File 26 : Kamus Berlubang

5.1K 479 37
                                    

Kolonel Wahyu menatap Letnan Rendi. Ia sangat yakin, mereka berdua memiliki kedekatan. Dia juga salah satu sosok penting di divisi intel. Faktor-faktor itulah yang menjadi alasan penunjukannya.

"Segera siapkan gugatan militer!" serunya.

Letnan Rendi memberi hormat. Ia sudah sangat siap melaksanakan perintah, tapi Rain punya rencana lain.

"Izin, saat ini kita tidak boleh mengambil kartu apa pun, yang mereka mainkan," ujarnya, menggelengkan kepala.

"Apa maksudmu?!" protes Kolonel Wahyu.

"Siap, kita semua tahu, saya mendatangi mereka duluan," ujarnya, "mereka pasti akan menggunakan itu untuk memutar balikkan fakta," lanjutnya.

"Memutar balikkan fakta?" gumam Kolonel Wahyu.

"Izin, pertahanan diri, maksudnya?" sahut Sersan Agus.

"Benar!" angguk Rain.

Itulah kenapa dia menggunakan istilah ¹buang joker, pikirnya.

"Enak saja, kita punya bukti medis dan peluru!" sanggah Kolonel Wahyu.

"Meskipun begitu, alasan itu cukup kuat untuk membawa kasus ini, sampai ke tingkat tertinggi, izin!" ujar Rain.

"Kenapa kamu yakin sekali, kita akan kalah?" Kolonel Wahyu.

"Tidak, saya yakin kita akan memenangkan kasus, tapi kita akan kalah secara keseluruhan, kalau sampai terlalu banyak kehilangan waktu, izin."

"Maksudmu?"

"Ketika saya berada di sana, saya memasang perangkap, dan mereka terkena perangkap itu," jelas Rain, "intinya, sejak awal, mereka memang berencana membunuh saya, izin!" lanjutnya.

Kolonel Wahyu mencengkeram dagu. Ia teringat kasus keracunan yang juga melibatkan Rain. Itu berarti, tujuan mereka memang tidak berubah, tapi tindakan mereka semakin sembrono. Hal itu jelas membuatnya merasa heran.

"Kenapa mereka terus berusaha membunuhmu?" tanyanya.

"Siap, alasan pastinya saya belum yakin!" jawab Rain, "yang jelas, mereka bahkan, berani secara terang-terangan menembaki saya di siang bolong," lanjutnya.

Kolonel Wahyu mengernyitkan dahi. Apa yang dia dengar kedengaran sangat janggal. Ia merasa, tindakan mereka terasa begitu kontras.

"Kenapa mereka jadi melakukannya secara terang-terangan begini?" tanyanya.

"Mereka pasti sangat percaya diri, sekali pun, rencana mereka gagal. Buktinya mereka tidak berusaha mengejar saya, setelah lolos perbatasan," jawab Rain, "untungnya, mereka terlalu pengecut untuk melaksanakannya di dalam sel," imbuhnya.

"Para tahanan!" sahut Letnan Rendi.

Sontak, semua orang pun, menatapnya.

"Mereka semua menyaksikan semuanya, izin!" lanjutnya, menundukkan kepala kepada Kolonel Wahyu.

"Ya, terlalu banyak saksi," ujar Kolonel Wahyu, "kamu adalah seorang perwira. Pusat tidak akan tinggal diam kalau sampai terjadi apa-apa kepadamu. Mereka pasti akan didakwa, karena pembunuhan berencana, kalau sampai mereka bertindak," lanjutnya.

Mendengar itu, Letnan Rendi langsung menatap Rain. Tampaknya, ia menyadari sesuatu.

"Justru itulah yang mereka hindari?" gumamnya.

"Pembunuhan berencana adalah tindak pidana dengan ancaman hukuman tertinggi," angguk Rain.

Kolonel Wahyu terdiam, sejenak berpikir ulang. Ia memperhatikan Rain dan Letnan Rendi. Kelihatannya, mereka berdua sudah sepaham.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang