"Mas Jae,"
Tan mengeratkan pelukannya pada tubuh Jaehwan.
"Iya sayang?"
"Aku mau tanya, tapi Mas Jae janji jangan marah."
"Katakan."
"Mas Jae nggak pengin punya anak? Tadi aku liat Mas Jae main sama anaknya Om Minhyun, Mas Jae keliatan seneng banget, mas pasti pengin kan?"
Jaehwan seketika menghentikan kegiatannya memainkan rambut istrinya, ia menatap mata istrinya dan mencium singkat bibir Tan.
"Tentu saja aku ingin,"
"Lalu kenapa sejak aku keguguran Mas Jae selalu pakai pengaman?" lirih Tan.
"Kau masih terlalu muda, sayang."
"Mas Jae, aku kan pernah bilang sama mas, aku nggak masalah kalau Mas Jae ingin punya anak secepatnya,"
Jaehwan tersenyum tulus.
"Sayang, aku tak mau merenggut masa mudamu."
Tan menghela napas lalu mengelus pipi tembam Jaehwan.
"Mas Jae, kebahagianku ada di Mas Jae. Mas Jae bahagia, aku ikut bahagia. Mas Jae udah nunggu lama buat nikah sama aku, aku ngga mau Mas Jae juga nunggu lama buat punya anak,"
Hati Jaehwan merasa senang mendengar ucapan istrinya, ia merasa sangat bahagia memiliki istri seperti Kim Tan, parasnya cantik, hatinya pun cantik, dewasa, menggemaskan, pengertian, pintar memasak, dan juga tubuhnya yang selalu bisa memuaskan Jaehwan di ranjang.
Jaehwan melebarkan senyumannya lalu memanggutkan bibirnya pada bibir Tan dengan lembut.
"Haruskah kita mencobanya malam ini?" tanya Jaehwan.
Tan mengangguk dan melingkarkan tangannya pada leher Jaehwan.
"Buang pengaman itu, sayang." ucap Tan.
Jaehwan memindahkan tubuhnya ke atas tubuh Tan.
"Tak apa kan kalau aku sedikit kasar malam ini? Aku merindukanmu, sayang. Satu minggu kita tak melakukannya karna kau datang bulan."
"Lakukan sesukamu, Jaehh. Nghh."
.
"Mas Jae, bangun sayang."
Tan berusaha membangunkan suaminya yang tertidur lelap. Ia mengelus pipi tembam Jaehwan sesekali mencubitnya dengan lembut.
"Sayang, udah pagi, Mas Jae ngga kerja? Hm?"
"Aku ingin di rumah saja bersamamu.." rengek Jaehwan dengan suara parau.
"Mas Jae, kemarin kan mas bilang hari ini ada meeting penting. Ayo bangun."
Bukannya bangun, Jaehwan malah memeluk Tan dengan erat.
"Istriku wangi sekali.." ucap Jaehwan sembari mengendus leher Tan.
"Aku kan udah mandi, udah bikinin Mas Jae sarapan juga, ayo bangun sayang."
"Mmmm tidak mauu."
Jaehwan menggeleng, sebenarnya Tan tidak tega membangunkan Jaehwan, apalagi suaminya ini bertingkah menggemaskan seperti anak kecil.
"Harus mau, sayaang. Ayo."
"Aaaa tidak mauu."
Jaehwan terus merengek pada istrinya.
"Aku janji akan datang ke kantor Mas Jae nanti siang. Oke?"
"Janji?"
"Iya bayi besarku."
Tan mengecup bibir Jaehwan dan bergegas menyiapkan pakaian kerja untuk Jaehwan.
Jaehwan yang masih terduduk di ranjangnya meringis melihat cara berjalan Tan yang sedikit tertatih karena ulahnya tadi malam.
Setelah Jaehwan mandi, ia turun ke lantai bawah menuju meja makan. Ia menemukan istrinya sedang membuatkan teh hangat untuknya. Ia memeluk Tan dari belakang.
"Seharusnya kau bangun lebih siang hari ini." ucap Jaehwan.
Tan langsung paham dengan apa maksud ucapan Jaehwan. Tan tak bisa memungkiri bahwa ia kelelahan karena Jaehwan bermain sampai jam 3 pagi, dan juga milik Tan terasa perih karena Jaehwan bermain kasar.
"Kau pasti lelah. Hm?" tanya Jaehwan.
"Selelah apapun, aku harus tetap melayani suamiku dengan baik."
Tan membalikkan tubuhnya lalu mengecup pipi Jaehwan.
"Apa aku terlalu kasar semalam?"
Tan menggeleng dan tersenyum.
"Asal suamiku ini senang, aku tak masalah," ucap Tan sembari merapikan dasi dan jas Jaehwan.
"Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, Kim Tan."
Tan tersenyum tulus pada Jaehwan.
"Mas Jae, cepat dimakan sarapannya, nanti mas terlambat."
"Biar saja, aku kan pemilik perusahaannya, tak akan ada yang bisa memecatku."
"Tapi kan Mas Jae harus ngasih contoh yang baik buat karyawan Mas Jae."
Tan mencubit lembut pipi Jaehwan.
"Iya istriku sayang."
Tan tersenyum.
"Mas Jae mau aku masakin apa buat makan siang?"
"Apa saja yang penting istriku yang memasak." ucap Jaehwan lalu mengecup bibir istrinya.
Ia bergegas memakan sarapannya dan berangkat ke kantor.
"Mas Jae hati-hati, jangan ngebut."
"Iyaa. Kau juga hati-hati saat perjalanan ke kantorku nanti. Jangan pergi sendiri, pergi dengan supir. Paham?"
Tan mengangguk.
"Sini peluk dulu."
Jaehwan terkekeh lalu memeluk pinggang Tan dengan erat.
"Tumben sekali istriku ini minta peluk."
"Tidak boleh?"
"Tentu saja boleh, sayangku."
"Aku suka di peluk Mas Jae."
"Aku lebih suka kau mendesah dibawahku, sayang."
Tan melepas pelukannya dan memukul lengan Jaehwan.
"Mesum! Sudah sana berangkat!"
"Cium aku dulu. Aku kan butuh tenaga untuk menunggumu sampai siang nanti."
Jaehwan memajukan bibirnya.
Tan mengecup bibir Jaehwan karena gemas dengan wajah Jaehwan. Jaehwan tersenyum puas dan berjalan menuju mobilnya untuk berangkat ke kantor.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
Fiksi PenggemarPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018