Qonita mulai ketakutan. Ia tahu jika Daniel akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. Terlebih tadi, Qonita tertangkap karena kabur dari pria itu. Sialan, apa yang harus dilakukannya sekarang?
Qonita melirik Daniel yang menatap tajam ke depan. Terlihat jelas jika pria itu sedang menahan amarah yang siap meledak. Rahang Daniel terlihat kaku seperti kayu. Baiklah, Qonita semakin takut saat ini.
"Apa yang kau inginkan?"
Pertanyaannya tidak menunjukkan emosi apapun. Datar.
Daniel menoleh, menatap Qonita intens.
"Kau. Aku ingin memilikimu."Qonita berdecih, menatap pria disampingnya sinis.
"Kau hanya ingin tubuhku."Daniel terkekeh. "Hemm, tentu saja." Ia menyeringai. "Sangat sulit untuk mendapatkanmu sayang. Jadi aku berhak atas dirimu saat ini."
Daniel menyentuh pipi Qonita dengan punggung tangannya dan itu sontak membuat Qonita menepis tangan pria itu kasar, beringsut menjauh dari Daniel.
"Jangan pernah berani menyentuhku!"
"Kau milikku malam ini."
Qonita melongos, menatap sepinya jalanan. Tak ada yang bisa dilihatnya saat ini selain gelapnya malam. Kalimat Daniel sangat mengganggunya. Apa ia harus menyerah? Apa secepat ini berakhir?
Qonita menggeleng lemah. Tidak, tidak. Itu akan menjadi hal bodoh jika ia menyerahkan diri pada pria seperti Daniel.
Tangan Qonita bergerak pelan, hampir tidak terdengar oleh siapapun termasuk dirinya. Ini adalah cara terakhir. Cukup lama Qonita berkutat mencari sesuatu, sesuatu yang bisa menolongnya.
Qonita menahan napas. Berhasil. Ia menemukan tombol itu, dan tidak terkunci. Mungkin Pengawal Daniel lupa mengunci pintu mobil majikannya. Keteledoran yang bisa menguntungkannya.
Daniel menoleh cepat saat mendengar sesuatu yang jatuh. Mata pria itu membelalak atas apa yang baru saja Qonita lakukan.
"QONITA!"
Daniel menggeram marah. Apa yang dilakukan Qonita sungguh gila. Gadis itu meloncat dari mobilnya yang melaju dengan kecepatan tinggi. Daniel dengan cepat memerintahkan pengawalnya berbalik untuk melihat gadis itu.
Qonita terguling kencang dengan aspal keras yang menyambutnya. Ia meringis. Rasanya seperti ada yang meremukkan badannya. Tubuh Qonita penuh dengan luka disepanjang kaki dan lengan atasnya. Walau tak sampai membuatnya tidak sadarkan diri tapi tetap saja rasanya sangat menyakitkan. Terlebih tubuhnya yang berbenturan langsung dengan trotoar jalanan.
Qonita duduk. Berusaha mengumpulkan tenaganya untuk berjalan, ia yakin jika Daniel akan berbalik untuk menangkapnya lagi.
Qonita merangkak lalu berjalan dengan tertatih. Darah segarpun mengalir dipelipisnya. Qonita menoleh kiri-kanan berharap ada seseorang yang akan membantunya. Namun jalanan itu terlalu sepi untuk dilalui orang lain terlebih di jam seperti ini.
Qonita melirik jam kecil yang masih bertengger di tangannya, pukul 03.56 dini hari. Sudah selarut ini tapi ia masih belum juga bisa bernapas lega.
Qonita yang masih berjalan tertatih dengan susah payah menoleh ke belakang. Ia mengepalkan tangan.
Sebuah mobil mengekorinya dan bisa dipastikan itu adalah mobil milik Daniel.Qonita bergerak semakin cepat, walaupun keadaannya tidak mungkinkan. Rasa takut mengalahkan rasa sakit yang dirasakannya. Pria brengsek itu tidak akan membuatnya pergi dengan mudah.
"Qonita!"
Daniel keluar dari dalam mobilnya, pengawalnya yang tadi menyupirinya kini tidak ada lagi. Ia melangkah lebar ke arah Qonita yang berjalan terseok menghindarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA
SpiritualApakah aku bisa kembali? Akankah ada yang bisa mengembalikan semuanya seperti semula? ~Alqonita Fatin~ Serahkan semua padaNya ~.....~