26

10.1K 627 10
                                    

"Mas Jae.."

"Maasss.."

"Mas Jae bangun doongg.."

"Mas Jaeee.."

Tan hampir frustasi membangunkan suaminya di tengah malam, ia tau Jaehwan sedang kelelahan, tapi ia benar-benar menginginkan es krim coklat di pinggir Sungai Han kesukaannya sekarang juga.

"Mas Jaee.." panggilan Tan kian melemah dan mata indah milik Tan mulai berkaca-kaca.

"Banguunn.."

Jaehwan mulai terusik dengan guncangan dari Tan dan juga panggilan dari istri tercintanya itu, Jaehwan terbangun dengan mata sayu dan melihat Tan yang menangis menghadapnya, seketika matanya terbuka lebar seakan ada badai yang membawa rasa kantuknya pergi jauh.

"Sayang, kau kenapa? Hm?"

Jaehwan memeluk istrinya dengan erat sambil mengusap punggung Tan.

"A-aku ingin makan es krim coklat, t-tapi Mas Jae nggak bangun-bangun huhuhuuu.."

"Es krim? Malam-malam begini?"

"Mas Jae nggak mau beliin ya? Pasti Mas Jae nggak mau. Aku ngrepotin Mas Jae kan? Aku bikin Mas Jae susaahh huhuhuu.."

Tangisan Tan semakin menjadi-jadi, Jaehwan menjadi panik sendiri melihat istrinya seperti ini.

"Bukan, bukan begitu, sayang. Besok saja ya? Nanti kau sakit kalau malam-malam makan es krim. Hm?"

"Nggak mau! Aku maunya sekarang!" ucap Tan sesenggukan.

"Iya iyaa, Mas beli dulu ya es krimnya, kau tunggu di rumah, oke?"

Tan melepas pelukan Jaehwan.

"Mau ikut Mas Jae." ucap Tan memohon dengan wajah menggemaskan agar Jaehwan mau mengizinkannya ikut.

"Sayang-"

"Apa?! Mas ngga mau aku ikut?! Mas nggak mau direpotin ya? Huhuuu.."

Tan kembali menangis.

"M-maaf sayang, jangan menangis lagi, hm? Ayo ambil mantelmu, kita beli es krim."

Tan mencium bibir Jaehwan lalu berlari memakai mantelnya sambil memekik senang.

"YEYY!"

.

Jaehwan tak berhenti berpikir tentang istrinya yang sedang hamil ini. Dengan kejadian yang telah Tan alami saat kehamilan pertamanya, apa Tan sudah siap hamil lagi? Itu pertanyaan yang terus-menerus muncul di otak Jaehwan. Ia ingin sekali pergi ke dokter untuk mengecek keadaan istrinya dan mendengarkan dengan telinganya sendiri tentang bagaimana kondisi fisik dan mental Tan saat ini, ia tak mau terjadi hal buruk pada istri dan janin dalam kandungan Tan.

"Sayang." panggil Tan.

"Hm?"

Tan meraih tangan kanan Jaehwan dan memeluknya.

"Ada apa sayang?"

"Mas Jae, aku ingin makan Ramen."

"Tidak, kau tak boleh makan makanan instan seperti itu, sayang."

"Tapi yang ingin anak Mas Jae, bukan aku," lirih Tan sembari mengelus perutnya.

"Tapi ayahnya tak mengizinkan untuk membeli ramen," ucap Jaehwan tegas.

"Tapi aku minta es krimnya dua cup besar!"

"Itu terlalu banyak, sayang. Kau bisa flu."

"Aaaaa aku maunya duaaa, boleh ya Mas yaaa?" rengek Tan.

"Ya sudah, iyaa." ucap Jaehwan pasrah.

Sejak dulu sampai sekarang, Jaehwan memang paling tak bisa mendengar rengekan dari Tan rasanya ia gemas sampai tak tega untuk menolak keinginan gadisnya.

"Aku sayang Mas Jaee,"

Tan menciumi pipi Jaehwan dengan ganas.

"Sayang, aku sedang menyetir, jangan diciumi terus,"

Jaehwan terpaksa menolak ciuman dari Tan karena ia sedang menyetir, ia takut hal-hal yang tak ia inginkan terjadi. Tan terdiam menurut dengan Jaehwan.

.

"Sudah senang?" tanya Jaehwan.

Tan mengangguk sembari tersenyum. Tan dan Jaehwan kini sedang berjalan di pinggir Sungai Han, tentu saja karena keinginan Kim Tan.

"Mau apa lagi?"

Tan menggeleng lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Jaehwan.

"Kau mengantuk?"

"Iya,"

"Ayo pulang saja,"

"Nggak mau,"

"Sayang, angin malam tak baik untukmu dan bayi kita,"

"Tapi ada syaratnya,"

Tan menghentikan langkahnya lalu menghadap Jaehwan.

"Besok aku mau dateng ke nikahannya Somi, boleh ya mas?"

"Dimana?"

"Di gedung dekat SMA ku dulu, mas tau kan?"

"Ahh, iya aku tau."

"Jadi boleh kan, mas?"

Jaehwan menatap mata istrinya sembari berpikir.

"Boleh, asal aku ikut."

Raut wajah Tan berubah sendu.

"Kalau Mas Jae ikut, pasti aku dilarang ini itu nanti, aku kan pengin reunian sama teman-teman SMA ku mas,"

Jaehwan menangkup pipi Tan lalu mengecup bibir manis kesukaannya.

"Justru itu, kau sedang hamil, sayang. Kau ingat kan kalau kau pernah keguguran sebelumnya? Aku tak mau kau dan bayi kita kenapa-napa, aku mau menjagamu, aku tak mau harta paling berhargaku terluka sedikit pun," jelas Jaehwan dengan lembut.

Tan memahami kekhawatiran Jaehwan, ia juga merasa aman saat di dekat suaminya itu.

"Tapi, Mas Jae jangan liatin cewek lain disana," lirih Tan lalu memeluk Jaehwan.

Jaehwan tertawa kecil.

"Tidak akan pernah aku memandang gadis selain kau, Kim Tan."

Tan tersenyum manis pada Jaehwan.

"Ayo pulang, ibu pasti khawatir." ajak Tan.

"Ayo,"

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang