"Nona Tan sudah boleh pulang nanti sore, jangan lupa obatnya diminum sampai habis, dan check up setiap minggu." ucap dokter Park yang membuat kelegaan di hati seluruh orang yang ada di dalam ruang inap Tan.
"Baiklah. Terima kasih, dok." ucap Jaehwan.
"Sama-sama. Saya permisi." pamit dokter Park yang dibalas senyuman ramah keluarga Jaehwan dan Woojin.
"Jangan pergi lagi, jangan tinggalin aku lagi. Oke?" ucap Jaehwan dengan tulus.
Tan tak menjawab ucapan Jaehwan, hanya menangkupkan kedua tangannya pada pipi Jaehwan dan mengecup bibir Jaehwan dihadapan keluarga Jaehwan.
"Iyaa." ucap Tan lalu memeluk Jaehwan.
"Jadi kalian nikah besok?" celetuk Woojin.
"Iya kak." jawab Tan.
"Lagi-lagi aku baru tau. Besok-besok kalo ada kabar apa-apa langsung kabarin kakak." ucap Woojin ketus.
Tan melepas pelukannya dan memandang Woojin.
"Kakak ngambek sama Tan?" tanya Tan dengan raut polos.
"Nggak."
"Uututututuu cini pelukkk." ucap Tan sambil merentangkan kedua tangannya.
Woojin mendekat dan memeluk Tam dengan penuh kasih sayang.
"Kita menikah nanti sore saja." ucap Jaehwan tiba-tiba.
"Bilang saja sedang cemburu." ketus Woojin.
"Udah udahh.. Kalian tuh ya berdua, udah pada berumur masih aja berantem. Lagian Woojin itu sepupu Tan, masa kamu juga cemburu sih Jae?" ucap ibu Jaehwan.
"Sepupu bukan sepupu, Woojin juga pria, ibu." ucap Jaehwan.
"Jaehwan.. Jaehwan.. " ucap ayah Jaehwan sambil menggelengkan kepalanya dan tertawa.
"Habis kamu nikah, besoknya kakak langsung ke LA. Gapapa kan?" tanya Woojin pada Tan.
"Yahhh. Masa kak ujin cepet bangett." ucap Tan mengerucutkan bibirnya.
"Tidak usah sok imut di depan pria lain." ucap Jaehwan.
"Emang imut kok." bela Tan.
"Kak ujin, gak bisa seminggu lagi disini? Hmmm?" pinta Tan.
"Kaka juga maunya gitu sayang, tapi gak bisa. Maaf ya." ucap Woojin.
"Tidak usah panggil sayang, dia sudah ada yang punya." ucap Jaehwan.
"Lama-lama kau tak aku restui untuk menikah dengan Tan." ujar Woojin geram.
Jaehwan hanya terdiam menatap Tan tanpa memperdulikan Woojin yang masih dalam pelukan Tan.
"Kakak mau rapat dulu ya. Nanti sore kakak kesini." ucap Woojin sambil melepas pelukan Tan dan menatapnya.
"Iya." jawab Jaehwan.
"Aku tak bicara denganmu." ketus Woojin dan keluar dari ruang inap setelah berpamitan pada ayah dan ibu Jaehwan.
"Ibu, Tan mau pipis." rengek Tan pada Ibu Jaehwan.
"Aduh, sayang. Ibu ditelfon temen arisan ibu nih, sama Jaehwan aja ya pipisnya." ucap Ibu Jaehwan menunjukan handphone nya dan keluar dari ruang inap Tan untuk menerima telepon.
Tan bingung sekarang, dia sangat ingin mengeluarkannya, tapi bisa bahaya jika Jaehwan yang mengantarnya. Tan kaget saat Jaehwan memeluknya untuk membantu Tan berjalan menuju kamar mandi sambil membawa tiang infus Tan.
"Mas Jae-"
"Sstt. Aku tau, aku akan menahan diriku. Percayalah." ucap Jaehwan dengan tegas.
"Mas jangan liat kesini!" ucap Tan lalu melakukan kegiatannya.
"Sudah?" tanya Jaehwan saat Jaehwan mulai bosan menunggu Tan.
"Belum, susah pakenya mas." ucap Tan yang sedang kesusahan memakai celana piyamanya, sedari tadi Tan baru berhasil memakai celana dalamnya saja, dan itu pun membuat Jaehwan yang biasanya mau menunggu Tan selama apapun merasa bosan.
Jaehwan berbalik menghadap Tan dan melihat celana Tan yang belum terpasang.
"Astaga, kenapa tidak bilang, sayang? Aku bisa membantumu." ucap Jaehwan sambil membantu Tan memakai celananya dengan hati-hati.
"Aku takut mas nerkam aku, apalagi disini cuma kita berdua."
Tan menunduk membuat kada keimutannya meningkat di mata Jaehwan. Jaehwan merendahkan dirinya yang tinggi agar sejajar dengan wajah Tan.
"Kenapa bisa Tuhan menciptakan gadis sepertimu? Kau imut, namun kau juga sangat seksi sampai aku tak bisa menahan ereksiku saat sedang denganmu." ucap Jaehwan.
"Om mesum!" kesal Tan lalu berjalan keluar kamar mandi diikuti Jaehwan yang tertawa sambil membawa tiang infus Tan.
"Ranjang rumah sakit sepertinya tidak terlalu sempit, dan tempat yang sempit lebih nikmat, sayang."
"Tau ah om!"
Jaehwan mendekat pada Tan dan merapatkan tubuhnya pada tubuh Tan.
"Om!"
"Hm?"
"Jangan gini, aku takut. "
Bukan, Tan bukan takut pada Jaehwan, Tan hanya takut jantungnya lepas karena detak jantungnya terlalu cepat akibat ulah Jaehwan.
"Mas bercanda sayang."
Jaehwan tertawa dan mencium bibir Tan sebelum menjauhkan tubuhnya.
"Jangan peluk pria lain, aku tak mau pria selain aku merasakan indah lekuk tubuhmu."
"Terserah aku dong!"
Jaehwan kembali mendekat pada Tan dan meraih pinggang Tan.
"Kalau ketauan, hukumanmu.."
Ucapan Jaehwan berhenti dan tangan Jaehwan mengelus bokong indah milik Tan.
"Ihh mas nyeremin kalo lagi mesum."
"Tapi kau suka kan?"
"Kata siapa? Enggak tuh."
"Benarkah?" Ucap Jaehwan sambil meremas bongkahan pada dada kanan Tan membuat pemiliknya melenguh pelan.
"Ngghh. Mas nakal ah!" ucao Tan yang untungnya tak langsung terbuai dengan sentuhan Jaehwan.
Namun sialnya, Jaehwan yang tak bisa menahan dirinya untuk tak melanjutkan kegiatannya karena Tan tak menggunakan bra dan itu sukses membuat milik Jaehwan berdiri dengan tegak sekarang ini. Melihat puting Tan yang menegang akibat sentuhan yang dirinya sendiri berikan, membuat Jaehwan ingin menyentuh Tan lebih jauh lagi.
Jaehwan meraup bibir Tan dengan kasar dan tangan nakalnya kembali pada dada Tan, meremas dan memilin putingnya dari balik piyama yang Tan pakai.
"Shhh.. Aahh.." desah Tan setelah gagal berusaha untuk menahannya.
Tan sadar apa yang Jaehwan lakukan ini salah, ia memukul dada Jaehwan dengan sekuat tenaga yang ia punya, namun tenaganya terkuras karena Jaehwan. Tan hanya bisa menggeliat memberontak pada Jaehwan semampunya.
"ASTAGA! KIM JAEHWAN!"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018