07

197 25 0
                                    

Qonita pulang ke rumahnya menjelang maghrib. Ia bergegas memasuki rumah karena tahu ayahnya sudah pulang.

Baru saja ia ingin membuka kenop pintu tapi pintu rumahnya sudah terbuka. Fatimah yang berdiri didepannya terdiam melihat tampilan Qonita, pasalnya sekarang ia tidak memakai seragamnya.

Mungkin pakaian temannya.

Ia tersenyum kearah Qonita. Fatimah sangat senang melihat pakaian yang di gunakan Qonita. Sangat bagus pakaian perempuan berhijab, hanya saja Qonita tidak memakai kerudung.

"Ayo masuk sayang, mandi dulu ya udah mau maghrib nak."
Ucap Fatimah lembut dengan senyum yang tak pernah lekang dari wajahya.

"A..aku sudah mandi di rumah temanku."
Jawabnya bergetar karena Qonita sangat jarang berbicara pada Fatimah.

Fatimah yang mendengar Qonita yang mau berbicara dengannya pun terkejut. Sungguh ia sama sekali tidak menyangka, akhirnya gadis itu mulai mau membuka diri. Bahkan senyum Fatimah semakin lebar.

Qonita pun seperti orang kebingungan. Entahlah, terbesit saja dalam hatinya ingin menjawab pertanyaan Fatimah. Terlebih dirinya melihat interaksi antara Zahra dan Umminya. Sungguh ia merasa sangat iri.

"Baiklah, kita masuk kedalam sebentar lagi maghrib."

Fatimah mengajak Qonita masuk ke dalam rumah bersamanya lalu mengelus rambut Qonita yang panjang tanpa penutup itu. Sangat besar harapannya agar Qonita tidak memperlihatkan rambut indahnya pada orang lain. Tapi Fatimah tidak mempermasalahkan itu, ia tidak akan memaksa Qonita. Membiarkan gadis itu melakukan hal baik dengan keinginannya sendiri.

Fatimah mengantar Qonita sampai di depan kamarnya. Ia mengingatkan Qonita lagi dengan lembut jika sudah maghrib mereka akan makan malam bersama, dan Qonita membalasnya dengan sebuah anggukan.

Qonita menghempaskan dirinya ke kasur. Dia sangat senang hari ini. Dia juga tidak tahu kenapa mungkin karena ia mengunjungi rumah Zahra  Biasanya harinya akan kosong seperti biasa, sebab kebiasaan rutinnya jika pulang sekolah Qonita langsung pulang ke rumah.

Qonita tidak mengganti pakaiannya.
Pasalnya tadi ia sudah membersihkan diri di rumah Zahra, dan baju yang di gunakannya sangat indah menurutnya. Ummi Zahrapun sangat baik bahkan selalu ramah padanya.
Walaupun Qonita lebih banyak diam memperhatikan.

Adzan berkumandang dan Qonita mendengarkannya dengan memejamkan mata. Perasaan tenang selalu merasuki relung hatinya kala dirinya mendengar suara adzan.

Setelah suara Adzan tak lagi terdengar Qonita memejamkan mata sepenuhnya, melepas penat untuk beristirahat.

                         ******
Suasana ruang makan begitu sunyi. Hening. Tidak ada suara, dentingan sendok dan garpupun tidak lagi terdengar di ruangan itu.

" Teman kamu siapa namanya nak? Tumben kamu main ke rumah teman."
Tanya Adam memulai percakapan.

Ia sebenarnya sangat khawatir ketika tiba di rumah Qonita juga belum pulang. Berulang kali Ia menelpon Qonita tapi tidak diangkat olehnya
Tapi Adam tidak mau berpikir buruk. Ia sangat senang mengetahui jika Qonita memiliki teman disekolah. Pasalnya selama ini Qonita tidak pernah berbicara tentang temannya.

Jangankan berbicara tentang teman, berbicara tentang diri sendiri saja terkadang ia enggan untuk menjawab.

Mereka sudah selesai makan sekarang. Tetapi sudah menjadi kebiasaan di rumah Qonita jika selesai makan malam dirinya akan selalu di tanyakan tentang sekolahnya. Karena hanya pada jam itulah ayahnya memiliki waktu karena sangat sibuk bekerja. Adam merupakan pemilik perusahaan pertambangan yang sangat besar dan ia termasuk ke dalam 10 pengusaha tersukses di dunia yang membuatnya hampir tidak memiliki waktu untuk keluarga. Bahkan saat dirumah pun terkadang ia membawa setumpuk dokumen untuk diselesaikan.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang