"Pengemudi dan penumpang dalam mobil milik anda terlihat kecelakaan dan dinyatakan tewas seketika oleh tim kepolisian,"
Satu kalimat yang membuat Jaehwan tak bisa menopang tubuhnya sendiri saat ini, ia terduduk lemas pada sofa di ruangannya. Gadisnya, bagaimana gadisnya jika ia tanpa kedua orangtuanya, bagaimana gadisnya saat ia tau bahwa orangtuanya telah tiada.
Jaehwan berlari menuju basement membuat para karyawan yang berpapasan dengannya mengernyit bingung melihat pria dengan jabatan tertinggi di kantor ini sedang berlari dengan wajah gusar.
"Angkat telfonnya, sayang," geram Jaehwan saat Tan tak kunjung menerima telfonnya membuat ia semakin khawatir pada Tan.
"Lee Tan, ia sudah pergi ke Hwayang menggunakan bis, tadi ada anggota kepolisian yang memberitahu bahwa orang tuanya kecelakaan," ucap satpam sekolah Tan.
Jaehwan kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju Hwayang. Ia bahkan hampir menabrak pejalan kaki karena ia ugal-ugalan.
Sesampainya di rumah sakit, ia menghentikan larinya setelah ia melihat gadis berpakaian sekolah sedang terduduk melamun di sebuah lorong sunyi, menatap kosong apapun yang ada di hadapannya. Jaehwan duduk secara perlahan di samping Tan.
Tangis Tan pecah saat Jaehwan memeluknya. Jaehwan memeluk Tan dengan erat, ia memegangi kepala Tan yang bersandar lemas di bahunya sembari sesekali menciumi puncak kepala gadisnya. Hati Jaehwan begitu sakit mendengar gadisnya menangis pilu seperti sekarang ini, hatinya seakan teriris pisau tajam.
"O-om Jae," ucap Tan sesenggukan.
"Hm? Aku disini, sayang. Aku disini,"
"O-om jangan pergi, a-aku butuh o-om Jae, aku butuh om,"
Tan membalas pelukan Jaehwan dengan erat, ia memegang kuat jas kerja yang Jaehwan pakai.
"Iya sayang, aku disini, aku selalu bersamamu,"
Usai pemakaman pun, Tan belum mau beranjak dari makam kedua orang tuanya, ia hanya terdiam sesekali mengeluarkan air matanya.
"Sayang, ayo pulang,"
Tan menggeleng pelan.
"Aku mau disini, aku nggak mau sendirian, aku maunya sama papah sama mamah,"
"Lee Tan, kau tak sendiri, ada aku, ada ibu, ayah, ada Hyuna dan Hyunseung juga." Jaehwan menghentikan ucapannya saat Tan tiba-tiba memeluknya, ini kali pertama Tan memeluk Jaehwan terlebih dahulu, ia gugup namun disisi lain ia senang karena merasa menjadi tempat berlindung kekasihnya ini.
"Sayang, dengarkan aku, kau boleh sedih, tapi jangan berlarut-larut seperti ini, kau harus ikhlas agar orang tuamu juga bisa tenang disana, papah pernah bilang kan kalau kau harus nurut padaku?" lanjut Jaehwan sembari mengelus punggung Tan.
Tan mengangguk lemas.
"Sekarang pamit dulu dengan papah mamah," ucap Jaehwan dengan lembut melepaskan pelukan mereka.
"Mamah papah, aku pergi dulu ya, nanti aku kesini lagi, aku janji bakal nurut sama Om Jae kayak yang kalian suruh, baik-baik ya mah, pah," ucap
Tan sembari mengelus nisan kedua orang tuanya lalu berjalan mendekati Jaehwan."Om udah pamit?" tanya Tan.
"Sudah, di dalam hati, gadisku ini tak boleh tau apa yang aku bilang pada orang tuamu," ucap Jaehwan sembari mencubit pipi Tan lalu perlahan menuntun Tan untuk berjalan keluar dari pemakaman.
"Ihh jangan cubit pipi aku, nanti jadi melar kaya pipi Om," ucap Tan.
"Sini aku cium agar pipimu kempes lagi," ucap Jaehwan lalu menunduk untuk mencium pipi Tan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018