Cana mengayuh sepedanya dengan santai. Di pikirannya masih berputar cerita yang ingin diceritakan. Dia setengah melamun, sampai tidak sadar sedang melewati rumah Albi.
"Tumbenan Cana melamun," gumam Albi lalu segera menyusul Cana. "Dor!" Albi menepuk bahu Cana.
"Uwaaah!" teriak Cana terkejut. Hampir saja sepedanya berbelok ke arah parit.
Albi dengan sigap menangkap stang sepeda Cana dan itu berhasil. Mereka mengatur nafas sesaat karena sama-sama terkejut.
"Maaf, maaf," ucap Albi.
"Nggak papa kok kak, ga jadi kecebur juga hehe," sahut Cana. "Makasih."
"Mikirin apa sih? Aku tadi ngagetinnya cuma pelan lhoh," ujar Albi.
"Bukan apa-apa kok," sahut Cana.
"Lhah, Cana? Kamu kenapa?" tanya Naya yang kebetulan lewat juga.
"Naya? Nggak ada apa-apa kok Nay, hehe," bohong Cana.
Naya menoleh sesaat ke arah Albi dan sesaat kemudian tersenyum jahil.
"Cana, aku duluan ya. Mau ada piket," bohong Naya lalu segera pergi duluan.
"Na-Naya! Tunggu!" teriak Cana, tapi percuma saja karena cewek itu sudah pura-pura tidak dengar.
"Mau berangkat bareng?" tawar Albi.
Cana hanya terdiam dengan tidak percaya. Dulu mereka memang sering berangkat bareng, harusnya sudah terbiasa. Tapi perasaan Cana pada Albi sudah bukan hanya kagum lagi seperti dulu. Dia sekarang menyukainya.
Cana tersenyum tanda mengiyakan dan mereka segera berangkat bersama.
"Kemarin tidak ke perpus?" tanya Albi.
"Enggak kak, kemarin pergi ke taman mau cari ide buat menulis, tapi belum dapat," ujar Cana. "Kemarin cuma dapat sedikit nggak jadi dipakai."
"Kenapa nggak coba cari referensi ke perpustakaan? Siapa tahu dapat ide," saran Albi.
"Ah iya. Kenapa nggak terpikir sama sekali ya. Makasih kak," ucap Cana dan Albi hanya tersenyum.
Mereka bersepeda bersama sampai di sekolahan. Sudah lama sekali rasanya mereka tidak berangkat bersama.
***
Setelah memarkir sepeda masing-masing, Cana dan Albi segera keluar ruang parkir.
"WAH!" teriak Cana menyadari Pavo tahu-tahu sudah berdiri di depannya dengan wajah kesal. "Bisa nggak sih nggak muncul tiba-tiba," kesal Cana.
"Kok bisa berangkat bareng dia?" kesal Pavo sambil melirik Albi dan Albi hanya diam dengan tenang.
"Bukan urusanmu. Minggir, mau ke kelas," gerutu Cana lalu segera berjalan melewati Pavo.
"Lhah, katanya suruh minggir kok malah dia yang melewatiku?" gerutu Pavo. "Ini cewek kadang-kadang…."
Pavo segera menoleh ke arah Albi.
"Waah, kamu benar-benar mengincar Cana ku?"
"Cana mu? Hahaha," Albi langsung tertawa. "Memangnya sejak kapan Cana jadi milikmu. Duh, jadi sakit perut," tambah Albi.
Pavo langsung mencengkeram baju Albi. Dia tersenyum sinis sedanh Albi hanya menatap Pavo dengan tenang.
"Kamu inget kata-kataku. Aku dan Cana BE-LUM pernah mengatakan kata PU-TUS," ujar Pavo sambil tersenyum.
Albi masih terdiam, tapi diamnya kali ini karena terkejut.
"Bukannya kamu pacaran dengan Auri?" tanya Albi.
KAMU SEDANG MEMBACA
For You [END]
Teen FictionDulu, aku hanya mampu menatapmu dari kejauhan. Kini aku bisa berdiri di sampingmu, tapi aku tidak pernah mampu menyatakan perasaanku. Aku takut menyakitimu. [Albi] Dulu, aku tidak pernah berani mendekatimu. Aku menyukaimu, tapi aku hanya mampu menat...