Part 18. Mencari Dia

381 23 0
                                    

Sekolah mulai sepi, sebagian murid juga sudah pulang. Cana juga baru saja keluar dari pintu gerbangnya. Dia bersiap untuk mengayuh sepeda, namun tiba-tiba saja hujan turun deras. Akhirnya Cana langsung berteduh di salah satu halaman toko yang kebetulan hari itu sedang tutup di depan sekolahnya. Tadinya dia mau kembali masuk ke sekolahan, namun gedung dengan gerbang sekolah jaraknya lebih jauh daripada toko yang ditempatinya sekarang. Jadi, dia urung untuk putar balik ke gedung sekolahnya.

"Hujan," gumam Cana sambil tersenyum memandangi langit yang sebenarnya lumayan cerah.

Hari ini langit sebenarnya sangat cerah, bahkan sedikit panas namun juga sedikit mendung dan turun hujan. Cana sangat menyukai suasana seperti ini.

"Hujan panas, apa akan ada pelangi ya," gumam Cana lagi. Sesaat kemudian dia tampak terdiam.  'Apa Kak Albi naik bus lagi? Apa dia lewat pintu gerbang belakang lagi?' gumam Cana. 'Dan juga, apa maksudnya dia yang sekarang bukan dia sebenarnya?'

Drap! Drap! Drap!

Suara langkah kaki berlari membuyarkan lamunan Cana. Dia segera menoleh ke sisi lain teras toko itu. Mungkin ada yang berteduh juga.

Cana langsung terdiam menyadari siapa yang baru saja berteduh. Mereka tiga cowok yang akhir-akhir ini selalu berdiri di sekitaran sekolah Cana setiap pulang sekolah.

Cana menatap ke arah tiga cowok yang sekarang sedang membersihkan sisa-sisa air hujan dari baju mereka. Sesaat kemudian tampak salah satu dari mereka menoleh ke arah Cana. Cana segera kembali menghadap ke arah jalan sebelum ketahuan kalau sedang menatap mereka.

"Haaah, kenapa harus hujan segala sih," gerutu salah satunya.

"Hei, kita sudah beberapa hari menunggu di sini, dan tidak pernah melihatnya. Kamu yakin dia sekolah di sini?" tanya salah satunya lagi.

"Aku yakin dia sekolah di sini," ujar salah satunya lagi.

Cana lebih memilih diam duduk di bangku yang ada di depan warung itu dan tidak mau menatap ke arah mereka lagi. Dia hanya berharap hujan segera reda dan pulang ke rumah.

Cana mengeluarkan bukunya. Dia tidak ingin waktunya terbuang sia-sia. Jadi dia memutuskan untuk mulai menulis. Cana menatap hujan sesaat lalu segera tersenyum seolah baru saja mendapatkan ide baru. Dia mulai menuliskan ide-idenya. Meskipun di sisi lain ada tiga orang yang tengah ramai sendiri, namun itu tidak terlalu mengganggu Cana karena suara mereka yang lebih teredam dengan adanya hujan.

15 menit berlalu, hujan mulai reda. Namun Cana masih asyik menulis ceritanya. Dia menyelesaikan baris terakhirnya. Tanpa menyadari salah seorang dari mereka tengah menatap ke arahnya.

Cana selesai menulis. Dia segera menutup bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Cana  menoleh sesaat ke arah tiga cowok itu lagi. Namun sesaat kemudian dia langsung memalingkan wajahnya menyadari salah satu dari mereka menatapnya tajam.

Cana cepat-cepat bangkit dari tempat duduknya bersiap untuk pulang meskipun masih hujan rintik-rintik. Siapa sih yang tidak khawatir jika tiba-tiba di beri tatapan tajam, apalagi dengan orang yang belum dikenal. Dia bersiap melangkah keluar.

"Woi cewek!" panggil seseorang yang sedari tadi menatapnya.

Cana melirik sesaat, namun dia tetap meneruskan langkah kakinya pura-pura tidak mendengar.

"Woi, aku memanggilmu!" ucapnya yang seketika sudah menghadang di depan Cana dengan tatapannya yang menurut Cana itu cukup menakutkan. Cana yang sudah hampir keluar dari atap toko itu akhirnya terpaksa berhenti.

Cana menatap cowok itu sesaat lalu cepat-cepat menundukkan pandanganya.

"Maaf, aku tidak tahu," ucap Cana. "Dan… kamu kehujanan," tambah Cana karena cowok itu berdiri di luar atap menghadang Cana.

For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang