ruki, Beni dan beberapa anak lainnya yang tengah asyik berbincang dan merokok tanpa takut ketahuan oleh guru karena itu tempat yang cukup strategis. Sesekali juga mereka membicarakan tentang motor milik Pavo.

"Aku dengar kemarin kalian baru saja kena tilang," tanya yang lain.

"Ya, aku kemarin memakai motor Pavo. Ku pikir bisa main ke kota dengan bersenang-senang dulu sebelum kami mengembalikannya. Sial sekali malah kena tilang polisi dan motornya diambil," gerutu Ruki.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang