24

11.5K 657 9
                                    

"Gamau tau pokoknya lo harus dateng di nikahan gue! Titik! Awas aja kalo nggak dateng, bukan temen gue lagi!" ucap Somi.

Tan saat ini sedang berkumpul dengan teman-teman kuliahnya sebelum pergi ke kantor Jaehwan. Ia berencana memasak makan siang untuk Jaehwan di apartemen Somi, tempat mereka berkumpul sekarang.

"Gue ijin suami dulu, Som."

"Lagian masa lo nggak dateng di nikahan mantan lo sih, Tan. Sekalianlah kita nyalon bareng, lo tuh nggak pernah hang out bareng kita sejak lo nikah," ucap Chungha.

"Bener tuh, dikurung mulu, emang enak?" ucap Yeonjung.

"Enaklah, apalagi dikurungnya di kamar," ucap Yoojung.

"Taik lo! Kurang-kurangin kek main ama om-om, skripsi tuh kerjain! Gue nggak pernah pacaran ya sama Samuel. Gue sama dia tuh sering kelompok bareng, makanya nempel mulu!"

"Iya deh iyaa, pokoknya harus dateng lo!"

"Gue usahain, Som."

.

"Selamat datang, Nyonya Kim."

Tan membalas sambutan karyawan Jaehwan dengan senyuman.

"Tuan Kim sedang ada di ruangannya, nyonya."

"Terimakasih," ucap Tan.

Tan melangkahkan kakinya menuju ruangan Jaehwan.

"Mas Jae!"

Jaehwan mendongakkan kepalanya ke arah pintu untuk memastikan bahwa kesayangannya yang datang.

"Kenapa lama sekaliii?" rengek Jaehwan.

Jaehwan mendekati Tan lalu memeluk istrinya.

"Maaf, tadi aku main sama teman-teman kuliah aku, sampai lupa kalau aku udah janji mau kesini, hehe. Maaf ya suamiku sayang,"

"Main? Kenapa tak bilang padaku?" ucap Jaehwan.

Jaehwan melepas pelukannya dan menatap tajam mata istrinya.

"Aku udah telfon Mas Jae, tapi nomer Mas Jae nggak aktif, akhirnya aku telfon sekretaris Mas Jae, katanya mas lagi rapat, yaudah aku titip pesan aja kalo aku mau main."

"Tapi aku tak mendengar apapun dari Sewoon."

"Mungkin sekretaris mas lupa,"

"Tetap saja aku tak suka kau seperti ini, kalau ada apa-apa bagaimana," ucap jae.

"Mas, aku kan main juga dianterin dan ditungguin sama supir, Mas Jae jangan marah-marah ya,"

Jaehwan menghela napas. Tan memeluk Jaehwan untuk menenangkan hati suaminya ini.

"Maaf,"

"Lain kali jangan seperti ini lagi, pokoknya kau harus ijin padaku, kau jangan pergi sebelum aku menerima telfonmu langsung, aku harus mendengar bahwa kau akan pergi dari mulutmu sendiri, bukan dari sekretaris atau siapapun, kalau perlu kau datang kesini untuk meminta ijin dariku," omel Jaehwan.

"Iyaa suamiku, sekarang ayo makan dulu,"

Tan mengecup bibir Jaehwan agar amarahnya mereda. Ia menggandeng Jaehwan untuk duduk di sofa dan menyiapkan bekal buatannya.

Saat Jaehwan sedang makan dengan lahap, Tan teringat dengan pernikahan Somi dan Samuel, namun ia tak yakin untuk meminta izin pada Jaehwan sekarang mengingat Jaehwan baru saja marah padanya. Tan sangat ingat bahwa suaminya ini seringkali cemburu karena Samuel saat mereka masih berpacaran dahulu, meski Jaehwan tau bahwa Samuel tak memiliki hubungan apapun dengan Tan, namun tetap saja Samuel adalah pria yang harus Jaehwan hindari dari Tan. Apa lagi, Samuel seumuran dengan Tan, ia juga tampan meski tingkat kemapanannya sangat jauh dibandingkan dengan Jaehwan.

"Enak nggak?"

Jaehwan mengangguk dengan pipi penuh oleh makanan, membuat Tan gemas lalu mengecup pipi Jaehwan.

Tok tok tok

"Permisi,"

"Sewoon? Ada apa?" tanya Tan.

Jaehwan yang masih sibuk makan hanya mendengarkan saja.

"Choi Seungcheol ingin bertemu dengan Tuan dan Nyonya Kim malam hari nanti,"

"Denganku juga?"

"Iya, Nyonya."

Jaehwan hanya mengangguk dan Sewoon keluar ruangan setelah mendapatkan jawaban dari Jaehwan.

"Choi Seungcheol? Sepertinya aku tak asing dengan nama itu," ucap Tan.

Tan mencoba mengingat siapa Choi Seungcheol itu.

"Choi Seungcheol, 34 tahun, CEO YoonChoi Corp. Dia yang pernah meminta aku menikah dengannya untuk membayar hutang ayah,"

"Darimana kau tau profilnya?"

"Aku pernah iseng baca dokumen Mas Jae, dan Mas Jae tau kan kemampuan memori aku kaya gimana? Mas Jae, kita jangan temui dia ya," ucap Tan memohon pada Jaehwan.

"Kenapa?"

"Aku takut,"

"Ada aku, sayang."

Tan hanya mengangguk lemas menuruti perintah Jaehwan untuk datang menemui Choi Seungcheol.

.

"Lama tak berjumpa, Lee Tan. Ahh, sekarang sudah menjadi Kim Tan ya, aku lupa, maaf."

Tan hanya terdiam tak membalas sapaan Seungcheol. Tangan Tan ia kaitkan dengan erat pada tangan Jaehwan.

"Ada apa kau meminta aku dan istriku untuk menemuimu?"

"Aku hanya rindu dengan wajah cantik istrimu, Kim."

Jaehwan memberikan tatapan tajamnya pada Seungcheol.

"Apa maksudmu?"

"Tak ada maksud apapun, sebenarnya aku ingin sekali merebut istri kesayanganmu ini, jika aku mengancam dengan saham, sayangnya kau tak akan bangkrut, kau jauh lebih sukses dari aku, Kim."

"Mau kau mengambil seluruh hartaku pun aku tak akan melepaskan istriku, Choi. Aku akan terus memenuhi kebutuhannya walaupun aku harus menjual organ tubuhku,"

Mereka saling menatap tajam satu sama lain, Tan mengeratkan pelukannya pada lengan Jaehwan berharap bisa meredakan sedikit emosi Jaehwan.

"Kau sangat mencintai istrimu, Kim. Padahal dia miskin, kau yakin kau mencintainya? Atau kau hanya mencintai tubuhnya?"

"Aku bukan kau, Choi Seungcheol. Aku bukan kau yang selalu bermain dengan wanita yang berbeda,"

"Benarkah? Lalu siapa Im Nayeon, Kim Jaehwan? Kau tak mengenalnya?" Tanya Seungcheol sinis.

"Mas Jae, ayo pulang,"

"Lihat. Istrimu tak betah disini, Kim. Atau karena aku membahas jalangmu?"

Seungcheol mengeluarkan smirknya untuk memancing amarah Jaehwan.

"Bajingan kau, Choi." geram Jaehwan.

Tan terkejut, baru pertama kali ini ia mendengar Jaehwan mengumpat seperti tadi.

"Mas Jae, lihat aku."

Tatapan Jaehwan melembut seketika saat melihat Tan. Tan menangkup pipi Jaehwan dan mengecup bibir Jaehwan berkali-kali.

"Dengerin aku, orang di depan Mas Jae ini cuma bikin mas emosi, ayo pulang, sayang. Jangan peduliin dia, aku nggak akan pergi dari Mas Jae, aku sayang sama Mas Jae, aku cinta sama Mas Jae,"

Jaehwan menghela napas lalu kembali menatap tajam Seungcheol.

"Kau dengar ucapan istriku kan? Aku pergi,"

Jaehwan dan Tan hampir berbalik untuk pulang.

"Jaga istrimu dengan baik, Kim."

Jaehwan menatap Seungcheol bingung.

"Aku memang mencintai istrimu, daripada merebutnya, aku lebih suka melihatnya bahagia." ucap Seungcheol menatap tulus Tan.

"Terimakasih, Om. Makasih udah ngerti kalau bahagiaku ada di Mas Jaehwan." ucap Tan tersenyum pada Seungcheol.

My Posessive JaehwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang