34

114 15 7
                                    

Seorang gadis muda berparas cantik tengah duduk menikmati suasana di sekitarnya. Ia memejamkan mata, menghirup udara malam yang terasa begitu menenangkan. Senyum lebar mengembang di wajahnya.

Qonita mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sekarang ia berada di salah satu masjid yang sangat terkenal di Turki. Masjid Sultan Ahmad atau orang-orang lebih mengenalnya dengan sebutan Blue Mosque (masjid biru).

Blue mosque di bangun oleh Sultan Ahmad I yang berkuasa 1603-1619 yang sampai saat ini masih berfungsi sebagai masjid. Masjid ini merupakan sejarah peninggalan Utsmaniyyah yang di disaign dengan arsitektur Islami Ottoman Klasik.

Masjid unik ini dinamakan Blue Mosque karena di dalamnya terdapat kurang lebih 2000 granit berwarna biru. Yang membuat masjid ini semakin indah dan unik adalah kubahnya yang bertumpuk dan juga menara yang sangat besar. Blue Mosque memiliki 9 kubah, dengan satu kubah utama dan delapan kubah penyangga. Tinggi kubah blue mosque kurang lebih sekitar 43 meter dan dikelilingi oleh 6 menara.

Qonita menatap ke samping. Kalau tidak salah masjid ini memiliki 260 jendela. Bisa dibayangkan betapa luas dan besarnya masjid ini.

Blue mosque boleh di datangi muslim yang ingin shalat ataupun nonmuslim yang ingin berkunjung. Namun orang-orang yang datang kesana harus berpakaian menutup aurat. Dan saat waktu shalat tiba hanya boleh di masuki oleh orang-oang yang akan shalat. Itu artinya seseorang yang bukan muslim tidak di izinkan untuk masuk ke dalam sana.

Qonita kembali menatap kagum dengan sekelilingnya. Masjid ini sangat-sangat luas. Blue mosque terdiri dari Madrasah, halaman luar dan halaman pertama, rumah sakit dan tentunya tempat untuk shalat.

Saat malam seperti ini lampu yang menyinari masjid yang di dominasi warna biru ini terlihat begitu indah. Blue mosque merupakan salah satu masjid yang menjadi simbol Islam di Turki.

Qonita harap akan ada masjid seluas dan seindah ini di tanah airnya, Indonesia.

"Woy, ngelamunin apa ayo?"

Qonita terkejut saat seseorang menepuk bahunya. Ia tidak perlu berbalik untuk mengetahui siapa orang yang mengejutkannya. Karena Qonita sangat mengenal suara cempreng itu.

"Kok diam aja sih? Uang bulanan abis ya?" Candanya lalu duduk di
samping Qonita.

"Lagi nikmatin udara malam, di sini seger banget." Ucap Qonita membalas senyum Laura.

Mereka telah mengenal kurang lebih enam tahun. Qonita bertemu dengan Laura karena mereka kebetulan berada di Fakultas yang sama. Laura adalah teman yang baik. Bahkan tak membutuhkan waktu yang lama untuk mereka bersahabat.

Berbicara tentang sahabat Qonita sangat merindukan sahabat cerewetnya yang ada di Indonesia, Zahra. Mereka bisa dikatakan jarang berkomunikasi akhir-akhir ini karena memiliki kesibukan masing-masing.

"Bentar lagi kamu pulang ya?"
Tanya Laura dengan wajah sedih.

Qonita mengangguk, mengiyakan pertanyaan Laura.

"Diih, otak kamu isinya apaan sih. Kok pinter banget, enam tahun udah jadi dokter kandungan. Gila aja, rata-rata orang itu 10 tahun bahkan lebih. Ini mah kamu kayak robot." Cerocos Laura.

Qonita hanya terkekeh pelan membalas ucapan gadis itu.

"Aku juga mau kayak kamu enam tahun udah selesai. Bah, pasti nyokap ama bokap senang banget dan aku bisa pulang ke Indonesia." Ucap Laura menggebu. "Pengen makan siomay buatan mama. Pasti enak banget."
Cerocosnya dengan mulut terbuka yang hampir ileran.

Qonita tersenyum melihat tingkah Laura yang seperti anak kecil. Tapi ia juga memiliki keinginan yang sama seperti Laura. Qonita ingin cepat pulang ke Indonesia.

CAHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang