20

138 18 0
                                    

"Qonita."

Panggilan itu membuat hatinya nyeri. Suara itu, suara yang tak ingin di dengar olehnya.

Qonita mendongak. Meskipun ia sangat mengetahui siapa yang memanggil namanya, tapi rasa terkejutnya sama sekali tidak bisa disembunyikan.

Disana, bukan hanya Fatimah yang ada di depan apartemennya. Tapi Zahra, Aldo, dan juga remaja laki-laki yang tidak sengaja dijumpainya beberapa minggu yang lalu. Entah siapa namanya, Qonita tidak peduli.

"Sayang."

Qonita masih diam, ia tidak melihat Fatimah yang melangkah mendekat ke arahnya. Sebuah sentuhah hangat menyadarkan Qonita yang termenung. Namun sedetik kemudian Fatimah dibuat terkejut olehnya. Genggamannya terhempas begitu saja.

"Sayang, kamu..."

"Pergi!"
Qonita melangkah mundur saat Fatimah kembali mendekatinya.

"Pergi dari sini!"

Perlahan air mata Fatimah jatuh. Apa yang terjadi dengan Qonitanya? Zahra, Aldo, dan Reno pun terkesiap melihat perlakuan Qonita. Apa yang terjadi dengan gadis itu? Ia terlihat marah.

Qonita menatap garang saat Fatimah kembali melangkah kearahnya.

"Kau!"
Dada Qonita bergerak naik turun, ia mengepalkan kedua tangannya.

Qonita beralih menatap Zahra, terlihat jelas raut khawatir diwajahnya. Namun, saat ia kembali menatap Fatimah seketika rasa benci kembali menyeruak. Qonita menatap Fatimah tajam.

Perlahan kaki Fatimah melangkah maju mendekati Qonita, dan itu membuat Qonita reflek mundur.

"Berhenti!"

"Ini ibu sayang."

Fatimah kembali melangkah mendekati Qonita.

"Kubilang berhenti!"
Bentak Qonita untuk untuk kesekian kalinya. Ia menatap garang kearah Fatimah.

Hati Fatimah mencelos melihat itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada Qonita?

Fatimah baru di beritahu oleh teman Qonita, Zahra. Jika salah satu teman mereka yang bernama Reno melihat Qonita beberapa minggu yang lalu.
Sebenarnya setiap hari Zahra datang ke rumahnya untuk memberitahukan tentang Qonita. Tapi saat itu Fatimah dan Adam sedang mencari Qonita ke rumah neneknya yang ada di Lampung. Mereka mengira kemungkinan besar Qonita ada di sana. Tapi mereka sama sekali tidak menemukan Qonita. Malahan mertua Adam, ibu dari Zahra dan Fatimah menangis histeris saat tahu cucu semata wayangnya menghilang.

Hampir satu bulan mereka tidak berhenti mencari Qonita. Bahkan mereka sudah melaporkan ke polisi jika putri mereka menghilang. Adam dan Fatimah hampir putus asa mencari Qonita karena sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Pikiran buruk selalu menghampiri mereka, takut jika terjadi apa-apa pada Qonita.

Dan saat pulang ke Jakarta, baru saja mereka sampai untuk sekedar membersihkan diri. Zahra datang seorang diri dan menceritakan jika Qonita ada di Surabaya. Zahra dan Reno sempat mencarinya bersama, namun hasilnya sia-sia. Mereka tidak menemukan Qonita.

Sudah lebih dari satu minggu mereka mencari Qonita di Surabaya dan hari ini mereka berhasil menemukan tempat tinggal Qonita. Fatimah bahkan pergi seorang diri tanpa Adam. Karena suaminya jatuh sakit, sakit karena merindukan putri mereka.

Adam bahkan memaksakan diri untuk mencari Qonita bersama Fatimah. Namun Fatimah menolak permintaannya sebab suaminya itu tengah sakit. Mati-matian Fatimah membujuk suaminya agar tidak ikut dan mengizinkannya. Sebab ia tidak akan pergi tanpa izin dari sang suami, karena malaikat akan mencatatnya sebagai dosa jika satu langkah saja Fatimah keluar dari rumah saat suaminya tidak meridhoi.
Fatimah sangat senang karena akhirnya Adam memberikannya izin, meskipun terpaksa karena keadaannya.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang