"Ibu!"
Tan berlari sambil merentangkan tangan menuju ibu Jaehwan.
"Ahh, menantuku datang. Bagaimana kabarmu, sayang?"
Ibu Jaehwan tersenyum sumringah lalu memeluk Tan dan membawa Tan ke dapur.
"Ibumu senang sekali saat Tan datang." ucap Ayah Jaehwan.
"Benar, yah. Aku yang anaknya malah diabaikan." jawab Jaehwan.
"Bagaimana keadaan Tan? Ia sudah tak bersedih lagi kan?"
"Tidak, yah. Dia sudah tak pernah menangis lagi."
"Jaga dia dengan baik dan selalu perhatikan dia, kebanyakan wanita lebih suka menyembunyikan perasaannya."
"Iya ayah."
.
"Mas Jae, tadi aku dan ibu membuat kue." ucap Tan lalu mengusel di dada Jaehwan.
"Oh ya? Kue apa? Kok aku dan ayah tidak mencicipi kuenya?"
"Kuenya gagal mas, bantet, nggak kaya perut Mas Jae yang mengembang."
"Kau ini, untung aku sayang."
Jaehwan mengelus rambut Tan yang berada di pangkuannya. Mereka sekarang berada di kamar Jaehwan, menikmati waktu berdua dengan cara saling bercerita. Tadinya Tan ingin membantu Ibu mertuanya untuk memasak makan siang, namun Jaehwan melarangnya dan menyekapnya di kamar Jaehwan saat ia masih tinggal bersama kedua orang tuanya.
"Jae! Tan sayang! Makan siang dulu sini!" teriak ibu Jaehwan dari dapur.
"Iya ibu!" balas Jaehwan.
"Huh, ibu memanggilku hanya Jae saja, sedangkan dirimu diberi embel-embel sayang. Sebenarnya aku anak ibu atau bukan sih?" ucap Jaehwan.
"Mas Jae kan bayi besarnya Kim Tan."
"Ahh, iya, bayi besarnya Tan yang bisa membuat bayi."
"Mesum!"
Jaehwan terkekeh melihat ekspresi ngambek Tan yang menggemaskan.
"Jangan marah, sayangkuu."
"Mau gendong!"
Tan berdiri dari pangkuan Jaehwan dan Jaehwan langsung menggendong Tan di punggungnya. Beruntung Jaehwan masih kuat meski sudah 31 tahun.
"Sayang, kau jangan terlalu sering meminta gendong ya?" ucap Jaehwan
"Mas Jae di ranjang doang yang kuat, aku minta gendong nggak boleh."
"Bukan tak boleh, hanya saja jangan terlalu sering, sayang."
"Iya, Mas Jaee."
"Aish kalian ini, jangan membuat ibu iri, ayahmu ini sudah tak bisa menggendong ibu seperti dulu lagi." ucap Ibu setelah Jaehwan dan Tan sampai di meja makan.
"Biar Mas Jae aja yang gendong ibu, kan Mas Jae masih kuat."
"Tapi aku tidak mau, Bu. Jangan coba-coba."
"Aish, anak macam apa kau ini."
"Ibu, setelah ini aku akan langsung pulang."
"Kenapa, Jae?" tanya ibu Jaehwan.
"Mumpung aku libur, aku ingin menikmati waktu berdua bersama Tan."
"Kalian kan bisa berduaan disini."
"Aku lebih leluasa jika di rumah, Bu."
"Ahh, Ayah paham sekarang." jawab Ayah sembari terkekeh kecil.
"Ayah memang terbaik." ucap Jaehwan tersenyum bangga pada ayahnya.
Usai makan, Jaehwan dan Tan kini berada di mobil menuju ke rumah mereka.
"Mas Jae, aku mau minta sesuatu boleh?"
"Katakan."
Tan terdiam berpikir, ia hanya memainkan seatbelt yang melintang di dadanya sebagai tanda ia ragu, ragu untuk mengatakan keinginannya pada Jaehwan.
"Mm, anu-"
"Kenapa, sayang?"
"Aku mau beli kado."
"Untuk siapa?"
"Park Jihoon."
"Park Jihoon?"
"Sahabatku yang kuliah di LA, yang waktu itu nggak sengaja ketemu di kedai tteokboki, dia ulang tahun seminggu lagi, dia juga mau pulang ke Korea."
Seketika Jaehwan mengubah ekspresinya, dan Tan tentu saja tau hal ini akan terjadi.
"Mas Jae jangan marah, aku akan memberi kadonya bersama Mas Jae, dan aku juga mau kenalin Mas Jae sebagai suamiku ke Jihoon."
"aku juga mau kenalin Mas Jae sebagai suamiku ke Jihoon."
Kalimat itu sangat ampuh untuk membuat Jaehwan akhirnya luluh dan mengabulkan permintaan Tan membeli kado untuk Jihoon.
.
Seminggu kemudian, tepatnya saat hari ulang tahun Jihoon, Tan sedang bolak-balik mengeluarkan hampir seluruh baju yang ada di lemarinya untuk ia pakai saat bertemu Jihoon.
"Sayang, apa kau tak pusing? Aku yang hanya duduk saja pusing melihat kau terus-terusan melepas dan memakai baju-baju di lemarimu itu."
"Aku harus tampil cantik di depan Jihoon."
Jaehwan berdecak tak suka.
"Memangnya dia siapamu? Kau hanya boleh cantik di depanku saja."
"Jihoon itu berjasa banget buat aku, dia yang kenalin aku ke cinta pertama aku dulu, uncchh jadi flashback kan jadinyaa." jawab Tan.
Hati Jaehwan memanas, bagaimana bisa istrinya ini mengenang mantan di depan suaminya.
Jaehwan tak menjawab perkataan Tan, ia memilih untuk keluar dari kamar.
"Mas Jae!"
Tan tersadar ucapannya itu telah membuat suaminya cemburu. Ia mengejar Jaehwan yang ternyata sedang meminum jus jeruk di dapur.
"Mas Jae! Kok minum jus jeruk sihh? Nanti lambung mas kambuh lagi loh." omel Tan.
Tan mengambil gelas di tangan Jaehwan dan menaruhnya di tempat cuci piring.
"Kalau mas Jae marah sama aku, marah aja. Jangan kaya gini, aku yakin Mas Jae pasti inget kalo mas nggak boleh konsumsi yang asem-asem."
Tan mengelus pipi gembul Jaehwan, lalu mencium bibir Jaehwan.
"Ayo siap-siap. Kan aku udah bilang kalau aku mau ngenalin Mas Jae ke Jihoon."
"Tidak lama kan?" tanya Jaehwan.
"Memangnya kenapa?"
"Kita harus menghadiri penikahan kolega bisnisku jam 2 nanti."
"Kita? Aku ikut." tanya Tan polos.
Jaehwan mengecup bibir Tan gemas.
"Tentu sayang, kau istriku, kau harus mendampingiku."
"Kalau gitu aku harus dandan yang cantik biar nggak malu-maluin Mas Jae."
"Jangan, dandan seperti biasa saja. Aku tak mau pria-pria disana menggodamu."
"Oke!"
![](https://img.wattpad.com/cover/135080388-288-k978161.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018