File 23 : Buang Joker

5.2K 485 29
                                    

Rain terkejut. Ternyata mereka berdua memakai seragam berlogo pohon beringin.

"Izin, jadi anda yang mengirim sinyal bantuan, dengan melakukan 17 kali sambungan?" tanyanya.

"Benar!"

Rain mengangguk begitu sumringah.

"Siap, Pak Kapoldis khawatir akan keselamatan anda, dan meminta kami segera mendatangi distrik 14."

Si Botak itu?

Rain semakin kaget. Rupanya ia bukannya iseng memainkan saluran komunikasi. 16 kali buka tutup saluran, sebelum menyatakan pesan merupakan isyarat pada distrik 17. Pesan pertama yang ia katakan adalah, gambaran kasar keadaannya saat itu.

"Izin, 16 kali buka tutup saluran sebelum pesan itu, jika dijumlahkan saluran pesan, berarti 17, dan pesan pertama yang dikatakan adalah, meyde," jelas Si Prajurit, "saat itu, salah seorang unit Lantas kebetulan sedang berada di Distrik 16, sehingga menangkap sinyal panggilan anda. Dia kemudian menyampaikannya kepada markas," lanjutnya.

"Apa tanggapan Pak Wahyu?" tanya Rain.

"Siap, Pak Wahyu berpendapat, anda sedang dalam bahaya," jawabnya.

Rain senyum. Ia berpikir, mungkin itu adalah karma. Sebelum pergi, dia sempat meminta surat jalan, tapi sayangnya tidak diberikan. Walaupun demukian, pemuda itu ngeyel, pergi membawa salah satu mobil patroli.

Ia merasa sangat beruntung. Keberuntungannya tahun ini mungkin sudah habis terpakai. Radius yang bisa dijangkau radio komunikasi cukup terbatas. Kalau tak ada yang berpatroli, tidak mungkin pesan itu sampai ke markas.

Kemungkinan, seseorang menyadari kepergiannya, atau mereka sadar melalui jumlah mobil patroli yang tidak lengkap. Apa pun, itu Rain sangat senang. Matanya berbinar. Sebuah rencana langsung teranyam rapi, di benaknya yang sempat layu.

"Kamu bisa mengemudi?" tanyanya.

"Ya kalau tidak, bagaimana kami sampai ke sini, izin!" jawabnya.

"Bagus, kalau begitu kita bertukar!"

Rain masuk lewat belakang. Ia mulai menjelaskan rencana.

Setelah mereka semua paham akan peran masing-masing, salah seorang keluar dari mobil patroli. Masuk ke mobilnya. Prajurit itu terlihat kaget melihat kerusakan mobil, tapi dia menahan diri.

"Ini akan berbahaya!" peringat Rain.

"Izin, saya cuman harus ikut berbaris di antara kemacetan, kan?" tanyanya.

"Aku peringatkan, kamu bisa saja mati!" tandas Rain.

Prajurit itu menelan ludah. Hembusan angin menerpa tubuhnya. Asap dari luar masuk begitu mudah. Mobil pabrikan negeri sakura bercat hitam di depannya pun, kelihatan sangat jelas. Rupanya, kaca depan mobil sudah hancur. Ada begitu banyak bekas tembakan di kursi kemudi. Terdapat pula bekas darah di sekitar setir dan karpet mobil.

Sebelum masuk, dia juga melihat keadaan bemper depan yang sangat mengenaskan. Ia membayangkan, mengendarai mobil aneh ini dari markas Distrik 14.

Mungkin seperti naik motor, pikirnya.

"Izin, senjata apa yang mereka gunakan, Komandan?" tanya Si Prajurit.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang