Qonita bersandar di dinginnya dinding Rumah Sakit. Matanya menatap kosong pintu yang selama beberapa jam tertutup itu.
Ruang Operasi, tempat dimana Fatimah tengah berbaring sekarang.
Tadi saat Qonita hampir tertabrak mobil, Fatimah berlari kencang ke arahnya kemudian mendorong Qonita kuat. Dan pada akhirnya Fatimahlah yang harus menggantikan posisi Qonita berbaring di ruang operasi dan tak sadarkan diri.
Anisha menatap sendu wajah Qonita. Gadis itu terlihat sangat kacau. Semoga saja ibu Qonita masih bisa diselamatkan. Anisha harap kakak sepupunya dan dokter lain di dalam sana bisa membantu ibu Qonita. Ya, Furqon juga ikut membantu proses operasi ibu gadis itu malam ini.
Flashback...
Terdengar suara tabrakan sangat kencang dari luar. Furqon langsung berdiri, ia menghentikan aktivitas zikirnya.Furqon menatap bingung saat dirinya sudah keluar dari dalam masjid tapi ia tetap berlari ke tempat dimana orang-orang sudah sangat ramai berkumpul. Furqon berusaha menerobos, menerobos sesuatu yang sedang dikerumungi banyak orang.
Furqon kehilangan tenaga, ia menatap tak percaya. Betapa terkejutnya Furqon saat berhasil melewati kerumunan orang yang sangat banyak itu. Disana, seorang gadis yang telah membuatnya jatuh hati menangis dengan tubuh bergetar. Meminta pertolongan tapi tidak ada satupun dari mereka yang mau memberi bantuan padanya.
Apa-apaan ini!
Furqon langsung tersadar, ia dengan sigap mengangkat tubuh wanita yang berada dipangkuan Qonita. Wanita itu bersimbah darah. "Kita bawa ke rumah sakit."
Qonita mengangguk cepat. Matanya memerah karena menangis. Qonita dengan tubuh yang masih bergetar hebat mencoba berdiri dari duduknya.
Qonita dengan sigap berjalan sejajar dengan Furqon. Ia membuka pintu mobil saat Furqon memasukkan tubuh Fatimah.
Anisha menatap bingung saat menangkap wajah Qonita yang terlihat ketakutan dan menangis.
Ia tidak mengetahui apapun yang terjadi saat ini. Sebab tadi saat Anisha selesai shalat ia langsung masuk ke kamar mandi.Baru saja ia ingin mengajukan pertanyaan, Qonita dan Furqon langsung masuk ke dalam mobil. Furqon duduk dikursi kemudi dan menyuruh Anisha juga duduk didepan bersamanya.
Betapa terkejutnya Anisha saat mengikuti perintah kakaknya itu dan menoleh kebelakang. Qonita menangis terisak dan di pangkuannya tergeletak wanita yang tak sadarkan diri.
"Ku... kumohon bangunlah, kumohon... bangun." Ucap Qonita disela tangisnya.
Furqon menyalakan mesin ingin melajukan mobilnya, tapi urung ia lakukan saat sepupunya itu keluar dengan cepat lalu kembali duduk di kursi tengah. Furqon mendengus kesal. Hampir saja, Anisha celaka karena kecerobohannya sendiri.
Anisha langsung duduk mengambil posisi. Ia meletakkan kaki wanita yang tak dikenalnya itu ke pangkuannya. Anisha menatap Qonita yang juga tengah menatapnya.
"Jangan takut, kami akan selalu ada untukmu. Kak ayo cepat!"
Perintah Anisha.Ia tersenyum penuh keyakinan. Anisha menggenggam erat tangan Qonita, menyalurkan ketenangan pada gadis itu. Meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.
Furqon mengangguk. Segera menghidupkan kembali mobilnya. Melaju cepat menuju Rumah Sakit.
Qonita tidak berhenti berdoa. Ia berharap Tuhan tidak mengambil nyawa Fatimah saat ini.
Ini semua salahnya.
Andai ia tidak lari semua ini tidak akan terjadi!
Andai tidak ada Fatimah disana Qonita lah yang harus merasakan semuanya!
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA
SpiritualApakah aku bisa kembali? Akankah ada yang bisa mengembalikan semuanya seperti semula? ~Alqonita Fatin~ Serahkan semua padaNya ~.....~