File 30 : Keputusasaan Indah

4.8K 480 15
                                    

Indah bergegas menuju ujung sel, merayap naik menuju ventilasi. Tangan kirinya berusaha menarik sebuah tali yang terhubung dengan sebuah besi yang berdiri tegak, tepat di tengah-tengah ventilasi.

Suara mendengus terdengar. Di tengah pekerjaan, angin tiba-tiba menghempaskan debu di sekeliling. Posisi tubuhnya menghalangi sirkulasi, sehingga partikel-partikel itu beterbangan mengenai mata. Gadis itu sempat terdiam, berpikir mengapa ia melakukan semua ini. Dia bahkan semakin ragu, apakah debu itu yang membuat air matanya jatuh, atau hatinya benar-benar sudah lelah. Namun pada akhirnya, dia mempercepat pekerjaan. Ia khawatir, matanya akan terluka kalau menunda lebih lama.

Tali semakin terangkat, seiring memerahnya wajah. Kedua kakinya gemetar menahan beban tubuh. Ia sudah hampir tidak bisa bertahan lagi, tapi sesuatu membuatnya cemas. Waktu sudah berlalu beberapa jam, sejak dia mengikat dan menggantungnya ke luar. Itu adalah tindakan yang cukup berisiko tapi ia terpaksa melakukannya, demi mengelabuhi petugas.

Pelan-pelan, sebuah benda terangkat naik, diiringi suara aliran sungai yang mendebur. Selain karena lokasi markas Distrik 14 dibangun di sekitar aliran sungai, posisi sel juga terletak di basemen, sehingga suara itu bisa terdengar sangat jelas. Suasana sekeliling semakin membuatnya merasa seperti sedang memancing, tapi jelas gadis itu bukanlah tipikal orang yang menyukai hobi, yang identik dengan kesabaran itu.

Indah senyum. Sebuah kamus bersampul biru menyembul dari luar ventilasi. Tanpa pikir panjang, ia pun, meraihnya. Tibalah saat untuk kembali turun. Pekerjaan penting sudah selesai, membuatnya sangat lega. Sesampainya di bawah, dia langsung mengusap kedua matanya yang pedih dan berkaca-kaca, hingga tak sempat memeriksa. Ia bahkan tak tahu, seberapa beruntung nasibnya hari itu.

"Apakah anda rekan Rain?"

Indah tiba-tiba menjauhkan kamus tadi, membuat prajurit kekar itu sangat kecewa. Dia sudah menengadahkan tangan, menyambut benda yang dia bawa.

"Nama saya Brian, petugas Distrik 17," jawab Si Prajurit dengan nada sedikit kesal, "saya diperintahkan untuk mengambil kamus itu!" lanjutnya, singkat.

Indah berusaha meneliti, mencermati seragam dan atribut yang dia kenakan. Sayangnya, pemahamannya soal militer terlalu minim. Andaikan Sersan Brian tidak memperkenalkan diri, niscaya gadis itu tidak akan tahu apa-apa.

Walaupun demikian, anehnya dia tidak merasa was-was. Sebagai gantinya, dia malah mencemaskan sesuatu. Ia sempat mendengar kabar tidak mengenakkan dari para petugas, tapi bekas luka yang ada di wajah Letnan Brian membuatnya takut bertanya. Terlebih, dia juga kelihatan kurang ramah. Indah hanya menunduk, tak berani menatapnya.

"Kenapa?" tegur Sersan Brian.

"T-Tidak!"

Indah spontan mengelak, tapi Sersan Brian terus memperhatikan. Konfrontasi seketika terjadi di dalam hati.

Dia mungkin menyeramkan, tapi tak lebih menakutkan ketimbang rasa khawatir ini, pikiran Indah tiba-tiba berubah.

"Tidak, tidak! Maksud saya, apakah Rain baik-baik saja, pak?" tanyanya.

Sersan Brian menatap tajam. Ia kurang menyukai pertanyaan itu. Indah yang tidak tahu hanya tertunduk. Terlihat kalau gadis itu merasa sedikit bersalah, tapi mati penasaran adalah sesuatu yang lebih dia cemaskan.

"Petugas mengatakan sesuatu tentang Rain yang membuat perasaan saya jadi tidak enak," ujarnya.

Sersan Brian menarik napas. Indah menceritakan apa saja yang dia dengar dari para petugas, dengan sangat membosankan. Dia merasa banyak waktu yang terbuang percuma. Walaupun demikian, gadis itu jelas tahu banyak.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang