25

160 14 2
                                    

"Aku merindukanmu sayang."

Kata-kata itu selalu terngiang dibenak Qonita. Daniel, pria itu. Entah apa yang telah dilakukannya pada Aisyah.

Qonita berjalan tergesa. Ia langsung menghentikan sebuah taxi dan masuk kedalamnya. Mengatakan jika dirinya akan ke bandara.

Benar-benar keterlaluan, Daniel mengancam Qonita menggunakan gadis kecil yang di culiknya. Qonita mengutuk dalam hati. Ia yakin Daniel adalah tipe pria bajingan yang selalu memanfaatkan kelemahan orang lain.

Qonita menghembuskan napas berat, rasanya sangat membosankan. Qonita harus sangat bersabar untuk perjalanan kali ini karena akan terasa sangat panjang. Bagaimana tidak, ia harus berangkat ke Jakarta sekarang juga.

Qonita memejamkan mata sejenak. Menetralkan amarah yang kini hendak meledak.

''Jangan marah, itu hanya akan membuatmu merasa semakin tidak tenang.''

Itulah perkataan yang di ucapkan Zahra padanya saat ia marah di sekolah kala itu.

"Astagfirullah."

Qonita menegang di tempatnya. Apa yang baru saja ia ucapkan? Istigfar?
Qonita menggeleng cepat, seharusnya itu menjadi kalimat terlarang dan tidak boleh diucapkan olehnya.

Qonita menghembuskan napas. Baiklah, ia harus menyiapkan tenaga untuk apa yang terjadi selanjutnya.

******

Drrtt..
Drrtt..
Drrtt..

Bunyi Ponsel membangunkan Qonita dari tidurnya. Astaga, sudah berapa lama dirinya terlelap? Melirik jam yang melingkar ditangannya. Ia menghembuskan napas lelah. Sebentar lagi.

Qonita mengambil ponsel yang tadi bergetar didalam tasnya. Ternyata sebuah pesan singkat dari seseorang. Qonita yakin jika yang mengirimkannya pesan adalah si pria bajingan, Daniel. Dari mana pria itu mendapatkan nomor handphonenya?! Padahal tidak ada seorangpun yang memiliki kontak Qonita.

[Cepatlah datang, aku sangat merindukanmu sayang]

Pesan singkat Daniel membuat Qonita muak. Ia mendengus kesal. Apa yang direncanakan pria itu? Padahal Qonita sama sekali tidak memiliki urusan dengannya.

Sudah lebih dari empat jam Qonita berada di dalam taxi, sungguh Qonita sangat khawatir pada Aisyah.

Taxi itu berhenti pada sebuah butik. Qonita mengerutkan dahi? Apa supir taxi yang masih muda di depannya ini tidak salah mengantarnya?

"Sudah sampai mbak."
Ucap supir taxi itu saat Qonita tak kunjung keluar dari mobil.

"Apa ini sesuai dengan alamat yang saya berikan?"

Supir itu mengangguk cepat, mengiyakan pertanyaan penumpang di belakangnya.

Qonita menyerahkan selembar uang lalu melangkah keluar. Berjalan menuju butik yang terkesan sangat mewah.

"Sudah datang rupanya."

Bunyi derap langkah seseorang yang berjalan menghampiri Qonita saat ia menginjak tempat itu. Qonita menatap tajam ke arah pria yang mendekat padanya. Namun tatapannya sama sekali tidak di acuhkan oleh Daniel. Ia lebih memilih berdiri tepat di samping Qonita tanpa menoleh padanya.

Daniel menjentikkan jarinya, memberi kode. Tak berapa lama datang seorang wanita cantik yang lumayan seksi berjalan menghampiri mereka.

"Bawakan pesananku!"

Wanita itu mengangguk lalu meninggalkan Daniel dan Qonita.

"Apa mau mu?!"

Daniel yang mendapat pertanyaan itu langsung menoleh pada Qonita.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang