05

196 23 0
                                    

Pagi ini adalah pagi yang sangat istimewa bagi Qonita. Pagi yang sungguh berbeda dari pagi lainnya karena hanya pada hari inilah ia akan memakai jilbab selama satu minggu disekolahnya.

Hari ini adalah hari jumat dan seperti biasanya akan ada Muhadaroh
( Siraman rohani) untuk setiap jumatnya.

Qonita duduk sendirian dipojok belakang ruang, mendengarkan salah satu teman sekelasnya yang sedang membaca Alqur'an yang terdengar sangat merdu.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfaal: 2).

Sungguh apa yang tengah dibacakan saat ini menyentuh relung
hati Qonita. Seperti ada sesuatu yang menghangatkan dadanya.

Ini merupakan hari favorite Qonita selain karena hanya pada hari inilah dirinya menggunakan jilbab, ia juga mendapatkan pengetahuan baru tantang agamanya walau ia tidak pernah melaksanakannya.

Tepat pukul 09.00 acara Muhadaroh selesai. Para murid telah membubarkan diri tapi tidak dengan gadis itu, ia masih setia duduk disana.

Zahra berjalan kearahnya.
"Kamu masih mau disini cantik?" Tanyanya sambil mengedipkan sebelah mata.

Qonita yang mendapat pujian dari Zahra mendongak. Tidak biasanya Zahra menyebutnya cantik. Tapi pujian itu terasa begitu tulus dari mulut Zahra tidak seperti yang lain.

"Aku memang ditakdirkan cantik dari lahir."

Qonita beranjak dari tempat duduknya. Sebenarnya ia hanya bergurau mengatakan itu.

"Benar, kamu sangat cantik memakai kerudung ini Qonita."

Qonita langsung diam, lalu sedetik kemudian ia tersenyum. Senyuman yang hanya bisa dilihat oleh Zahra namun tidak untuk orang lain. Ternyata Zahra memujinya karena memakai kerudung, dan ini pertama kali untuknya melihat Qonita seperti itu.

Berbeda sekali dengan orang lain.
Banyak orang yang memujinya apabila memakai rok pendek dan baju kekurangan bahan.

Menurut mereka tubuh Qonita sangat di sayangkan jika tidak di perlihatkan pada orang banyak karena fisiknya yang sangat mendukung. Sungguh Qonita merasa sangat muak saat mereka memujinya sewaktu perlombaan sekolahnya kala itu.

"Apa kamu kamu menemaniku ke toko buku setelah pulang sekolah?"
Pinta Zahra.

Qonita menganggukkan kepala.
"Tentu saja."

Mendengar itu Zahra sangat senang ia menggandeng lengan Qonita dan mengajaknya ke kelas. Ia kembali berceloteh riang seperti biasanya.

"Qonita!"

Panggilan itu membuat Qonita dan Zahra reflek berbalik ke belakang. Disana, tiga orang siswi berdiri di belakang mereka.

Ternyata Rara dan teman-temannya. Mereka merupakan sekelompok geng di SMAN 05 yang cukup populer.
Bukan karena prestasi tapi pergaulan mereka yang tidak bisa di banggakan sama sekali.

Lihat saja baju mereka yang berbeda sekali dengan murid lain. Apabila di sekolah ini bagi murid yang tidak menggunakan hijab maka semua seragam wajib tetap  panjang.

Tapi tidak untuk mereka. Rara dan teman-temannya menggunakan rok abu-abu di atas lutut dan baju yang sangat ketat sehingga membentuk lekuk tubuh mereka. Tidak hanya seragam abu-abu saja, semua seragam mereka yang lainnyapun seperti itu.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang