File 24 : Skakmat

5.3K 477 12
                                    

Siluet seorang pria duduk manis di kursi kemudi, terlihat dari kejauhan. Sayangnya, jendela tertutup rapat, sehingga para petugas tidak bisa memastikan, siapa sosok itu. Setelah mengetahui kaca depan pecah, mereka pun, memutuskan membagi kelompok. Sambil mengendap-endap, mereka mendekati mobil.

Terlihat jelas sosok berambut pendek acak-acakan. Rambut hitamnya dibasahi keringat, sehingga memantulkan kemilau cahaya mentari. Memakai seragam lengkap, tapi tidak ada bekas sobek seperti deskripsi.

Mobil yang dia kendarai sangat bobrok. Setengah bagian bemper depan hancur, sebagian sisanya peyot, serta dipenuhi bekas tembakan. Kalau masuk bengkel, mobil itu pasti akan menginap beberapa hari. Petugas menganggukkan kepala. Kondisi ini berbanding lurus dengan deskripsi yang diinstruksikan.

Pria itu tengah tidur, dengan santai menyandarkan kepalanya. Seperti sebelumnya, dia sengaja menutupi wajah menggunakan baret. Itu sangat mencurigakan. Apalagi, ditemukan pula sejumlah bercak kemerahan yang dicurigai adalah darah. Lelah mencegati kendaraan seharian, mereka buru-buru menghampirinya, secepatnya ingin mengakhiri tugas.

Seorang prajurit berjanggut memberi anggukan, membuka komando peringkusan. Para petugas pun, mengeluarkan pistol yang mereka sembunyikan. Mereka sangat yakin, berhasil menemukan target.

"Angkat tangan!"

Para Prajurit menodongkan senjata.

"A-Ada apa ini?"

Pria itu membuka jendela. Suaranya kedengaran kurang begitu jelas, karena wajahnya tertutup baret. Rambut depannya memang acak-acakan, tapi kulitnya terlihat gelap. Mulai terasa adanya ketimpangan, tapi mereka mengabaikan itu.

"Tunjukkan wajahmu!" perintahnya.

"Hah?!"

Diam-diam pria itu menggeser baret, memperhatikan sejumlah pistol yang mengacung ke arahnya. Dia merasa cukup kaget. Hanya demi menangkapnya, mereka bahkan tak segan menurunkan satu peleton.

"Letakkan tangan ke kepala, dan keluar dari mobil!"

Pria itu membuka pintu. Tubuhnya seketika berkeringat dingin. Badannya gemetar hebat. Ia tak bisa lagi bersikap sok kuat di hadapan begitu banyak moncong pistol.

"Ternyata mudah!" ujar seorang petugas.

Pria itu mengambil baret yang ada di wajah, lalu mengenakannya. Tanpa banyak perlawanan, ia pun, mengikuti perintah. Sambil meletakkan tangan di belakang kepala, pria itu keluar dari mobil.

"Ada apa ini?" tanyanya lagi.

Para petugas tidak menjawab. Mereka lebih fokus menodongkan pistol. Pria itu menelan ludah. Tubuh terus gemetar. Wajahnya pucat pasi. Ia mulai sedikit cemas pada keselamatan dirinya sendiri. Walaupun mulutnya mengatakan itu, di titik semuanya bisa saja terjadi, rasanya sangat berbeda. Ternyata, dirinya belumlah siap untuk mati.

Tidak ingin terlihat ketakutan, pria itu pun, berhenti sejenak. Sambil membaca situasi, dia menarik napas. Meskipun lemas, tubuhnya berhenti gemetar. Sepertinya, dia sudah membulatkan tekad.

"Hadap ke belakang dan..."

Perwira berjanggut, Si Pemimpin Komando terperangah. Ia sadar, ternyata yang keluar bukanlah seorang pemuda, melainkan pria paruh baya.

Kumisnya begitu lebat. Tanda pangkat di bahunya pun, bukan letnan, melainkan sersan. Seketika, wajahnya berubah merah padam. Satu-persatu kaki para petugas ia tendangi. Dia merasa sangat marah pada bawahannya.

"Dasar bodoh!" makinya.

"A-Ada apa, Komandan, izin?!" tanya salah seorang petugas.

Mereka semua meringis kesakitan.

File 73Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang