File 22 : Dua Orang Aneh

4.9K 484 7
                                    

****

Nama saya Indah, Indah Nidadari. Keluarga saya merupakan seorang pemilik toko kelontong yang dikelola turun temurun. Omsetnya bisa dikatakan mencukupi. Bahkan, saya dan saudari saya mampu mengenyam pendidikan tinggi.

Adik saya saat ini masih duduk di bangku SMA, sementara saya..,

Yah, anda benar! Saya sedang melanjutkan kuliah, sambil bekerja.

Saya diterima bekerja sekitar enam bulan lalu. Wawancara dan nilai saya memuaskan, sehingga pihak rumah sakit menempatkan saya di bagian administrasi magang. Saya baru saja menjadi pegawai tetap tiga bulan belakangan.

Shift saya biasanya pagi, sesuai permintaan saya. Ketika sore, saya ada jam kuliah, sehingga saya meminta itu. Untungnya, pihak rumah sakit memberi saya kelonggaran untuk itu. Jadi, waktu saya tidak bertubrukan antara jam kerja dan kuliah. Meskipun demikian, belakangan saya juga membantu staf keperawatan. Saya juga mulai sering diminta membantu para perawat.

Saya tinggal di kos-kosan sendirian. Letaknya tidak jauh dari rumah sakit. Tempat itu direkomendasikan oleh rekan kerja saya. Tempatnya luas, hanya saja terdapat beberapa kamar kosong. Rumornya sih, tempat itu berhantu. Makanya biaya sewanya sedikit miring, tapi saya tidak perduli.

Sampai sekarang, saya masih kagum. Bagaimana anda bisa menebak semua itu, tapi sebelum meluas kemana-mana izinkan saya tegaskan satu hal, saya bukanlah pembunuh seperti yang mereka tuduhkan!

Sungguh, saya tak pernah menyentuh pasien itu!

Saya bahkan tak memasuki ruangan pasien hari itu!

****

Rain mendeham. Lengannya terbalut perban. Dia mengenakan pakaian biru langit, pemberian rumah sakit yang lebih terlihat seperti daster. Sambil mencengkeram dagu, berpikir keras. Ia sedikit tersenyum.

Oh begitu, berarti tinggal bukti, pikirnya.

Pemuda itu membolak-balik recorder, terlihat sangat puas. Mereka baru saja selesai mendengarkan sebuah rekaman pengakuan.

Para penjaga berada di luar. Mereka diperintahkan keluar ruangan demi kepentingan kerahasiaan barang bukti. Di dalam ruangan besar itu, tidak ada pasien lain selain dirinya. Hanya satu orang anggota di dalam sana.

Pria itu berdiri dalam posisi istirahat. Terdapat bekas luka robek di pipi kirinya. Begitu pun, tubuhnya yang kekar berotot. Bekas-bekas itu menandakan bahwa pria itu cukup aktif berlaga di medan perang.

Rain masih sibuk sendiri. Ia tidak cukup tertarik pada sosok berwajah sangar itu. Sampai akhirnya, tiba-tiba saja prajurit itu menodongkan pistol ke arahnya.

Rain mengangkat tangan. Entah kenapa, dia tidak terlihat kaget, malahat kelihatan cukup tenang. Raut wajahnya tidak menunjukkan ekspresi takut. Mungkin karena belakangan ini, banyak pria berotot mengincar nyawanya.

"Reaksi yang tidak terduga,"

Pria itu bergumam, terkejut melihat Rain yang sepele saja menanggapi tindakannya.

"Apa maumu?" tanyanya, santai.

Seperti biasa nada bicaranya terdengar sangat malas. Apalagi, kalau mengabaikan formalitas.

"Jadi seberapa besar pengorbanan yang be-"

Grab!

Pistol tiba-tiba saja berpindah tangan.

"Apakah kamu mata-mata?!" putusnya.

Pria itu sangat kaget. Rain menunjukkan aksi kecepatan tangan di luar nalar. Padahal, tangan kanannya terluka. Prajurit itu menatap kedua tangannya yang kosong, masih tak mengerti apa yang baru saja terjadi.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang