04

216 28 0
                                    

Qonita melangkah pelan menyusuri lorong sekolahnya yang masih sangat sepi. Sama sekali tidak ada orang disana selain petugas kebersihan dan ibu-ibu kantin yang menyiapkan dagangannya. Qonita menghirup napas lalu mengeluarkannya pelan. Gadis itu merasa sedikit berbeda hari ini, bukan suasana sekolah yang berubah namun bisa dibilang suasana hatinya.

Entahlah, pagi ini seperti ada sesuatu yang membuatnya ingin menarik sudut bibirnya lebih lebar lagi. Qonita juga tidak tau kenapa, mungkin semenjak Fatimah menyuapinya makan tadi malam. Mungkin.

Senyum yang sangat langka terukir di wajah Qonita. Tak tahu kenapa hatinya mulai merasa menghangat karena perlakuan Fatimah.

Fatimah yang selalu mengelus rambutnya, memanggilkannya untuk makan, mengingatkan shalat, dan kasih sayang yang selama ini ia tunjukkan. Fatimah mengingatkan dirinya dengan Azzahra, bundanya. Walaupun Qonita tidak menunjukkan rasa bahagia yang ia rasakan pada orang lain.

Qonita meletakkan seragam ke dalam loker miliknya. Hari ini hari kamis dan jam pertama adalah pelajaran olahraga.

"Assalamualaikum."
Ucap satu-satunya teman
Qonita di sekolah, Zahra.

"Waalaikumsalam, jangan mengagetkanku!"

"Maafkan aku."
Balas Zahra dengan mengedipkan matanya berulang-ulang, agar terlihat lucu.

Qonita sungguh iri melihat gadis seusianya yang selalu ceria itu. Pantas saja, dia sangat beruntung dalam hal apapun tidak seperti dirinya.

"Ayo kelapangan, yang lain udah nunggu."

Qonita mengiyakannya dengan sebuah anggukan. Zahra menggandeng lengan Qonita dan mulai berceloteh panjang seperti biasanya, tentang dia yang hampir saja terlambat bangun pagi, kakak perempuannya yang terus saja mengomel dan entah apa yang di ceritakannya lagi membuat Qonita menggeleng kepala. Sepertinya Zahra memiliki stok kalimat yang sangat banyak sehingga ia tidak lelah untuk bicara.

Seluruh anggota kelas XII IPA 1 sudah berada ditengah lapangan saat ini. Mereka menunggu kedatangan guru  olahraga, pak Hasan.

Seorang pria dewasa bertubuh kekar dan tegap berjalan kearah mereka.
Pria itu tampak tampan dan berwibawa.

Sekarang mereka sedang pemanasan ditengah lapangan yang di pimpin oleh ketua kelas mereka, Aldo. Sesuai dengan komando pak Hasan karena hari ini merupakan pertemuan mereka yang pertama jadi mereka bisa berolahraga bebas. Sedangkan guru olahraga itu pergi entah kemana.

Mereka semua bersorak riang.

Qonita memperhatikan Zahra, gadis itu terlihat sangat cantik dengan pakaian olahraga dengan jilbab yang senada warnanya. Terlebih dia selalu memakai rok panjang,walaupun sedang pelajaran olahraga. Seulas senyum kembali terbit di wajah cantiknya.

"Kamu mau main apa Qonita?"
Tanya Zahra saat ia berada dihadapan gadis itu yang tadi berdiri diujung lapangan.

"Memangnya kamu mau main apa?"
Bukannya menjawab justru Qonita malah balik bertanya.

"Aku mau main itu."
Tunjuk Zahra.

"Apa kamu tau memainkannya?"
Yang ditanya hanya nyengir kuda kemudian menggelengkan kepala. Jawabannya 'tidak'.

Jangankan memainkan bola basket memegang bolanya saja ia tidak pernah. Ketika ditempatnya sekolah dulu, di pesantren tidak ada permainan bola basket. Olahragapun hanya senam pagi saja. Dan ketika melihat orang memainkannya, Zahra sangat penasaran dan ingin mencobanya.

Kelihatannya seru.

"Baiklah, akan aku ajari."

Qonita berjalan mengambil satu bola basket yang ada ditengah lapangan. Qonita mulai memainkan bola. Mengajarkan Zahra cara mendribling, passing, catching, dan shooting.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang