File 3 : Kapten Baru

12.7K 822 11
                                    

Plak!

Tangan sang atasan menyambut kedatangannya di markas.

"Kemana saja kamu!" maki Kolonel Wahyu.

Rain hanya bisa tertunduk, tidak menyangka atasan bersahaja itu bisa semarah ini.

"S-Saya..."

"Lari keliling 100 putaran!" putus Kolonel Wahyu.

Dengan wajah amat murka, di menunjuk ke arah halaman markas.

Rain tersentak. Kedua matanya terbelalak mendengar instruksi itu.

"Tunggu apa lagi!" bentaknya, ancang-ancang mengepalkan tangan.

"S-Siap Komandan!"

Rain memberi hormat, langsung mulai berlari, sementara Kolonel Wahyu mengawasi.

"Lebih cepat!"

Sambil menyilang kedua tangan, perwira senior itu meneriakinya dari kejauhan.

"Siap, Komandan!" jawab Rain, tak kalah lantang.

Tak sabar menunggu hitungan terakhir, Kolonel Wahyu menghampiri dan menyuruhnya berdiri di posisi tegak.

"Kemana saja kamu?!" makinya.

Tanpa memberinya kesempatan beristirahat atau pun, menjawab dia menendang kaki kanan pemuda itu.

"S-Siap! Izin Komandan, ada keluarga yang menanyakan kabar saya ja-"

"Cukup, tidak usah kamu teruskan!" putus Kolonel Wahyu, "kali ini ku maafkan kau!" lanjutnya.

Pria berkumis itu mondar-mandir. Matanya terlihat menyala-nyala seperti rokok kretek yang dia apit.

"Kamu tahu kenapa aku semarah ini? " tanyanya lagi.

"Izin, tidak komandan!" jawab Rain.

Di depan Rain, Kolonel Wahyu melempar rokoknya yang masih panjang. Sambil menunjuk wajahnya, dia menginjak-injak rokok itu penuh amarah.

"Push up 50 kali!" serunya.

"S-Siap komandan!"

Rain yang masih tersengal-sengal mengambil posisi. Sambil mendecak, dia mulai melanjutkan hukuman yang dijatuhkan padanya.

"Satu! Dua! Tiga! Lima!"

"Hitung yang benar!"

"Enam, tujuh!"

"Ulangi dari awal!"

Rain mendesah, mengulangi lagi hitungannya dari awal.

"Satu! Dua! Tiga! Empat..."

"Di Jalan Sawo Mentah ada insiden! Dan kamu telat lima belas menit dari jatah istirahat!"

Sambil mondar-mandir, Kolonel Wahyu menjelaskan situasi yang menyebabkannya menjadi sangat murka.

"Bukan sawo mateng?"

Rain cengar-cengir, berpikir semua nama jalan di Distrik 17 sangat lucu.

"Kenapa senyum-senyum?"

"Dua puluh lima, dua puluh enam! Izin, Komandan saya hanya teringat perkataan tante saya tadi!" jawabnya, pura-pura melaksanakan hukuman dengan sungguh-sungguh.

"Berhenti!"

Kolonel Wahyu melotot, memaksanya menahan badan,

"Sandiwara itu, mau sampai kapan kamu teruskan!?" omelnya.

Rain hanya diam, menahan kedua lengannya yang mulai terasa pegal.

"Kamu pikir, aku tidak tahu, hm?" tuding Kolonel Wahyu.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang