"Ada apa?" tanya Albi yang saat istirahat ke dua menemui Ciko di depan gerbang belakang.
"Aku sudah melihat dan mendengar kejadian kemarin. Kamu seriusan pacaran sama Auri?" tanya Ciko.
"Menurutmu?" sahut Albi.
"Albi, kamu nggak mikirin perasaan Cana? Kamu nggak lihat ekspresinya Cana gimana waktu tahu kamu pacaran dengan Auri bahkan kamu bilang terserah saat Erga mau mendekati Cana? Aku yakin kamu juga pasti mengetahui kalau Cana menyukaimu kan? Kalian saling suka, terus kenapa kamu melakukannya? Apa kamu tidak berfikir kalau kelakuanmu kemarin itu sudah kelewat jahat buat Cana?!"
"Inginku juga tidak seperti itu. Tapi kalau aku terus dekat dengan Cana, Erga justru akan semakin mengincar Cana. Aku hanya tidak ingin membahayakannya," ujar Albi.
Ciko langsung mencengkeram kerah baju Albi.
"Kalau begitu harusnya sejak awal kamu tidak perlu menyelamatkan gadis itu!" marah Ciko. "Kamu harusnya tidak menolongnya seperti kemarin. Harusnya kamu pergi begitu saja seolah tidak kenal. Bukankah itu yang kamu lakukan dulu saat Erga sedang menginterogasi anak lain yang dianggap dekat denganmu? Dan kamu pura-pura tidak mengenalnya agar Erga tidak mengganggunya lagi. Lalu sekarang apa yang kamu lakukan? Setelah sok menolongnya kamu malah meninggalkan Cana?" marah Ciko.
"Kemarin... aku sangat marah karena Erga menyakiti Cana, jadi tanpa sadar emosiku keluar begitu saja. Aku tidak bisa melihat Cana kesakitan," ujar Albi.
"Kalau begitu harusnya kamu melindunginya sampai akhir, bukannya sok melindungi lalu pergi begitu saja! Bodoh!" kesal Ciko lalu menyentakkan kerah baju Albi.
"Hei, kenapa kamu sangat perhatian dengan Cana?" tanya Albi.
"Kamu ini.... jangan mengalihkan pembicaraan! Dengar ya, aku membahas soal Cana bukan karena aku menyukainya sepertimu! Aku membahas ini karena kamu itu sangat bodoh!" kesal Ciko.
"Heeeh, padahal banyak orang bilang kalau aku pintar," sahut Albi dengan tenangnya.
"Aku bukan bilang otakmu yang bodoh! Tapi tindakanmu itu yang bodoh! Otakmu memang pintar, tapi kalau sudah soal menyukai cewek kamu itu tidak tahu langkah mana yang harus kamu ambil. Bodoh!"
"Kamu sudah bilang bodoh lima kali padaku," sahut Albi lalu tertawa kecil.
"Aku sedang membahas masalah serius! Berhenti bermain-main!" kesal Ciko.
"Aku tahu. Hanya sebentar saja, aku akan segera menjelaskannya pada Cana setelah semua urusanku selesai," ujar Albi.
"Haaah, terserah! Yang jelas aku sudah menasehatimu! Jangan sampai menyesal dengan tindakanmu!" kesal Ciko lalu segera berbalik untuk kembali ke kelas.
Pavo yang berada di balik dinding gedung sekolah dan diam-diam mendengar pembicaraan mereka hanya bisa menghela nafas berat.
'Albi, aku rasa kamu sudah mengambil tindakan yang salah. Ketika aku sudah mulai memperbaiki kesalahanku pada Cana, kamu malah memulai untuk melakukan kesalahan walaupun tidak secara langsung sepertiku. Tapi kalau benar Cana sangat menyukaimu, dia akan lebih terpukul dengan apa yang kamu lakukan. Albi, akulah yang sekarang akan melindunginya.'
***
Albi berjalan menuju ke kelasnya dan berusaha memasang raut wajah seperti biasanya. Walaupun banyak yang dipikirkan.
"Kak Albi," panggil Auri manja lalu memeluk lengan Albi dengan mesra. "Kak Albi darimana?" tanya Auri.
Albi melirik Auri sesaat.
"Auri, tolong lepaskan tanganmu," suruh Albi pelan agar orang lain tidak menyadari kalau Albi sedang menyuruh Auri tidak menyentuhnya karena beberapa siswa menatap ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Roman pour AdolescentsDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...