File 29 : Metamorfosis

4.9K 495 17
                                    

Indah menangis tersedu-sedu, mengusap kamus pemberian Rain. Teringat bagaimana dia menendang sel, lalu pergi begitu saja. Itu membuatnya ingin merobek kamus itu dan membantingnya sekeras mungkin, tapi tetap saja tidak bisa. Tangannya berhenti bergerak, bahkan sebelum mengangkatnya.

Indah mengusapnya lagi, mengingat semua kejadian. Pertemuan dengan Rain salah satunya. Entah sejak kapan, kenangan itu jadi terasa menyakitkan.

"Benarkah dia tidak perduli?" pikirnya.

"Sadarlah, Indah! Kalian baru saja saling kenal! Dia tidaklah seperti yang kamu pikirkan!" gumamnya.

Ia memeluk kamus itu, berusaha melupakan segalanya. Semuanya pasti akan lebih mudah, andai saja rasa benci yang dia rasakan menjadi sempurna. Sayangnya, hati kecilnya masih menolak untuk membenci.

Sekali pun, perbuatan yang dia lakukan terasa mengkhianati, kejadian ini bukanlah kesalahan Rain.

"Tapi kalau cuman menambah masalah, kenapa repot-repot datang?" gumamnya.

Indah mulai lagi, menyalahkan semua orang. Rekan kerja yang tidak membantu, keluarga, dan terutama Rain. Tanpa disadari, air mata menetes. Tidak ada lagi yang mempercayainya. Bahkan, keluarganya sendiri pun, mulai menyudutkan.

Mereka ikut memaksanya untuk mengakui perbuatan yang tidak dia lakukan, seperti para petugas.

Kenapa kamu melakukannya, apa yang sebenarnya terjadi, mengaku saja, sebelum hukuman berat dijatuhkan.

Itulah yang mereka katakan.

"Apakah aku akan dianggap sebagai seorang pembunuh, lalu kemudian dihukum mati?"

Indah meringkuk tak berdaya, sembari memeluk sebuah kamus. Ia merasa, akan terjebak di sel itu selamanya. Air matanya semakin deras lagi mengucur. Dunia benar-benar berubah menjadi tempat yang sangat kejam.

"Jika orang terdekat saja tidak percaya, terus siapa lagi yang mau percaya?" gumamnya.

Tiba-tiba, sesuatu yang basah teraba. Ia mengendus tangannya, dan aroma wangi yang menusuk hidung pun, tercium. Indah tertawa. Ia merasa sudah mulai tidak waras. Ia bahkan mulai berbicara sendiri. Dia memperhatikan kamus di pelukannya, tapi kondisi terlalu gelap.

Indah mulai berjalan, pergi mendatangi pancaran cahaya yang masuk dari ventilasi, seperti seekor serangga yang mengejar lampu taman. Hal-hal janggal mulai dia rasakan. Dia terus mendengar suara-suara aneh sepanjang jalan. Ia merasa seperti membawa kotak berisi peralatan medis, tapi itu hanyalah sebuah kamus.

Indah semakin penasaran. Ia yakin, ada sesuatu di dalam sana.

Sinar mentari yang masuk terhenti di sudut sel. Bentuknya kotak, dengan dua garis vertikal di tengahnya, mengikuti bentuk ventilasi. Sifat cahaya yang tidak bisa menembus dinding membuatnya terhenti di sana. Memanfaatkan penerangan tak seberapa itu, ia mulai memeriksanya.

Rupanya, dia belum gila. Wangi itu berasal dari semacam cairan berwarna kebiruan. Ia sempat memikirkan hal konyol, karena sebelumnya memasukkan kamus itu ke dalam rok, tapi ia langsung menepisnya.

Lagipula, cairan ini berwarna biru, bukan kuning, pikirnya.

Indah menggeleng. Ia merasa sangat konyol.

Di balik sampul, terdapat goresan-goresan yang membuat cairan itu meresap secara terpusat. Warna di sekitar goresan terlihat lebih jelas, dibanding titik terjauh. Ia curiga, goresan itu dibuat dengan sengaja.

"I-1, K-69, T-37, apa maksudnya?"

Indah bertanya-tanya.

Setelah diperhatikan dengan seksama, huruf dan angka itu muncul. Ia semakin yakin, itu bukanlah goresan biasa. Apalagi, benda itu sengaja ditinggalkan oleh Rain. Perasaannya mendadak jadi campur aduk. Ia merasa bersalah, karena sempat curiga, di saat yang sama juga kesal.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang