File 13 : Dibalik sebuah Tirai

5.9K 633 10
                                    

Rambutnya yang gondrong, serta perangainya yang cerdik membuat Rain yakin, dia tahu betul seni rajam tubuh dan tidak asal menyakiti diri. Ya, si tahanan memang memiliki sejumlah tato di tubuhnya.

Beberapa gambar, sosok seorang bayi, pesan-pesan, hingga beberapa angka. Setelah mempelajari data Si Tahanan, ia menduga angka itu merupakan tanggal penting. Sosok bayi itu merupakan anaknya, dan pesan-pesan itu adalah harapan Si Tahanan.

"Juni! Ada sesuatu, yang sangat ingin kamu lakukan di bulan itu, bukan?" tanya Rain, "kamu bahkan membuat tato di lenganmu," imbuhnya.

"Maksudnya?"

Pria kurus itu menunduk, menatap lengannya yang dipenuhi lumpur. Di situ, masih tersembul angka enam yang terbuat dari tinta permanen.

"Kamu yang lebih tahu," ujar Rain, "ulang tahun anakmu mungkin?" imbuhnya.

Si Tahanan kurus terbelalak.

Sambil berusaha keluar dari lubang, dia bertanya, "bagaimana kalian tahu soal itu!?"

Letnan Andi segera mengarahkan pistol ke wajahnya, tapi Rain mencegahnya.

"Apa sekarang kamu sudah tertarik bekerja sama?" tanyanya.

Tahanan itu mendesah, mengurungkan niatnya keluar.

"Kalau kalian mau mengijinkan saya pergi tanpa kawalan sehari, saya bersedia menjawab semua pertanyaan kalian," tawarnya.

"Itu tidak mungkin!" protes Letnan Andi.

"Kalau begitu, saya tetap pada pendirian saya," tegas Si Tahanan.

"Tenang dulu!"

Rain mencoba menengahi.

"Kami mungkin tidak bisa memenuhi permintaan tadi, tapi kami bisa mengawalmu tanpa menggunakan atribut, dan mengawasi dari jarak yang tidak mencurigakan," usulnya.

Terlihat Letnan Andi menggeleng. Bagaimana pun, kondisinya dia merasa membiarkannya pergi bukanlah ide yang bagus. Sementara, tahanan kurus yang terlanjur tergiur dengan tawaran itu sudah mengangguk.

"Bagaimana dengan anda?"

Rain menoleh pada Letnan Andi, menyerahkan keputusan akhir.

"Ini bukan sepenuhnya wewenang saya," jawabnya, "saya harus meminta izin kepala sipir," imbuhnya.

"Kita tetap butuh informasi darinya," desak Rain.

Letnan Andi menatap Si Tahanan, mempertimbangkan usul itu. Ia sadar, dirinya tidak punya banyak pilihan. Tanpa kesaksiannya, semuanya akan tetap abu-abu dan menjadi sebuah misteri.

Sambil mendesah, akhirnya dia menjawab, "baiklah akan saya usahakan."

"Jadi, apa yang ingin kalian ketahui?"

Merasa sudah saling sepakat, Si Tahanan menatap keduanya dengan antusias.

"Peredaran narkoba di distrik 16, dan semua yang berhubungan dengan itu," jawab Rain.

"Itu makanan saya!" jawab pria kurus itu, "well, akan saya ceritakan kisah busuk ini sesingkat mungkin," lanjutnya sok Inggris.

Rain yang mendengar itu senyum geli, seraya melirik Letnan Andi.
...

Saya merupakan seorang kurir yang bisa dikatakan, amat dekat dengan gembong narkoba paling berkuasa, di distrik ini. Semua narkoba baik lokal atau pun, selundupan bisa saya kenali hanya dengan melihat jalur kedatangan, dan cara mereka membawa. Khususnya melalui jalur laut.

Dari pelabuhan distrik 14, angkatan laut penjilat nan gemuk akan sogokan melimpah, dengan sumringahnya memungut kiriman rahasia. Saya tidak tahu dari mana kapal kargo berlayar, tapi yang pasti barang-barang itu sudah terbungkus rapi, dalam paket terkamuflase.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang