35

88 17 1
                                    

Di sana sangat ramai. Semua orang sibuk hilir mudik. Ada yang datang kembali dan juga ada yang pergi setelah sekian lama.

Qonita menghembuskan napas lega. Akhirnya, ia tiba juga di bandara Soekarno-Hatta (Soeta) setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh.

"Wah, sepertinya aku sudah lama tidak berkunjung ke Indonesia."
Ucap seseorang yang saat ini tengah berdiri di samping Qonita.

Qonita kembali menghembuskan napas. Namun bukan helaan napas lega seperti tadi kali ini helaan napasnya terdengar berat.

Julian. Pria itu tetap saja mengikuti kemana Qonita pergi. Bahkan Julian membawa koper yang lebih besar dari Qonita.

Julian kemarin beralasan jika kedatangannya ke Indonesia kali ini tidak lebih karena ia ingin menghabiskan liburannya di sini seperti biasanya.

"Apa orang tuamu tidak datang menjemput Qonita?"

Julian menoleh ke kanan dan kiri. Mencari seseorang yang mungkin orang tua gadis itu.

"Tidak, aku tidak memberitahu kepulanganku hari ini."

"Oh, kamu ingin memberikan kejutan untuk mereka?"
Tanya Julian lagi.

Qonita yang ditanya tidak menjawab. Ia sama sekali tidak bermaksud memberi kejutan untuk ayah dan ummanya. Gadis cantik itu hanya tidak ingin merepotkan mereka dengan kepulangannya.

Qonita berjalan meninggalkan Julian. Ia melambaikan tangan saat melihat taxi melintas di depannya. Baru saja Qonita ingin membuka pintu taxi namun urung ia lakukan saat tangan seseorang menariknya dari belakang.

Qonita menoleh, ia langsung menarik tangannya saat tahu orang itu adalah Julian.

"Pulang denganku."
Ucapnya tanpa melepaskan tangan Qonita. Ia malah semakin menggenggam tangan gadis itu saat berusaha melepaskannya.

"Lepasin Julian!"

Seketika orang yang ada di sana menatap tertarik saat mendengar suara Qonita. Ada juga yang berbisik.

"Maaf pak, istri saya sedang marah."
Ucapan Julian sukses membuat Qonita membelalakan mata.

Istri?

Qonita bahkan tanpa sadar menurut saat Julian menarik tangannya mendekati supir taxi yang tadi ia hentikan. Ternyata Julian memberikan uang pada laki-laki tua yang sedang menggerutu pada mereka.

"Sekali lagi, kami minta maaf pak!"
Teriak Julian saat supir taxi tadi melaju pergi.

Qonita langsung menarik tangannya paksa. Ia merasa tangannya sedikit nyeri akibat cekalan Julian.

Qonita tersentak saat Julian kembali menarik tangannya. Pria itu membawa Qonita menuju mobilnya yang sudah ia siapkan untuk mereka.

"Hentikan Julian!"
Ucap Qonita kembali membentak.

Pria itu berhenti, ia berbalik melihat Qonita dan tersenyum.

Qonita terdiam, ia merasa ada sesuatu yang aneh pada Julian. Bahkan senyumannya terlihat berbeda dari biasanya. Gadis itu merasa sedikit takut sekarang dengan Julian yang sangat berani padanya.

"Kita jadi bahan tontonan."
Ucap Julian menatapnya lekat.

Dan benar saja. Orang-orang yang ada di sana kali ini menatap aneh pada mereka.

Qonita menunduk, ia merasa sangat malu. Qonita bahkan tanpa sadar berteriak ditempat umum.

"Lepas."
Ucapnya lirih.

"Dan kau akan menurut?"

Qonita mengangguk. Benar, ini bukanlah Julian yang seperti biasanya. Pria itu bahkan mengucapkan kata 'kau' bukan 'kamu' atau memanggil nama Qonita seperti biasanya.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang