24

125 15 0
                                    

Suasana disana cukup sunyi seperti biasanya. Hanya beberapa orang yang sibuk hilir mudik dijam seperti ini.

Disana, seorang pria dengan kepala menunduk lesu di kursinya. Waktunya hanya dua hari lagi di tempat kelahirannya itu. Ia akan kembali ke Ibukota untuk melanjutkan kuliahnya. Tidak lama lagi, ia hanya perlu menunggu waktu menyelesaikan studynya di Ibukota.

"Ini minumannya kak."
Suara lembut itu membuatnya mendongak lalu menunduk lagi.

"Terima kasih."
Ucapnya tanpa menoleh.

"Apa kak Furqon tidak ingin memesan makanan?" Tanyanya masih tersenyum manis.

"Tidak."

Wajahnya merengut. Pelayan perempuan itu pergi menghentakkan kakinya. Lagi-lagi ia di abaikan. Ada apa dengan lelaki zaman sekarang?

Furqon mengaduk minumannya malas, hingga bentuknya yang tadinya indah sekarang menjadi tak beraturan.

Dia, disana. Furqon sedang menunggu Angga di kaffe dekat rumahnya. Ia telah membuat janji dengan sahabatnya itu untuk bertemu.

Furqon memainkan handphone di tangannya, memutar benda pipih pintar itu. Furqon merasa sangat bosan padahal baru saja lima menit ia duduk disana.

"Assalamualaikum."

Furqon langsung mengangkat kepala saat mendengar suara seseorang yang ditunggunya. Syukurlah, laki-laki itu datang.

"Waalaikumsalam."

"Itu minuman apaan?"
Tanya Angga, mengambil tempat duduk tepat didepan Furqon.

Sementara yang ditanya hanya mengangkat bahu tak acuh.
"Pesan sendiri sana."

Angga berdecak tak jelas. Tapi ia tetap mengikuti perkataan sahabatnya itu. Angga mengangkat tangan, tak berapa lama pelayan perempuan lain datang menghampiri mereka.

"Mau pesan apa mas?"
-
-
-

"Mbak..."
Panggil Angga kesekian kalinya. Bahkan lambaian tangannya tidak disadari perempuan disampingnya itu.

"Eh! Ma..maaf"
Ucapnya gagap. Pelayan perempuan itu langsung menunduk. Memandang gugup ke arah Furqon.

Angga menghela napas. Astaga, ternyata karena sahabatnya.

"Mbak, sini!"
Angga memberi kode dengan tanggannya agar pelayan perempuan itu mendekat.

"Dia." Tunjuknya pada Furqon yang sedang menunduk.

"Sahabat saya lagi galau." Bisiknya.

"Ga..galau? Galau kenapa mas?"
Bisik perempuan itu sambil mencuri pandang ke arah Furqon. Galau? Apa pria itu baru saja putus dengan pacarnya. Jika benar, ia akan merasa sangat senang.

"Biasa, berantem sama istrinya."

"Is..istri? Mas yang itu udah punya istri?" Tanyanya tak percaya.

"Iya mbak, jadi jangan liatin dia terus. Nanti dia bisa ngamuk sama mbak, biasa lagi sensitif."

Perempuan itu tergagap, memandang gugup Angga. Astaga. Ternyata ada yang menyadari jika sedari tadi ia memandang penuh minat pada seorang pria.

"Saya pesan cappucinonya satu."

Perempuan itu mengangguk lalu bergegas pergi. Sedangkan Angga cekikikan melihat perempuan yang baru saja dikerjainya. Dasar ada-ada saja! Bahkan wajahnya merah padam karena malu.

"Lo kenapa?"
Tanya Angga to the point.

Furqon yang mendengar pertanyaan itu mendongak.
"Gue gak sengaja ketemu dia kemarin." Ucapnya tak bersemangat.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang