07

20K 1.1K 49
                                    

"Sayang, ayo bangun dan memilih cincin pernikahan kita, gaun yang kemarin kau pilih itu sudah bagus, atau kita perlu mencari yang lebih mahal?"

"Sayang, bangun dan jawablah. Kau masih menginginkan garden party? Aku akan melakukannya untukmu, ayo bangunlah sayang. Hm?"

Jaehwan mengenggam erat tangan Tan, ia mengelus punggung tangan Tan dengan ibu jarinya.

Ceklek

Jaehwan tak memperdulikan siapapun yang datang ke ruang inap calon istrinya. Dia tetap memandangi Tan dengan tatapan sendu dan bersalah.

Jaehwan menengok ke samping saat ia merasa ada tangan hangat yang mengelus lembut puncak kepalanya.

"Ibu? Tolong, jangan menyuruhku pergi dari sini, aku ingin bersama Tan." lirih Jaehwan.

"Kau baik-baik saja kan?" tanya ibu Jaehwan.

Jaehwan hanya menggeleng dan kembali memandang Tan.

"Aku ingin mendonorkan jantungku untuk Tan. " ucap Jaehwan tiba-tiba.

"Tan akan sedih jika tau hal itu, itu tandanya kau tak mau hidup bersama dengan Tan." ucap ayah Jaehwan.

"Maksud Jae bukan seperti itu, yah."

"Sudahlah." ucap ibu Jaehwan.

Jaehwan mengganti arah pandang pada tangannya yang sedang menggenggam tangan Tan. Sungguh, Jaehwan merasa jari tangan Tan bergerak dalam genggamannya.

"K-kak, mata Tan t-terbuka." ucap Hyuna dengan gagap.

"Ayah akan panggilkan dokter." ucap Ayah Jaehwan lalu pergi keluar ruang inap.

"Sayang?" panggil Jaehwan.

Tan tak menjawab panggilan Jaehwan, tubuhnya terasa sangat sakit setelah dorongan sosok hitam tadi, untuk membuka kelopak mata kembali rasanya sangat berat.

"Syukurlah, nona Tan berhasil melewati masa komanya. Ini suatu keadaan yang sangat langka. Mukjizat dari Tuhan memang benar adanya, tadinya jantung nona Tan tak bisa memompa darah dengan benar sehingga membutuhkan jantung pengganti, namun sekarang jantungnya telah berfungsi dengan baik meski masih butuh pemulihan."

"Syukurlah." ucap ayah Jaehwan.

"Kau berhasil, sayang." ucap Jaehwan menggenggam tangan Tan.

Namun entah dari mana kekuatan yang Tan dapatkan, Tan melepaskan genggaman Jaehwan.

Tan bisa merasakan kesedihan dari Jaehwan yang ada di sampingnya sekarang.

Dorongan dari sosok hitam tadi bukan hanya menyakiti tubuhnya, tapi juga hatinya. Ingatan-ingatan tentang Jaehwan berselingkuh muncul di kepalanya hingga membuat keningnya berkerut dan tubuh Tan bergerak gelisah.

Jaehwan menggerakkan tangannya untuk mengelus kepala Tan dengan lembut, rasa nyaman muncul dalam diri Tan hingga akhirnya ia kembali tertidur.

"Bagaimana jika ia tak memaafkanmu?" tanya ayah jaehwan.

"Dia pasti memaafkanku, ayah." ucap Jaehwan.

"Jangan terlalu percaya diri. Kau pikir setelah kau mengkhianatinya dia masih akan tetap menurut denganmu seperti dahulu?"

Jaehwan hanya terdiam mendengar ucapan sang ibu.

"Ayah akan terus mendukungmu untuk mendapatkan Tan kembali, Jae." ucap ayah Jaehwan.

"Terimakasih ayah." ucap Jaehwan tulus.

Jaehwan kembali memandang Tan yang sedang tertidur lelap. Ya, Jaehwan telah siap dengan semua perlakuan yang nantinya akan Tan berikan padanya.

Setelah ayah, ibu, dan Hyuna pulang, Jaehwan menggenggam erat tangan Tan, mencium pipi dan bibirnya lalu tertidur di samping ranjang Tan dengan posisi duduk.

Saat tertidur, Tan kembali merasakan sakit pada tubuhnya, ia tak bisa kembali tidur hingga tak sadar bahwa dia merintih kesakitan dan membuat Jaehwan bangun dari tidurnya.

"Sayang? Kau tak apa?" tanya Jaehwan lembut.

"Sakit," lirih Tan.

"Mana yang sakit, sayang?" ucap Jaehwan sambil mengelus kepala Tan dengan penuh kasih sayang.

Tan menggenggam erat tangan Jaehwan dan meremasnya untuk melampiaskan rasa sakitnya, Jaehwan hanya bisa berdoa pada Tuhan sambil membisikkan kata untuk menguatkan gadis tersayangnya.

"Kau bisa sayang. Kau pasti bisa. Kuatlah. Kau gadis kuat, aku tau itu."

"Mas," panggil Tan.

"Hm?"

"Haus,"

Jaehwan segera mengambil minum untuk Tan dan meminumkannya pada Tan dengan sangat hati-hati.

"Sudah mendingan? Tidurlah lagi. Aku disini." ucap Jaehwan kembali menggenggam tangan Tan.

Tan tak menjawab ucapan Jaehwan, ia kembali memejamkan matanya. Tan tidak tidur, hanya saja ia merasa ingin memejamkan matanya. Sangat berat bagi Tan melihat Jaehwan terus-terusan menatapnya dengan tatapan bersalah.

"Jika bisa, aku ingin menggantikanmu, aku ingin aku saja yang merasakan sakit, jangan kau. Tidurlah, aku selalu disini, disampingmu. Aku tak akan meninggalkanmu lagi." ucap Jaehwan lalu mencium seluruh bagian wajah Tan dengan hati-hati.

Tadinya Jaehwan ingin kembali tidur, tapi Jaehwan rasa, memandangi wajah gadisnya jauh lebih menarik daripada tidur.

"Maafkan aku. Aku terlalu bodoh telah meninggalkanmu."

Tentunya Tan mendengar semua perkataan Jaehwan karena Tan ridak tertidur, ia hanya memejamkan matanya.

Jaehwan merasakan genggaman tangan Tan menguat, ia kembali mendekati Tan.

"Terasa sakit lagi? Hm?"

Jaehwan mengelus kepala Tan dengan lembut.

"Maaf."

"Hm?"

"Maaf telah menyakitimu, maaf telah mengkhianatimu, maaf telah menduakanmu, maaf telah selingkuh darimu, maaf telah membuatmu jadi seperti ini."

"Ya."

Jaehwan tersenyum miris mendengar jawaban singkat Tan yang bahkan terlihat tidak ikhlas.

"Mau makan buah?"

"Tidak."

"Mau aku pesankan makanan? Atau mau cemilan saja? Buah biasanya baik untuk orang sakit, makan buah saja ya, biar aku kupaskan, kau ma--"

"Kenapa mas selingkuh?"

Jaehwan hanya terdiam mendengar pertanyaan gadisnya.

"A-aku khilaf."

Jaehwan tak berbohong, ia memang hanya khilaf sesaat karena bernafsu pada Nayeon saat itu.

"Aahh khilaf, bukannya mas pernah bilang kalo mas nafsu cuman sama aku? Dia pasti lebih menggoda daripada aku, makanya mas sampe khilaf."

Benar perkataan Tan, Jaehwan sendiri bingung akan hal itu, Nayeon datang dengan keadaan telanjang saat itu, namun Jaehwan juga pernah melihat Tan dengan keadaan telanjang juga, jika diingat lagi, tubuh Tan jelas-jelas masih murni dan lebih menggoda dengan gundukan yang lebih berisi daripada Nayeon, entah angin dari mana yang membuat Jaehwan melakukan itu dengan Nayeon.

"M-maaf."

Jaehwan menunduk setelah mengucapkan kata itu.

"Kita batalin aja, mas."

"Apa?"

"Kita batalin aja, pernikahan kita."

"Jangan seperti itu, sayang. Pikirkan lagi, hm? Maafkan aku, maaf, aku sungguh tak bisa hidup jika tanpamu."

"Kalau dia tiba-tiba dateng dan bilang dia hamil anak mas, gimana?" ucap Tan sambil menangis.

Jaehwan memeluk Tan dengan erat dan mengelus punggungnya.

"Tak akan, sayang. Tidak akan."

Karena aku pakai pengaman saat itu.
Lanjut Jaehwan dalam hatinya.

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang