File 39 : Dokter Fran

4.1K 339 5
                                    

Suhu ruang sidang meningkat, sering laju matahari yang semakin naik. Empat jam udah sidang lanjutan berlangsung. Upaya pembuktian terus dilanjutkan, kali ini saksi kunci dihadirkan. Seorang pria berpakaian hitam duduk menjawab pertanyaan jaksa.

Badannya tinggi besar, berkumis lebat, tegap, serta berpenampilan rapi. Rambut cepak, sepatu mengkilap, setelan hitam dengan tanda pengenal di bagian dada.

"Saudara adalah orang yang terakhir kali melihat terdakwa, benar demikian?" tanya jaksa.

"Kalau itu saya kurang yakin, pak," jawab saksi, "saya hanya melihatnya keluar dari rumah sakit. Itu saja," imbuhnya.

"Jam berapa anda melihat terdakwa meninggalkan rumah sakit?" jaksa.

“Jam 12 lewat, pak.”

“Apakah jam pulang memang sampai segitu?”

“Tergantung giliran, pak?”

"Giliran?"

"Kalau jatah sore, jam kerja rumah sakit sampai jam 11 malam, pak."

"Jatah sore? Berarti ada yang jatah pagi juga?"

"Benar, pak."

Mendengar itu, jaksa meminta berkas baru. Sejenak memeriksa kembali pertanyaan yang sudah disusun.

"Dalam sehari itu ada berapa giliran, bisa dijelaskan saudara saksi?" tanya jaksa.

"Tiga, pak." Saksi.

"Pagi, sore, dan malam?"

"Benar, pak."

"Boleh dijelaskan jam kerja masing-masing shift?"

"Sip?"

Saksi mengacungkan jempol, terlihat kebingungan. Tindakan tidak terduga itu membuat semua orang tertawa dibuatnya.

"Giliran masuknya, masksud saya." jaksa.

"Oh, pagi jam 7 sampai jam 3, sore jam 3 sampai jam 11, malam jam 11 sampai jam 7."

"Kalau begitu, apakah saat itu saudara terdakwa jatah shift sore?"

"Saya kurang tahu, pak. Satpam kan, jam 6 sore baru berangkat."

"Berarti shift satpam itu berbeda?"

"Jatah pagi jam 9 pagi sampai 6 sore, jatah malam jam 9 malam sampai jam 6 pagi," angguk saksi.

Jaksa mengangguk, lagi-lagi memeriksa berkas. Sebelum melanjutkan pertanyaan, ia terlihat menulis catatan dan menggaris bawahi beberapa kalimat.

"Tadi saudara saksi menjawab, 'melihat saudara terdakwa jam 12 malam lewat,' benar demikian?"

"Benar, pak."

"Apakah saudara terdakwa memang biasa pulang jam segitu?"

"Tidak, pak jam 11 biasanya juga sudah pada pulang."

"Dari mana anda tahu kalau saudara terdakwa pulang jam 12 malam?"

“Saya memeriksa jam tangan saya, pak.”

“Jam tangan? Apakah anda membawanya?”

"Ini!"

Saksi mengangkat lengan, menunjukkan sebuah jam tangan analog berwarna silver yang mengikat lengannya.

“Boleh kami memeriksanya?” tanya jaksa.

“Nanti dikembalikan, kan?” tanya saksi.

“Tentu," angguk jaksa, tertawa bersama semua orang, "petugas, tolong dibantu!” lanjutnya.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang