CHAPTER 37; PMS

110K 9.1K 115
                                    

"Hidup itu masalah waktu, bagaimana menarik dan mengulur. Apa yang dikerjakan dengan cepat dan ditunda. Semua ada waktunya. Bedanya, semakin cepat, semakin berkesempatan."

__laju19__

***

Namun, Nanda putuskan untuk berkata, "Nggak, Al."

Bagaimana Nanda bisa nyaman dengan seseorang, bahkan yang saat membuatnya tertawa malah bayangan lain yang ia pikirkan?

"Tapi, kalo lo mau nyerah, ya nyerah aja. Asal lo inget, yang nyerah duluan bukan gue, tapi lo."

Lengkap sekali percakapan mereka terukir di benak Nanda. Sekali lagi, tanpa kata akhirnya Bara nyaris berlalu begitu saja.

Sampai Nanda berkata, "Al!"

***

Katakan jalan cerita ini sangat bodoh, tentang dua orang yang suka tarik ulur perasaan dan hubungan. Itulah Bara dan Nanda yang berjanji menjadi satu, sedangkan dalam hati mereka juga berjanji untuk saling membalas.


Bara melirik jam dinding di ruang belajarnya. Kemudian beralih ke wajah ayu yang sedang menekuni buku di sampingnya, kalau boleh jujur Bara rindu. Belakangan ini ia nyaris tidak pernah lihat Nanda belajar lagi.

Yup, sekali lagi mereka menarik ulur hubungan. Kemarin jauhan sekarang sudah dekatan. Hanya bertahan satu malam marahan? Dasar hubungan murahan. Namun, mereka saling sayang, mau bagaimana kalau demikian? Namanya juga hubungan.

Biar Bara beritakan apa yang membuat mereka bersama kembali.

"Lo udah ngelepasin gue?" Bara semakin gentar dengan keputusannya karena suara Nanda.

"Lo udah dapet cewek baru?" Kalau Bara bisa, ia pasti bahagia. Nyatanya, Bara tersiksa.

Sederhana, hanya sebuah kalimat berbunyi: "Kalau belum ... bisa nggak kita baikan aja?"

Bara jadi gila, ia yang mulanya sudah tegar untuk mengawasi saja jadi sangat ingin memiliki Nanda kembali.

Saat itu Bara melewati tiap dua anak tangga sekaligus untuk segera meraih Nanda dalam pelukan.

Kemudian Nanda juga sempat berkata, "Kok gue malah pilih lo sih, Al? Padahal yang sering bikin gue ketawa itu Adit." Bara sadar Nanda sudah ada rasa, Alhamdulillah ya.

Karenanya mereka ada di ruang yang sama dengan tenang dan terkendali. Bagi Bara memperhatikan Nanda makan adalah sebuah keindahan, apalagi melihatnya sedang serius belajar.

Beruntungnya, hari ini Bara lihat keduanya. Tangan kanan gadis cantik itu yang bergantian tugas antara menulis dan meraih kentang goreng.

Bibirnya yang lembap berdecap nikmat atas makanan yang tidak seberapa, Bara bahagia melihatnya.

Bara gelagapan, seketika sibuk dengan laptop di hadapannya, jemarinya lincah mengetik, karena Nanda tiba-tiba menoleh dengan mata bundarnya yang cantik. Sialan, atas segala pesona yang tidak dapat ditampik. Bara jadi gugup. Ini yang pertama kali.

Sesekali Bara lirik Nanda yang masih menoleh kepadanya, matanya fokus kepada betapa lincahnya jemari Bara mengetik.

Benar, cinta itu buta. Buktinya melihat wajah aneh Nanda melongo saja terpesona, bukannya ilfil atau semacamnya, Bara malah tambah terpesona.

Bara sampai tersenyum sendiri melihat wajah melongo Nanda yang bukan main lucunya.

Namun, saat ia kembali menoleh ke layar laptopnya, Bara segera menekan tombol backspace secepat yang ia bisa sambil meringis ngeri. Cinta juga bodoh.

ALTERO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang