09

203 22 1
                                    

Qonita berjalan beriringan dengan beberapa teman kelasnya di sebuah taman. Mereka berada di salah satu taman terindah di jakarta yang jaraknya tidak jauh dari sekolah mereka.

Mereka sudah berencana setelah pulang ke rumah dan berganti pakaian mereka akan berkumpul di sana untuk menghabiskan waktu bersama.

Ini pertama kalinya bagi Qonita maupun Zahra. Zahra yang terbilang murid baru tentu ini merupakan pertama kali untuknya jalan bersama teman sekelasnya ke taman ini. Lain halnya dengan Qonita. Ia yang telah hampir tiga tahun selalu berjumpa dengan mereka juga pertama kali berkumpul dengan teman sekelasnya. Itu semua karena sikap tak acuh Qonita yang selama ini tidak pernah mau jika diikutsertakan dalam kegiatan apapun di kelasnya, karena baginya itu hanya akan membuang waktu. Tujuan mereka datang ke taman ini hanya untuk menghabiskan waktu petang dengan picknik bersama.

Semua mulai bergerak menggelar tikar panjang untuk duduk dan sudah berganti pakaian. Seragam Sekolah Menengah Atas tidak lagi melekat di tubuh mereka.

"Kamu suka perkedel kentangkan Qonita."
Ucap Rhania, salah satu teman sekelas Qonita. Kalimatnya sama sekali tidak terdengar seperti sebuah pertanyaan melainkan pernyataan.

Rhania menyodorkan kotak makanan biru miliknya yang berisi banyak sekali perkedel kentang, makanan kesukaan Qonita. Sedangkan gadis itu hanya diam menatap Rhania, karena selama ini perempuan berkacamata itu sangat jarang berbicara dengannya. Mungkin lebih tepatnya Qonita yang tidak pernah berbicara pada orang lain.

Baru saja Qonita ingin menjawab 'nanti saja', namun ia harus menahannya karena ucapan seseorang.

"Iya, Qonita suka banget makanan apapun yang bahan dasarnya dari kentang."
Ucap Zahra tiba-tiba dari belakang, tidak tahu dari mana munculnya.

"Aku juga sangat menyukainya."
Sahut Rhania lagi menatap Qonita dengan wajah berbinar.

Qonita hanya mengangguk, ia tidak tahu harus menanggapinya seperti apa.

"Bukannya Qonita suka ayam penyet sama minuman coklat ya?"
Tanya Aldo, ketua kelas mereka.

Sontak Aldo yang berbicara seperti itu membuat teman yang lainnya memicingkan mata, menatap curiga padanya.

"Ja...jangan mikir yang nggak-nggak. Gue nggak ada perasaan sama Qonita!"
Ucapnya menyanggah.

Qonita yang mendengar ucapan Aldopun hanya diam. Dari mana Aldo tahu tentang makanan kesukaannya? Walau Qonita juga bingung sama seperti teman-temannya, tapi ia lebih memilih diam, lagipula ia tidak peduli.

Zahra yang melihat itu menggeleng kepala, sikap dingin sahabatnya masih belum berkurang. Zahra yang berada tepat di samping Qonita berbisik pelan, bahkan tidak ada yang bisa mendengar suaranya selain mereka berdua.

"Jangan seperti itu. Berusahalah menganggap mereka teman, seperti kamu dan aku."

Qonita diam beberapa saat. Sebenarnya sudah berulang kali Zahra menasehatinya agar menghilangkan sikapnya yang selalu dingin dan tidak peduli pada oranglain. Berusaha membuka
diri dengan orang disekelilingnya.

Dengan ragu Qonita mulai berbicara.
"A...aku suka ayam penyet, perkedel kentang, dan cokelat hangat."

Teman sekelasnya yang mendengar itu diam sesaat. Pasalnya hampir tiga tahun bersama dengan Qonita menimba ilmu baru kali ini ia berbicara cukup panjang. Biasanya jika ditanya hanya akan diam atau mengangguk saja. Dan saat di mintai penjelasan tentang materi pelajaran yang tidak temannya mengerti Qonita akan menjelaskan dengan nada datar dan kata-katanyapun sangat irit. Terkesan tidak ingin membantu, sehingga teman sekelasnya sangat jarang meminta bantuan Qonita jika itu tidak darurat.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang