Hari penunjukkan.
..."Baiklah, darimana aku harus memulai?"
Rain menggerakkan leher, meletakkan amplop pemberian Kolonel Wahyu. Isi amplop itu rupanya surat perintah memimpin langsung kasus Indah. Walaupun sejak awal ia telah ditunjuk sebagai penyidik, penujukkan itu hanya berupa perintah lisan. Dengan diturunkannya surat perintah, maka itu artinya sekarang ia memiliki tanggung jawab penuh. Menggunakan wewenangnya sebagai kepala penyidik resmi ia mengumpulkan anggota, mambagi tugas sesuai kemampuan masing-masing. Sebagian menuju stasiun radio, sebagian menuju rumah sakit. Sementara bersama dengan Letnan Rendi ia menuju rumah sakit, tempat dengan kemungkinan menemukan barang bukti terbesar.
"Darimana kita harus memulai, izin?!" tanya Letnan Rendi.
Rain yang sedang berdiri di lorong rumah sakit menengok, senyum menyapa orang-orang yang memperhatikannya. Kedatangan rombongan anggota nampaknya menarik perhatian seisi rumah sakit.
"Terdakwa bilang, dia bertugas di ruang penyakit dalam dan ruang anak," gumam Rain, "kita sudah terlambat sebulan lebih. Kurasa mencari bukti pun, bakalan susah. Tapi kita juga tidak boleh diam saja. Yang paling masuk akal sekarang adalah melakukan interogasi," lanjutnya.
"Kalau begitu, saya akan membagi tugas."
Letnan Rendi mamanggil petugas, membagi perintah pada masing-masing personel.
Sebagian menanyai tenaga medis, sebagian staf rumah sakit, sisanya pekerja non akademis."Kenapa bicaramu kaku begitu?" tegur Rain.
"Ini perintah resmi ingat?" jawab Letnan Rendi.
"Benar sekali, aku benci tugas resmi," gumam Rain, "entah akan memakan waktu berapa bulan ini," lanjutnya menggerutu.
Ia mulai berjalan mengikuti personel bagian staf. Fokus utamanya adalah mengumpulkan data rawat inap mantan pasien penyakit dalam dan anak. Jika beruntung, mungkin saja itu akan membawanya menuju sebuah bukti. Walaupun akan memakan waktu, ini adalah awal yang harus ia lakukan.
"Kebanyakan pasien anak mengalami penyakit tifus dan muntaber, ya?" gumam Rain.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Ketika sedang mempelajari jurnal, tiba-tiba saja seorang dokter berdiri di sampingnya.
Sambil mengantongi kedua tangan ke dalam jas putihnya, ia bertanya lagi, "bukankah jadwal cekmu sudah selesai?"Rain menoleh, tidak menunjukkan ekspresi terkejut sedikit pun.
"Kalau begitu kenapa kita tidak buat jadwal baru saja?" jawabnya, "bukan cek tapi, interogasi," lanjutnya.
"Interogasi? Soal apa?" Si Dokter.
"Bagaimana kalau kita pindah tempat?" ajak Rain, "apakah ada tempat yang lebih sepi?" lanjutnya.
"Kalau begitu, mari ke ruanganku!"
Si dokter membawa Rain ke ruang periksanya.
Di ruang periksa, Rain mulai menceritakan situasinya. Ia juga menunjukkan surat perintah dan mulai bertanya perihal kejadian di TKP. Keduanya berbincang cukup lama, bahkan sempat keluar topik. Sampai akhirnya si dokter menyampaikan informasi yang sangat mengejutkan.
"Anda tidak main-main, kan?" tanya Rain.
"Mana mungkin, kalau mau kamu boleh melihat buktinya secara langsung," jawab si dokter.
"Kalau benar, ini akan mempersingkat waktu sidang menjadi cuman setengah tahun saja, bahkan mungkin beberapa bulan," ujar Rain, senyum.
"Selama itu?" Si dokter.

KAMU SEDANG MEMBACA
File 73
Mystery / ThrillerBuat reader lama mohon maaf nggak jadi revisi singkat gara2 setengah bagian hilang. Mohon maaf juga kalau hampir dua tahun ini gue nggak aktif soalnya, gw pribadi baru bisa dapet akses balik ke akun ini lagi beberapa bulan lalu setelah hp gw ilang...