Qonita merebahkan diri di ranjang milik Aisyah. Ia dan Aisyah baru pulang setelah maghrib. Mereka tidak langsung pulang setelah kejadian di Mall siang itu. Qonita bahkan mengajak Aisyah ke Mall lain yang tak kalah besarnya.
Qonita menatap langit kamar Aisyah yang sangat penuh, penuh dengan gambar bintang warna-warni. Sangat indah karena disana juga ada lukisan planet-planet yang terlihat sangat nyata.
Allah Akbar....
Allah Akbar....Adzan Isya berkumandang. Qonita masih diam. Berbaring diatas ranjang lalu memejamkan mata. Entahlah, rasa itu masih ada. Perasaan tenang dan damai saat Qonita mendengar panggilan itu.
Pintu kamar mandi terbuka, Aisyah keluar dari dalam sana. Gadis kecil itu telah selesai berwudhu, karena sebentar lagi Aisyah akan melaksanakan shalat berjamaah dengan bi Inah seperti biasa.
"Kakak nggak shalat?"
Tanya Aisyah, melangkah mendekati Qonita.Hening. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Qonita.
Aisyah yang melihat itupun menatap bingung. Namun sedetik kemudian ia tersenyum menggemaskan.
"Oh. Aisyah tau, kakak sedang haid ya? kata bunda, kalau pelempuan sedang haid itu nggak boleh shalat."
Ucap Aisyah menebak diamnya Qonita.Qonita masih diam setelah mendengar hipotesis Aisyah. Sungguh diluar perkiraannya. Bagaimana mungkin anak umur empat tahun tahu hal yang seperti itu?
"Aisyah mau tulun dulu, bi Inah pasti udah nungguin Aisyah."
Pamitnya lalu mencium punggung tangan Qonita.Qonita mengangguk, memandang kosong setelah Aisyah menghilang dihadapannya.
"Ayah..." Gumam Qonita, setetes air mata jatuh mengenai pipinya.
Qonita menelungkupkan tangan diwajahnya. Sungguh ia sangat merindukan Adam. Di tambah lagi saat wanita itu mengatakan jika ayahnya sakit.
Qonita menarik napas dalam-dalam. Ia yakin ayahnya pasti baik-baik saja. Adam adalah pria kuat dan pasti akan sembuh.
Setelah beberapa menit Aisyah kembali ke kamarnya. Ia tersenyum melihat Qonita yang kini sedang duduk dimeja belajarnya.
"Kakak capek? Aisyah pijitin ya."
Ucap Aisyah, memegang tangan Qonita. Seharian ini Qonita menuruti keinginannya. Qonita pasti sangat lelah.Qonita merasakan tangan mungil itu memijit lengannya hangat. Ia tersenyum, Aisyah selalu bisa membuatnya tenang.
"Kita belajar aja ya, malam ini kita belajar apa?" Tanya Qonita lembut, menarik tangan Aisyah dari lengannya lalu menggenggamnya.
"Kak Qonita kok nggak pakai keludung sih? Kata mama Aisyah itu ya, kalau pelempuan itu wajib menutup aulat. Kalena itu pelintah Allah." Aisyah memandang Qonita dengan dari berlipat.
Qonita tersenyum membalas ucapan Aisyah, meskipun senyum getirlah yang terukir di wajahnya.
"Ibu kakak juga ngomong kayak gitu."
Dada Qonita bergemuruh, sesak. Seperti ada palu besar yang menghatam tepat dijantungnya.
"Benalkah? Tapi kenapa kak Qonita tidak pakai keludung?"
Tanya Aisyah lagi.Qonita kembali tersenyum, mengusap lembut rambut Aisyah yang tidak tertutup apapun.
"Kita belajar lagi ya. Besok Aisyah belajar apa?" Tanya Qonita, mengalihkan perhatian Aisyah.
"Hmmm. ."
Aisyah mengetuk jari telunjuk di dagunya, hal yang sering ia lakukan ketika sedang berpikir."Tunggu sebental kak, Aisyah ambil buku dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA
SpiritualApakah aku bisa kembali? Akankah ada yang bisa mengembalikan semuanya seperti semula? ~Alqonita Fatin~ Serahkan semua padaNya ~.....~