28

146 18 4
                                    

Qonita tersenyum lebar, melangkah masuk ke salah satu Mall terbesar di ibu kota.

"Wah, rame banget ya? Kapan sepinya ni mall."

Qonita meringis mendengar perkataan Anisha yang bisa dibilang konyol. Kapan sepinya?  Tidak ada yang namanya Mall itu sepi karena selalu ada orang yang berdatangan ke sana.

"Masuk yuk."

Qonita mengangguk setuju, ia kembali melangkah. Hari ini Qonita memakai gamis warna silver dan hijab motif senada milik Anisha. Sejujurnya ia merasa sangat senang dengan pakaian yang digunakannya saat ini. Mengingatkan dirinya dengan Zahra. Walau niat awalnya hanya untuk tidak dikenali orang lain. Tapi yang Qonita rasakan justru sebaliknya, ia merasa sangat senang.

Qonita melirik Anisha yang memakai gamis berwarna mocca. Anisha terlihat sangat cantik, model pakaian mereka sebenarnya sama hanya warnanya saja yang berbeda.

Anisha mengajak Qonita masuk ke dalam sebuah Restoran. Mereka akan mengisi perut terlebih dahulu karena dari awal mereka memang berencana untuk makan siang disana.

"Kamu mau makan apa?"
Tanya Anisha pada Qonita.

Qonita membolak-balik buku menu miliknya. Ia melihat daftar makanan yang ada di sana.

"Kakak pesan apa?" Tanya Qonita balik, sama sekali tak menjawab pertanyaan Anisha.

"Ini. Aku mau makan ini."
Tunjuk Anisha pada Bebek Panggang yang terlihat sangat menggiurkan.

Qonita yang mendengar itu mengangguk pelan.

"Saya pesan ini mbak."
Tunjuk Qonita, memesan makanan sejenis salad.

Pelayan itu mengangguk, ia pergi setelah mencatat pesanan mereka.

"Kupikir kamu ingin memesan makanan yang sama denganku, tau gitu ngapain nanya." Ucap Anisha geleng kepala.

Apalagi makanan yang dipesan Qonita adalah makanan yang paling dihindari Anisha. Melihatnya saja membuat Anisha menjadi mual.
Anisha kira saat Qonita menanyakan apa yang ingin ia pesan, Qonita juga akan memesan menu yang sama dengannya. Sebab gadis itu terlihat bingung memilih makanan.

Qonita terkekeh pelan melihat Anisha mengerucutkan bibirnya ke depan. Perempuan berumur sekitar 5 tahun lebih tua darinya itu terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk pada orang tuanya.

"Aku kan hanya bertanya kak."
Qonita tersenyum lucu, memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun rapi.

"Terserah."

Qonita dan Anisha kembali berbincang, mereka tertawa pelan. Qonita dan Anisha tahu tempat jika mereka tertawa keras seperti saat di apartemen milik Anisha, itu akan sangat mengganggu orang lain.

Qonita kembali terbahak mendengar cerita Anisha yang sangat konyol.

"Ssstt. Jangan kenceng-kenceng."

Anisha bercerita tentang seorang karyawan yang sangat tampan diperusahaan milik ayahnya. Singkat cerita Anisha tertarik pada pria itu dan berniat ingin menjadi istrinya.

Orang-orang memanggilnya Andi. Ia terkenal cekatan, cerdas dan juga sangat ahli dalam memenangkan tender. Hingga Akhirnya Andi diangkat menjadi Manager di perusahaan milik keluarga Anisha dalam waktu kurang dari dua bulan.

Anisha yang memang memperhatikannya sejak awal merasa sangat senang saat ayahnya bercerita tentang Maneger baru itu. Dan bahkan ingin memperkenalkan mereka berdua.

Anisha sangat bersemangat, ia berdandan sangat sempurna untuk bertemu dengan Andi. Bersolek semaksimal mungkin. Tapi Anisha terpaksa menarik kembali ucapannya ingin menikahi Manager baru itu saat ayahnya memperkenalkan mereka berdua.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang