12

163 22 0
                                    

Zahra dengan langkah tergesa menuju rumahnya. Ia sangat gelisah sekarang, Zahra bahkan mengetuk pintu rumahnya dengan kuat.

"Assalamualaikum Ummi."

"Waalaikumsalam."
Jawab Airin lalu membukakan pintu untuk putrinya.

Zahra langsung memeluk Umminya dan menangis. Airin yang melihat itu lantas terkejut. Apa yang terjadi pada putrinya?

"Ada apa sayang? Apa ada masalah di sekolah?"

Zahra mengangguk lemah. Ia berupaya keras menahan tangisnya yang kian kencang.

Tadi siang ketika di sekolah ia sangat sulit berkonsentrasi karena mengkhawatirkan Qonita. Zahra tak henti-hentinya berdoa agar sahabatnya itu baik-baik saja dan dilindungi oleh Allah Subhanahu wata 'ala. karena Allah lah sebaik-baiknya pelindung.

Terlebih teman sekelasnya selalu menghujaninya dengan banyak pertanyaan tentang Qonita. Sedangkan ia sama sekali tidak tahu apapun. Zahra sedih karena tidak mengetahui bagaimana keadaan Qonita dan apa yang terjadi padanya.

Tapi Zahra tidak bisa membendung air matanya sekarang. Rasa takut kian menjadi, takut jika terjadi sesuatu yang buruk pada sahabatnya.

"Qo... Qonita hilang Ummi."
Ucap Zahra terisak.

Airin pun terkejut mendengar perkatan putrinya. Tapi kembali ia menekan rasa paniknya itu agar putrinya kembali tenang.

Astagfirullah.

"Tenanglah sayang,"

"Kita punya Allah. Disaat kita jauh dari Qonita, Allah lah yang akan menjaganya."

Airin mengelus punggung Zahra lembut. Menyalurkan ketenangan pada putrinya.

"A... aku ingin mencari Qonita Ummi."
Pinta Zahra.

Ia mendongak menatap Airin. Ia harap agar Umminya mengizinkannya.

Airin mengangguk lalu tersenyum. Tentu saja ia mengizinkan Zahra mencari Qonita.

"Tapi..."
Airin menggantungkan kata-katanya dan itu membuat Zahra yang tadi bahagia menatap cemas. Apa Umminya tidak mengizinkannya?

"Tapi Ummi harus ikut.''
Tambahnya lagi.

Zahra menghembuskan napas lega dan mengangguk. Airin yang melihat putrinya sudah tenang dan berhenti menangispun merasa lega sekarang.

''Ya sudah, ayo masuk."

Zahra mengangguk lalu melangkah masuk bersama umminya. Airin menghibur Zahra dengan mengatakan, Qonita akan baik-baik saja dan mereka akan mencarinya bersama. Lantas atas izin Allah lah mereka akan menemukan Qonita.

*****
Pukul 02.25 WIB Qonita masih juga belum tidur. Ia memandangi ponselnya lama, Qonita melihat gambar saat ia kecil bersama bundanya.

Aku merindukanmu bunda
Jemput aku!

Itulah yang di pikirkan Qonita sekarang. Apa ia harus menyusul bundanya? Apa ia bisa bertemu?

Qonita menggeleng. Ya Tuhan! Kepalanya ingin pecah.

Qonita beranjak dari kamarnya lalu menyambar jaket hitam miliknya. Ia butuh udara segar sekarang.

Qonitaa berjalan kaki keluar dari apartemennya, berniat menghilangkan semua beban pikiran yang ia rasakan. Angin malam berhembus sangat kencang, tapi itu tidak mempengaruhi Qonita. Ia menikmati angin malam yang terasa menembus kulitnya hingga tulang.

Qonita melangkah pelan menuju sebuah kafe yang buka 24 jam. Tempat itu berada tidak jauh dari apartemennya. Ia melihat keadaan sekitarnya, sepi. Dan ia sangat menyukai itu, tidak akan ada yang mengganggunya.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang