"Kak Furqon!"
Teriakan nyaring itu terdengar bersamaan dengan pintu ruangan Anisha yang kembali terbuka.
Disana, seorang gadis remaja berdiri dengan pakaian casualnya.
"Kak, miss you."
Ucap gadis berambut sebahu itu manja."Syasa jaga bicaramu!"
Syasa yang mendengar itu langsung menutup mulut dengan tangannya. Namun, tak tampak penyesalan setelahnya dari sikap gadis itu.
"Upss... maaf pak dokter. Aku tidak tahu, hehe..."
Syasa masih tersenyum lebar menatap Furqon. Dan setelah beberapa saat ia baru sadar dengan keberadaan orang lain di dalam sana selain mereka.
"Hai semuanya..."
Sapanya riang pada Anisha dan Qonita.Qonita mengangguk, kemudian mengalihkan pandangannya. Ia sedikit merasa terganggu saat melihat gadis itu bergelayut manja pada Furqon. Walau pria itu sudah memperingati dan menatap tajam kearahnya. Tapi gadis bernama Syasa itu tetap melakukan keinginannya.
"Syasa."
Syasa yang mendengar panggilan seseorang yang sangat dikenalnya itu menoleh. Gadis belasan tahun itu langsung menghentikan aksinya. Syasa mendengus tidak suka.
"Maafkan anakku Furqon."
Furqon langsung bernapas lega. Ia mengangguk sebagai balasan. Furqon sedari tadi sangat ingin mendorong Syasa saat gadis itu memeluk erat lengannya. Syasa membuatnya tidak nyaman. Tapi Furqon masih memikirkan jika ia tidak boleh kasar terhadap perempuan. Terlebih umminya selalu mengajarkan Furqon agar selalu lembut dan menghormati kaum hawa.
"Apa ini bayi dokter Anisha?"
Tanya nya yang saat ini berada di dekat ranjang Anisha.Anisha mengangguk.
"Iya pak."Pria tua itu bernama Bernard. Ia adalah ayah Syasa. Bernard merupakan pemilik rumah sakit dimana Furqon dulu bekerja. Untung saja saat ini Furqon tidak lagi bekerja padanya. Karena sekarang selain menjadi dokter ia juga mengambil alih sebagai direktur rumah sakit milik abinya.
Rafif menggeliat nyaman dalam gendongan Qonita.
"Bayi anda sangat tampan dokter Anisha." Puji Bernard tulus. Pria tua itu sedikit mengalihkan perhatiannya pada Qonita.
"Syasa ayo pulang."
Ucapnya mendekat kearah putrinya."Nggak mau! Syasa baru nyampe pi. Syasa mau disini, Syasa kangen kak Furqon!" Rengeknya.
Bernard menghela napas berat. Ia yakin jika putrinya masih disini pasti Syasa akan membuat ulah dan merepotkan Furqon nantinya.
Dan benar saja, Syasa kembali mendekat kearah Furqon yang masih duduk di sofa panjang. Pria itu terlihat kewalahan menghadapinya."Kak, apa kakak tidak ingin memperkenalkan calon istri kakak."
Ucap Anisha tersenyum.Anisha geram melihat tingkah Syasa yang selalu dan sangat keterlaluan. Cukup sudah ia melihat kakak sepupunya itu selalu sulit dibuatnya selama ini.
Syasa yang mendengar itu membelalakkan mata dan langsung melepaskan tangannya. Tatapannya langsung tertuju pada Qonita.
Qonita merasa bingung saat semua orang menoleh padanya, tak terkecuali Furqon.
Is..istri? Siapa?
"Qonita."
Ucap Anisha meminta bayi dalam gendongan gadis itu."Apa itu benar?!"
Teriak Syasa tak percaya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA
EspiritualApakah aku bisa kembali? Akankah ada yang bisa mengembalikan semuanya seperti semula? ~Alqonita Fatin~ Serahkan semua padaNya ~.....~