File 5 : Tangan Berbulu Si Pria Misterius

8.7K 748 35
                                    

"Kalau pada akhirnya tidak tahu apa-apa, lebih baik diam!" tandas Kapten Wawan.

"Kenapa tidak kamu katakan itu pada dirimu sendiri?"

Rain hanya mendesah. Dalam hati merefleksikan kembali kata-kata itu.

"Lihat kaki korban!"

Dia menunjuk mayat lagi, tidak mengindahkan nasihat Kapten Wawan.

"Biasa saja, hanya ada gumpalan tanah di sana!"

Kapten Wawan mendengus.

"Itu poin aneh pertama! Kenapa ada banyak sekali tanah di kakinya, padahal lokasi sekeliling ditutupi daun kering?" ujar Rain, "TKP merupakan pertigaan, yang mana salah satunya menuju pemukiman," imbuhnya.

"Apanya yang aneh?" heran Kapten Wawan, "aku yang gila atau otakmu yang, bagaimana? Mereka bekerja di ladang, apa yang salah dari itu?!" imbuhnya.

"Jalur utama itu bebatuan terjal, sementara area sekeliling dipenuhi daun bambu. Lantas dari mana tanah itu berasal?" Rain.

"Kamu lihat sendiri, bukan dia tidak mengenakan alas kaki?"

"Oh, itu logika anda? Terus kenapa tidak ada jejak kaki di atas dedaunan sekitar?"

Kapten Wawan mengernyitkan dahi, mulai ikut bingung. Posisi mayat berada tepat di titik pertigaan. Satu mengarah ke pemukiman, satu mengarah ke ladang, dan yang terakhir mengarah ke jalur utama.

Seperti yang Rain katakan, jalur utama merupakan bebatuan, sementara arah menuju pemukiman dipenuhi daun bambu. Melihat kaki korban yang penuh tanah, bisa disimpulkan kalau jalan utama, maupun jalur pemukiman bukanlah rute yang dia ambil.

"Itu ada jejak kaki!"

Kapten Wawan menunjuk arah utara, ya jalur menuju ladang.

Rutenya masih berupa tanah, dan terdapat sejumlah jejak kaki. Karena memang jalur yang rutin dilalui, sampah dan dedaunan secara alami cuman berserakan di pinggiran saja.

"Pasti dia baru pulang, kamu saja yang kurang teliti!" tudingnya.

"Anda benar, ada jejak kaki di sana," angguk Rain, "tapi anda perlu melihat sendiri, bagaimana bentuk jejak kaki itu!" lanjutnya.

"Untuk apa lagi?"

Kapten Wawan yang tadinya senyum, cemberut.

"Lebih baik anda lihat sendiri!" tandas Rain, menolak menjelaskan.

Terpaksa ia pun, memeriksa.

Jelas-jelas ada jejak kaki, kok, pikirnya.

Ia memperhatikan tanah yang amblas itu, seraya mengingat-ingat poin yang dipermasalahkan Rain. Bentuk.

"Ini..."

Kapten Wawan seketika menoleh.

"Siapa yang bertanggungjawab soal TKP?"

Ia menghampiri rekan-rekannya.

"Ada apa, komandan, izin?" tanya seorang anggota.

"Kamu yakin, lokasi ini steril?" tanyanya.

"Siap, yakin, komandan!" jawabnya, "lima belas menit setelah mendapat laporan, kami segera datang dan menutup semua akses," lanjutnya, menerangkan.

"Saksi, kalian sudah menanyainya juga?" Kapten Wawan.

"Siap, sudah, Komandan!"

"Apa kesaksiannya?!"

"Lapor, saat berangkat menuju ke ladang, dia menemukan mayat korban sudah tergeletak di pertigaan! Kebetulan Tono, salah seorang anggota kita adalah tetangga saksi, dan tengah dalam perjalanan berangkat ke markas. Mereka berpapasan di jalan, dan dia segera mengamankan TKP, sementara kami ke sini."

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang