Part 27. Perasaan Pavo

306 16 1
                                    

Cana sudah menggendong tasnya, tapi dia masih duduk di atas tempat tidurnya. Dia tidak tahu harus bagaimana jika nanti bertemu dengan Albi. Dia sama sekali tidak ingin bertemu Albi.

Terdengar suara pintu membuyarkan lamunan Cana.

"Lhoh, Cana? Kok belum berangkat? Sudah setengah tujuh lebih lhoh," tegur Bu Nia.

Cana melirik jam dindingnya yang sudah menunjukkan pukul 06.40.

"Waaa, Ibu, Cana kesiangan berangkat," panik Cana dan segera keluar. Tapi detik berikutnya dia berbalik untuk menyalami Ibunya. "Aku berangkat!" pamit Cana dan segera berlari keluar.

Bu Nia hanya geleng-geleng kepala meliha anaknya.

"Kirainnya sudah berangkat dari tadi, ternyata masih di kamar."

***

Cana mengayuh sepedanya lebih cepat.

"Bodohnya aku. Hanya gara-gara melamun aku sampai kesiangan," gerutu Cana masih mengayuh sepedanya.

Dia hampir sampai di depan rumah Albi dan dia dapat melihat cowok itu tengah keluar rumah berlarian dengan setengah terpincang karena sambil sesekali membenahi sepatunya untuk menghampiri sepedanya yang sudah terparkir di depan rumah.

"Dipakai dulu sepatunya kenapa sih?!" gerutu Alya yang sepertinya setengah kesal melihat kakaknya yang terlihat ribet sendiri.

"Bawel deh! Udah kesiangan nih," kesal Albi.

"Lagian, dibangunin susah amat, memangnya Kakak tidur jam berapa sih," gerutu Alya.

"Nggak lihat jam. Udah sana berangkat gih, sudah ditungguin Ayah tuh," suruh Albi lalu segera mengayuh sepedanya keluar. Albi setengah terkejut mendapati Cana sampai di depan rumahnya. Mereka sama-sama kesiangan.

Cana yang menyadari ketahuan Albi langsung menatap ke arah depan dan mengayuh sepedanya secepat mungkin tanpa berniat menyapa. Dia sedang tidak ingin bertemu Albi.

Albi hanya menghela nafasnya lalu kembali mengayuh sepedanya mengikuti Cana di belakang.

Dia sudah tidak bisa menyapa seperti biasanya, tidak bisa bertemu dengan gadis itu seperti biasanya. Dia hanya dapat menatap gadis itu dari belakang.

***

Bel istirahat berbunyi.

"Cana, tumben nggak pergi?" tegur Zia sambil memasukkan buku-bukunya.

"Hanya sedang malas," sahut Cana sambil mengeluarkan buku yang dia pinjam dari perpustakaan.

"Kamu sepertinya sedang tidak dalam keadaan baik. Masih kepikiran Kak Albi kemarin ya?" tanya Zia, tapi Cana hanya menggeleng. "Mau ku belikan makanan di kantin?" tawar Zia.

"Nggak usah, nggak apa-apa. Aku cuma kurang tidur," sahut Cana sambil tersenyum. "Sudah sana kalau mau ke kantin, nanti keburu habis tuh makanannya," ujar Cana.

"Lhoh, teman-teman kok pada keluar semua?" tanya Zia melihat semua anak kelasnya pada keluar.

"Ayo kalian ikut juga. Katanya hari ini sedang ada promosi minuman lhoh, jadi kita boleh ambil minuman gratis," ujar Fei.

"Hwah, serius? Ayo Cana," ajak Zia.

"Aku malas keluar nih, kamu saja ya," tolak Cana.

"Ya sudah deh, tapi jangan melamun terus, nanti kesambet setan," goda Zia. Cana hanya mengangguk dan Zia segera keluar.

Cana kembali membaca bukunya, meskipun setengah tidak fokus.

"Aku tidak boleh larut seperti ini. Sebentar lagi akan ujian. Aku harus fokus ke sekolahku. Tidak boleh galau gara-gara cowok. Tidak boleh!" tegas Cana sambil menepuk pipinya keras lalu tersenyum. "Oke, sekarang fokus selesaikan cerita dan belajar," ujar Cana lalu menegakkan bukunya di depan wajah kembali membaca.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang