File 19 : Teknik Tisu Bekas

5.7K 503 12
                                    

Sementara itu, di markas Distrik 17.

Para anggota duduk di ruang informasi. Mereka berkumpul memandangi layar televisi yang tidak menyala.

"Kenapa kalian?" tanya Rain, "TV mati dilihat terus, masih waras?" imbuhnya.

"Mati lampu, komandan!" jawab salah seorang anggota, "padahal sebentar lagi acara tinju!" lanjutnya.

"Tinju?"

Rain terlihat antusias.

"Iya, Mek Tesen, komandan?"

Sekumpulan orang di sana memasang tampang kecewa. Beberapa sudah membawa cemilan, serta aneka minuman. Terlihat pula wajah-wajah bukan anggota yang memang biasa numpang nonton. Muka-muka gratisan itu, bahkan terlihat paling depresi.

Tiba-tiba, Rain mengedikkan tangan, memanggil ajudan atasannya.

"Pak Wahyu sudah berangkat belum?" tanyanya.

"Lapor, sudah, komandan!" jawabnya.

"Di mana kunci mobilnya?"

"Untuk apa memangnya, izin?"

"Sudah, bawa saja ke sini diam-diam!"

"Tapi nanti..."

"Bilang kalau kamu saya todong pakai pistol, kalau Pak Wahyu tanya!" putus Rain.

"Siap!"

Prajurit itu pun, pergi mengambil kunci mobil atasannya.

"Kalian jangan bubar, tunggu di sini!" serunya.

Seusai mendapatkan kunci itu, dia pun, pergi.

Tidak lama kemudian, pemuda itu datang lagi, membawa sebuah aki. Ia kemudian mengotak-atik kabel dan colokan, lalu menghubungkannya menuju aki.

"Coba kalian setel TV-nya!" serunya.

Seorang anggota bergegas menyalakan televisi, dan ternyata berhasil menyala.

"Akhirnya!!!"

Mereka semua bersorak gembira. Anggota yang lain buru-buru memeriksa lampu, tapi hal serupa tidak terjadi.

"Lho, listrik dari mana?" herannya.

Setelah ditelusuri, rupanya listrik itu berasal dari aki yang tadi dibawa Rain.

"Lawan siapa memangnya?"

Rain sudah duduk di barisan depan.

"Kalau tidak salah, Maradona!" celetuk salah seorang.

"Oh, rupanya Mike Tyson sekarang main di liga Itali?" kelakar Rain.

Seisi markas tertawa terbahak-bahak, dan orang tadi habis dijitak para anggota. Di situ, Rain sebenarnya sudah merasa curiga. Terlebih, stasiun televisi yang seharusnya menyiarkan acara, justru menayangkan berita harian.

Benar saja. Lama ditunggu, reporter malah mengabarkan, pertandingan itu baru akan digelar minggu depan.

"Bangs*t, kamu membohongiku!" omel Rain.

"T-Tidak, Komandan! Saya dengar itu dari Imam!" sangkalnya.

"Mana Imam?!" tanya Rain, "kurang ajar kamu, ya! Pantesan tadi ada yang bilang lawan Maradona, kampret!" lanjutnya, kesal.

"Ampun, komandan saya cuman mau mengerjai teman saya," aku Si Tersangka, habis disiksa satu markas.

"Berani kamu, ya!" omel Rain, "kalau mau nonton sinetron, bilang! Tidak perlu membuat drama!" lanjutnya.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang