CHAPTER 10;SUAPAN

167K 12.5K 238
                                    

"Bahagia itu sederhana, liat lo makan sambil niru gue aja udah indah."

__Aldebara Geril W Adelheid__

***

Bara kembali terkekeh mendengar penuturan pacarnya.

"Lo kerasukan demit, nih." Nanda sudah bangkit hingga bangkunya ikut terjengkal. Ia menunjuk Bara. "Oi! Lo siapa! Keluar dari pacar gue!" Dengan wajah super lucu yang tidak bisa dijelaskan.

Kemudian Bara yang tertawa semakin kencang karena ekspresi Nanda. Pacarnya ... lucu sekali.

***

"Kak, pacar Kakak dipanggil Mama." Sebuah suara imut yang menyela Bara yang sedang tertawa dan Nanda yang sedang seram-seramnya.

Wajah Nanda semakin pias mendengar suara gadis kecil yang datar itu. Ia menatap bara penuh khawatir, kemudian berkata, "Al—aduh—ngapain nyokap lo manggil gue? Mau sidang? Gimana kalo gue gagal seleksi—"

"Nggak usah lebai, Mama cuma mau minta tolong—"

"Berlian." Adalah Berlian yang menyela, dapat peringatan dari Aldebara.

"Maaf, ayo cepetan."

Karena Bara mengangguk untuknya, maka separuh yakin Nanda mengikuti Berlian yang hilang di balik pintu. Gadis muda itu yang berjalan cepat dikejar oleh Nanda.

"Kenapa sih, keliatannya kagak suka banget sama gue?" Karena sesungguhnya, sedari tadi terselip ganjal akibat tingkah adik kekasihnya, jadi Nanda bertanya.

Berlian diam sementara, saat mereka tepat di tengah anak tangga, ia berkata, "Karena lo, perhatian kakak gue terbagi." Ternyata ada yang lebih posesif dari Ananda Gaby Fredela. "Selain itu, lo nggak kelihatan pantes buat kakak gue." Pedas pula kalimatnya, pemirsa yang budiman.

Nanda menipiskan bibirnya, ia tahu pasti akan terjadi seperti ini. Siapa sih, yang akan mengatakan tapilan Nanda hari ini cocok untuk dikenalkan dengan keluarga? Cuma Aldebara, otak cowok itu memang aneh.

Namun ... "Bunda gue pernah bilang, kesan pertama memang membekas, tapi untuk tahu dalamnya orang harus kenal dulu." Karenanya Nanda mengatak itu pada Berlian agar ia ikut membuktikan apa kata bundanya.

"Ngomong lagi setelah buktiin nggak cuma bisa makan."

Setelahnya, Nanda akan membalas kalau saja suara Azalia yang memanggilnya tidak menyela.

"Sini, kamua suka masak?" Azalia dengan apron itu artian ibu rumah tangga ideal.

"Enggak, Tan." Ia bisa masak, tetapi tidak begitu menyukai kegiatan demikian.

Berlian mendengkus, Nanda dapat mendengarnya kentara sekali saat ia melihat Azalia tersenyum.

Kemudian wanita cantik itu memberi Nanda mandat untuk memotong sayuran.

"Nanda, kamu tahu kalau Bara itu nggak main-main dalam hubungan?" Azalia yang sedang membentuk perkedel bertanya dengan senyum kecil.

Nanda hanya tersenyum, ia tidak tahu jawabannya. Baru kenal sebentar, pendekatannya juga nggak bagus-bagus sekali. Nanda hanya tahu kalau Bara itu diam-diam perhatian.

"Kalau dia memperkenalkan kamu sama Mama, berarti kamu lebih dari spesial."

Ini inti pembicaraannya Bara serius sama Nanda, begitu saja bukan? Kalau begitu jangan diteruskan, karena Nanda tidak mau kata, tetapi fakta. Apalagi, kalau Bara yang menyuruh Azalia untuk berkata.

"Kamu jangan kasih tahu Bara kalau dikasi tahu begini, ya. Bara itu, walau kelihatannya cuek, aslinya jaim banget." Berarti bukan Bara yang menyuruh Azalia untuk menghasutnya.

ALTERO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang