"Cewek banyak, tapi yang gue kangenin Nanda doang. Ternyata orang jatuh cinta bisa selucu itu."
__Aldebara Geril W Adelheid__
***
Namun, Mami juga yang ambil Ayah dari Bunda, Thalia. Apa kamu lupa itu?
"Gue pikirin lagi, sekarang gue cuma mau istirahat."
Untuk permintaan terakhir, Nanda ucapkan, "Hibur gue, ya. Gue mendadak nggak bisa bersenang-senang sendiri."
***
Bara tetap datang. Hanya seperti itu, karena datangnya tidak membawa bahagia untuk Ananda Gaby Fredella, seperti sebelumnya. Hari ini, seperti biasa, di waktu kunjungannya, Aldebara mengetuk pintu rumah kekasihnya.
Tepat saat ponselnya berdering, pemuda Adelheid itu harus menghela napas saat pintu coklat terbuka lebar.
"Masuk." Nanda yang tidak menatapnya, ia berbalik begitu saja membiarkan pintu terbuka.
"Lo mau makan apa—"
"Gue nganterin makan," jawab Bara. Getar ponselnya menggangu sekali.
Nanda di depan matanya menghela napas hampir menyerah dengan keadaan. "Lima belas hari." Nanda tekankan setiap hari yang terlewat Bara bukan penuh miliknya lagi.
"Gue harus pergi—" Kalian perlu tahu bahwa Bara ingin segera pergi karena tidak tahan melihat raut kecewa gadisnya, bukan karena getar ponselnya lebih penting dari Ananda Gaby Fredella.
"Lain kali nggak usah nganterin makan." Kali ini, Nanda yang duduk di meja makan menatap Bara dengan kresek di tangannya. "Karena mungkin gue harus terbiasa tanpa lo lagi."
Bara mendelik, melirik lebih tajam dari silet pada gadisnya. "Ngomong apa lo barusan?"
"Gue harus terbiasa tanpa lo—"
"Jangan main-main, Nanda!" Naik satu oktaf Bara, kepalanya hampir pecah memikirkan ponselnya yang memanggil dan kalimat si Fredella yang memprihatinkan.
"Lo yang main-main. Kenapa seakan gue yang salah di sini?" Nanda bangkit menggebrak meja.
Hidung si Adonis sedang kembang kempis, ia terpejam beberapa saat, sebelum meraih ponsel di sakunya yang ia banting sekuat tenaga kemudian.
Pemuda Adelheid itu berjalan dengan langkah lebar pada gadisnya. Sangat menakutkan wajahnya hingga Nanda gentar dan mundur beberapa langkah.
Tangan dengan bisep sederhana itu terangkat. Membuat Nanda terpejam karena terkejut.
Kalian pikir Bara akan memukul pacarnya? Model kekerasan sebelum berumah tangga?
Nyatanya, Bara tidak mungkin menyakiti Nanda dengan sengaja. Pemuda itu meraih pacarnya dalam dekapan beberapa detik. Kemudian meraih telapak tangannya.
Telapak tangan gadisnya yang memerah, itu salah Aldebara. Kalian harus ingatkan Bara setiap kesalahan yang ia lakukan pada Ananda Gaby Fredella, agar ia tidak pernah gelap mata.
Bara usap telapak tangan itu, kemudian ia berkata, "Kan, udah gue bilang, lo boleh egois."
Nanda membuang wajah. "Karena jadi jahat, buat gue merasa semakin buruk saat bareng sama lo."
***
Setelah malam penuh drama itu, keduanya tidak pernah bertemu. Nanda menjauh dari kekasihnya, ia membuat sebuah keputusan besar yang sangat berat, karena Bara.
Pulang ke rumah dengan foto keluarga baru. Ia menuruti nasihat kawan-kawannya yang mengatakan Nanda butuh rumah untuk lebih baik.
Hingga ... saat ini, setiap Fredella satu ini melangkah, orang-orang menoleh berulang kali untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTERO (Completed)
Teen FictionBest cover @prlstuvwxyz. Ini cerita lama rasa baru, alurnya sama tapi ada bedanya. Baca berita noh untuk tahu kelengkapannya. "Woi!" Nanda berusaha mengejar langkah lebar cowok tinggi yang sudah jauh melangkah di hadapannya. Tidak ada tanda-tanda c...