File 10 : Benang tak Terlihat

6.5K 621 13
                                    

Korban pertama tali penjerat merupakan seorang wanita paruh baya. Wanita itu tewas secara tragis dengan cara digantung, di jembatan. Terdapat bekas luka di sejumlah bagian tubuh, serta bekas jeratan di kedua tangan dan kaki. Ditemukan pula bekas luka trauma di kepala korban, sehingga diperkirakan ia dipukul hingga tidak sadarkan diri, sebelum ditangkap dan disiksa.

Setelah puas menyiksa, pelaku mencekik korban sampai mati, dan mayatnya digantung di jembatan. Tidak banyak saksi mata yang bisa ditemukan, sehingga para anggota berasumsi, pelaku beraksi di malam hari. Kemungkinan, ia melancarkan aksi antara jam 11 malam, hingga pukul 2 dini hari.

Korban kedua merupakan seorang pemuda bertato yang dikenal pembuat onar. Di lapas, dia merupakan pesuruh sipir penjara, dan sering keluar masuk penjara. Tak banyak yang tahu, apa yang sipir minta ia lakukan.

Perangai buruknya sempat membuatnya disangka korban primus, tapi mayatnya ditemukan menggantung, di tempat yang sama. Hal ini sekaligus mematahkan dugaan itu, karena korban primus kebanyakan mati tertembak. Apalagi, ditemukan sejumlah bekas siksaan yang sama, di tubuh korban.

Selang beberapa hari, ditemukan lagi dua orang anak yang tewas digantung, di tempat yang sama. Ditemukan luka tusuk di perut salah seorang anak, dan sejumlah luka lebam. Namun, tidak ditemukan tanda-tanda penyiksaan ekstrem, seperti dua kejadian sebelumnya.

Akibat serentetan kejadian mengerikan itu, lokasi TKP menjadi sangat mencekam, sampai-sampai tak banyak kendaraan berani lewat, khusunya di malam hari. Warga sekitar, bahkan selalu menerapkan ronda, tapi aksi pembunuhan serupa malah semakin menjadi-jadi.
...

Mana ada orang waras yang mau membunuh di lokasi yang sama, hingga belasan kali, kecuali jika pelaku merupakan psikopat?

Rain mempertanyakan pendapat Kapoldistrik.

"Namun jika bukan, lantas apa? Mengapa selalu lokasi itu, kenapa juga dia begitu ngotot?" pikirnya.

"Wanita korban pertama itu siapa?"

Ia bertanya pada ada Letnan Andi.

"Seorang penjual nasi di dekat penjara," jawabnya.

"Penjara!?"

Rain terlihat kaget.

Ia mencoba menghubungkan itu dengan pembunuhan kedua, tapi rasanya semua itu begitu acak. Apalagi, korban ketiga merupakan seorang anak-anak.

"Kenapa pelaku tega menghabisi anak-anak?"

Ia tak habis pikir.

"Mereka baru saja pulang dari sekolah, dan semua perhiasannya dirampas oleh pelaku," sahut Letnan Andi, tak kalah geram.

Sambil memeriksa lagi dokumen yang ada, ia bertanya lagi, "korban keempat?"

"Seorang tukang ojek yang mangkal dekat pasar."

Letnan Andi dengan sabar meladeni.

Pasar, penjara, anak-anak, lalu tukang ojek. Ini semua jelas tidak berhubungan, pikir Rain.

"Apa ini memang cuman pembunuhan acak, disertai perampasan harta benda?" gumamnya.

"Korban keempat adalah seorang pria tua pengangguran, yang suka mabuk-mabukan," sahut Letnan Andi.

Ia segera menunjuk berkas perihal informasi para korban, agar tidak ditanya terus-terusan.

Jelas ini pembunuhan acak, tapi mengapa pelaku begitu terobsesi menjerat leher?

Jika pelaku merupakan pelaku tunggal, apa alasannya?

Untuk apa dia melalukan itu?

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang