CHAPTER 42; Minus H To End

124K 9.4K 167
                                    

"Untuk sebuah hubungan yang terlaksana berdasarkan percaya, tetapi tidak mampu mengikat, kalian hebat kalau bertahan sampai tamat."

__Laju19__

***

"Maafin aku, aku cemburu tadi."

Manis sekali Ibu Ratu satu ini. Bara peluk Nanda kemudian ia berkata, "Nggak apa-apa, cemburu tanda cinta, kan?"

Berarti, secara tidak langsung Nanda mengakui perasaannya kepada Bara?

Menyadari itu, Bara sengaja mengakui bahwa: "Aku benci ceburu, karena kamu nggak suka aku cemburuan. Tapi ..." Bara hela napasnya, sambil melonggarkan pelukan ia tatap mata gadisnya. "Karena kamu, aku jadi memaklumi sama yang namanya cemburu."

Sekali lagi, bau-bau bucin merajalela.

***

Sejak Bara datang, banyak hal terjadi tidak sesuai jalannya, menurut Nanda. Namun, kenapa masih terasa tepat? Setiap pesakitan, keanehan, dan kebahagian yang ia terima setelah Bara ada, kenapa terasa sangat pas?

Hanya perasaannya atau memang sudah jalannya?

Bahkan sekarang? Saat setiap orang menatapnya yang hanya diam saat Bara berlutut dengan sepasang cincin indah, sulit diartikan perasaannya.

Maka dari itu, Nanda tarik Bara untuk menjauh dari perhatian.

Jujur, Nanda hanya tahu bahwa ia diundang acara keluarga Bara. Cowok itu sendiri tidak menjawab saat ditanyai dalam rangka apa.

Tiba-tiba, di tengah Nanda yang menunggu dimulainya acara, malah ternyata dirinya yang jadi inti acara tersebut.

Nyaris tidak dapat dungkapkan dengan kata-kata, selain: aneh.

"Kenapa?" Harus sekali mereka bertunangan bahkan saat hubungan masih seumur jagung, dua orang tidak wajar yang tiba-tiba akan mengikat sebuah hubungan yang nyaris setara dengan sumpah sebelum nikah?

"Aku serius sama kamu, apa salahnya tunangan?"

Nanda tampilkan senyum miring, apa Bara belum tahu soal ia yang nyaris tidak percaya dengan sebuah ikatan?

Bukan itu kenapa yang Nanda tanyakan. "Kenapa nggak bilang aku dulu?"

"Aku takut ditolak." Dari awal, sampai sekarang, Bara masih tidak cukup percaya diri kalau di hadapannya adalah Nanda. Ia selalu merasa kurang, tidak pantas, dan akan ditolak.

"Orang nikah bisa cerai Bara, apa gunanya tunangan?" Jujur, Nanda belum pernah bersangkut paut dengan orang bercerai, tetapi apa sih artinya menikah? Bahkan untuk menghentikan sebuah rasa yang disebut sakit saja Nanda nyaris tidak mampu.

"Aku mau ke luar negeri."

Kenapa semuanya, merencakan pergi tanpa mempersiapkan Nanda terlebih dahulu? Dulu, Bunda. Sekarang, Bara yang sudah Nanda tandai sebagai satu-satunya.

"Aku nggak mau tunangan." Ia tersenyum kecil untuk mempertegas perasaan. Bahwa rasanya campur aduk. Ia bahkan tidak mampu memikirkan hanya satu hal.

"Itu keputusan kamu?" Nanda mengangguk yakin. "Kenapa?"

"Aku mau percaya, sama kamu, terutama sam diri aku sendiri. Sebuah hubungan itu bisa bertahan tanpa ikatan." Apa masuk akal keinginan seorang remaja seberat itu? Ayolah, berpikir sedikit ringan Nanda. Jangan terlalu jauh mencari jalan keluar.

Bara kerutkan kening. Dalam penjelasan Nanda bahkan yang ia dapat simpulkan hanya Nanda minta putus darinya.

"Lihat Ayah, Al. Bunda itu istrinya, dia bisa lupa. Aku? Anaknya, dia juga lupa. Kenapa kamu? Orang asing yang datang, tiba-tiba kita punya hubungan. Kenapa aku harus percaya kita bisa bertahan?" Bahkan Bara sudha berniat meninggalkan Nanda tanpa dipersiapkan terlebih dahulu.

ALTERO (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang