"Kakak terlambat aku telah dikhitbah oleh pria lain dan akan menikah dengannya satu bulan lagi."
Furqon menghempaskan tubuh di sofa panjang rumahnya. Kepalanya terasa berdenyut. Kata-kata Qonita selalu terngiang-ngiang dibenaknya.
Dirinya terlambat? Sungguh itu terdengar seperti lelucon ditelinga Furqon. Ia sama sekali tidak mempercayai perkataan Qonita.
Selama ini Furqon selalu menunggu gadis itu dengan sabar. Enam tahun dan itu bukanlah waktu yang singkat."Sudah pulang nak?"
Furqon mendongak. Ternyata yang berbicara adalah umminya.
"Iya Ummi, kepala Furqon pusing. Tadi aku udah ngucapin salam tapi gak ada jawaban. Mungkin ummi nggak kedengeran."
Arna melangkah mendekati Furqon dan meletakkan satu tangannya di dahi pria itu. Ia mengecek suhu tubuh putra semata wayangnya. Normal,
sama sekali tidak panas."Aku hanya pusing ummi. Nggak apa-apa kok. Furqon ke kamar dulu ya."
Furqon mencium punggung tangan Arna kemudian pipinya.
"Ummi bawakan obat ya? Supaya rasa sakitnya hilang."
Arna dengan lembut mengusap kepala Furqon sayang.
"Nggak usah ummi, sebentar lagi juga hilang kok. Ummi nggak usah khawatir." Ucap Furqon lagi lalu benar-benar melangkah pergi meninggalkan wanita paruh baya yang telah melahirkannya itu.
Furqon melangkah pelan menuju kamarnya. Kepalanya terasa sangat berat dan berdenyut. Ini adalah hari terberat dalam hidup Furqon. Lebih berat dari enam tahun lalu saat Qonita pergi jauh darinya.
Furqon meraih kenop pintu dan membukanya. Ia berjalan menuju ranjang lalu menghempaskan tubuhnya disana.
Furqon mengadahkan kepalanya, menatap langit kamar yang berwarna putih. Rumah ini. Furqon bahkan membuatkan rumah ini khusus untuk Qonita. Ini adalah rumah barunya dan Furqon baru menempatinya selama satu bulan. Rumah yang khusus Furqon bangun untuk gadis itu bergaya modern-klasik. Begitu indah didominasi warna coklat tua dan putih gading.
Furqon awalnya berencana akan menempati rumah baru itu bersama Qonita setelah gadis itu sah menjadi istrinya. Tapi apa yang terjadi saat ini tidak sesuai dengan rencananya.
Ya Allah. Furqon sama sekali tidak bisa mempercayai semua ini. Rasanya begitu berat. Saat Furqon kembali mengingatnya kepalanya langsung berdenyut, dadanya merasa sesak. Qonita akan menikah kurang dari satu bulan lagi dan pria itu bukanlah dirinya. Rasanya Furqon tidak ingin mempercayai itu semua.
"Ketika hatimu terlalu berharap pada seseorang maka Allah timpakan kepadamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu tahu bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap padaNya."
~Iman Syafii~Air mata Furqon menetes. Selama ini ia terlalu berharap pada Qonita. Percaya bahwa gadis itu benar-benar jodoh yang Allah berikan untuk dirinya.
Furqon begitu memuja Qonita. Memikirkannya setiap hari tanpa lelah. Memikirkan bagaimana masa depan mereka nanti. Padahal ia tahu jika Qonita belum halal untuknya.
Astagfirullah, Apa dirinya salah?
Tapi Furqon tidak bisa menahan semua perasaan yang selama ini ia pendam. Rasa cinta itu kian hari semakin tumbuh dan bertambah besar. Rasanya sangat sulit untuk menghilangkannya begitu saja.*******
"Julian kita sebenarnya mau ke mana?" Tanya Qonita kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA
روحانياتApakah aku bisa kembali? Akankah ada yang bisa mengembalikan semuanya seperti semula? ~Alqonita Fatin~ Serahkan semua padaNya ~.....~