CHAPTER 38; AJAIB, ANEH

137K 10K 310
                                    

"Ajaibnya, Bara adalah sebuah keberuntungan dan kesialan yang pas dalam hidup Nanda. Menyadari itu Nanda tertawa. Lucu sekali hidup."

__Ananda Gaby Fredella__

***

Bara lihat Nanda sudah dengan wajah bengisnya, kawan-kawan kalau besok Bara tiada, tolong bilangkan pada dunia kalau Bara sayang Nanda.

"Jadi, aku jelek?"

"Eggak, cantik—"

"Nggak cantik, berarti jelek, kan?"

"Kamu cantik, Sayang." Ternyata Bara dapet bonus dipanggil sayang, jadi senang. Lihat saja senyumnya yang mengembang.

***

Pemirsa yang budiman, ternyata baikan itu sejuk rasanya, lihat saja bagaimana Nanda nyaris disangka gila oleh ketiga kawannya karena tersenyum sepanjang hari. Bukan main memang orang kasmaran.

Hingga bel jam pelajaran terakhir berdentang pun yang mengalihkan Nanda dari senyumnya hanya sebuah tugas langsung kumpulkan yang berbau Kimia.

Saking keras kepalanya ia tidak mau mencontek karena tahu jawaban teman-temannya nyaris ngawur lima puluh persen, si Aphrodite-nya SMA Baruna itu jadi yang terakhir pulang di kelas, mana sadar Nanda kalau ia sudah sendian? Saking seriusnya.

Hingga ia selesai membersihkan seperangkat alat tulisnya, Nanda menoleh ke arah pintu. Demikianlah gadis ayu itu melihat Bara bersandar di daun pintu.

Si Fredella segera bangkit, tanpa kata ia raih kresek di tangan pacarnya. Hingga Bara menggeleng karenanya.

"Ini buat aku, kan?"

"Lebih penting makanan daripada aku?" Bara bisa merajuk juga ternyata, lucu sekali.

Nanda terkekeh kemudian menoleh, ia berkata, "Udah lama nunggunya?"

Membuat Bara menengok waktu dari jam tangan mahalnya. "Kurang lebih, lima belas menit." Karena Bara tadi itu pulang lebih cepat, guru Fisikanya melahirkan.

"Kok nggak dipanggil aja?"

Bara mengeluarkan tangan kirinya dari saku, lalu meraih kresek di tangan Nanda. "Suka aja liat cewek sendiri lagi anteng." Si Adelheid mengusap kening pacarnya yang berkeringat, kemudian membenarkan untaian rambut yang jatuh di sisi wajah gadisnya.

Bagi Nanda sediri, Bara adalah sebuah keajaiban. Ajaibnya, Bara yang ibarat selalu dalam kerumunan malah menemukan Nanda di ujung keterpurukan. Ajaibnya, cowok populer, tampan, dan punya banyak pilihan malah memilih bersama Nanda yang hidupnya selalu berujung sendirian.

Ajaibnya, Bara adalah sebuah keberuntungan dan kesialan yang pas dalam hidup Nanda. Menyadari itu Nanda tertawa. Lucu sekali hidup.

Beberapa kali gadis bersurai panjang itu dengar pekikan, Bara yang berlaku manis pasti seperti tontonan dinosaurus di tengah lapangan sepak bola. Aneh, nyaris punah, dan menarik. Semua pasti mau melihatnya, termasuk cewek yang berlalu lalang di sana.

"Matanya kok merah?" Bara sadar mata Nanda nyaris bengkak sebelah, yang kiri terlihat merah lebih tepatnya.

"Nggak tau, kelilipan kayaknya." Gadis itu kembali mengintip kresek di tangan Bara.

"Mangkanya kalok diajak pergi bareng itu jangan nolak." Bara meraih botol minuman rasa jeruk dari kreseknya, kemudian membukakannya untuk Nanda.

"Bercuma punya kendaran kalok gitu, mau batagornya, Al." Nanda bahkan memperhatikan setiap pergerakan Bara yang membukakan bungkus batagor. Lapar atau doyan?

ALTERO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang