"Sayang, aku pulang!"
Jaehwan memasuki rumahnya sambil membawa bungkusan berisi tteokpoki kesukaan istrinya. Tan sudah pulang ke rumah sejak kemarin. Tadinya, Jaehwan tak ingin pergi bekerja karena masih khawatir dengan mental Tan, namun istri cantiknya itu meyakinkan Jaehwan bahwa ia tak apa.
Tak ada sahutan saat ia pulang membuat Jaehwan khawatir, ia takut Tan melakukan hal yang tidak-tidak. Jaehwan meletakan bungkusan tteokpoki di meja makan lalu menuju kamar. Ia menghela nafas lega saat melihat istrinya sedang berdiri merenung sambil menatap langit. Ia mendekati Tan dan memeluk pinggang Tan dari belakang.
"Mas sudah pulang?" ucap Tan dengan suara serak.
Jaehwan membalik tubuh Tan dan segera menangkup wajah istrinya.
"Kau menangis?"
Tan tak menjawab dan ia menubrukan tubuhnya pada tubuh Jaehwan, memeluknya dengan erat. Jaehwan mengelus punggung Tan dengan lembut berusaha untuk menenangkan Tan.
"Perutmu sakit lagi?"
Tan menggeleng.
"Kau harus ikhlas, bukankah kemarin mama dan papa bilang kalau anak kita bahagia di atas sana? Nanti akan ada waktunya kita akan bermain bersama dan juga ditambah dengan anak-anak kita yang lain. Jangan sedih, nanti bayi kita juga ikut sedih."
Ucapan Jaehwan membuat Tan lebih tenang. Ia melonggarkan pelukannya pada Jaehwan lalu mencium pipi tembam kesukaannya.
"Terimakasih, suamiku."
Jaehwan tersenyum lebar mendengar Tan yang dengan indah menyebut Jaehwan sebagai suaminya. Jaehwan mengecup bibir Tan berkali-kali lalu kembali memeluk Tan.
"Mas Jae mandi dulu, baru peluk-peluk lagi. Aku sudah menyiapkan air panas dari tadi." ucap Tan.
"Baiklah. Aku membeli tteokpoki kesukaanmu."
"Waahh! Benarkah? Aku akan menghangatkannya selagi Mas Jae mandi." ucap Tan dengan riang.
Tan berlari keluar kamar menuju dapur, ia memekik senang saat melihat bungkusan tteokpoki yang seolah bersinar. Ia menghangatkan tteokpoki dan dengan cekatan membuat makan malam untuk Jaehwan.
"Sayang, kau lihat map merah tidak?"
Jaehwan keluar dari kamar sembari masih mengeringkan rambutnya.
"Map merah yang ada tulisan YMC ya, Mas? Ada di meja Mas Jae, coba mas cari lagi."
"Mejaku?"
"Iya, sayang."
Jaehwan mengulum senyum mendengar panggilan sayang dari istrinya, ia mendekat pada istrinya yang sedang sibuk memasak dan memeluknya. Ia rasa, istrinya lebih penting dari pada mencari berkas perusahaan yang akan ia cabut saham miliknya itu.
"Mas Jae, mas duduk aja di meja, jangan ganggu aku masak."
Jaehwan menggelengkan kepalanya.
"Tidak mau, aku merindukanmu." rengek Jaehwan.
"Sebentar lagi selesai, sayang. Akan lebih cepat lagi kalau mas duduk manis di meja makan."
"Baiklah." ucap Jaehwan mengalah.
Sesaat setelah Jaehwan duduk, Tan langsung menata makanan yang telah ia masak di meja makan dan mengambilkan makanan untuk Jaehwan.
Tan duduk di sebelah Jaehwan dan mendekatkan kursinya pada kursi Jaehwan. Sembari memperhatikan Jaehwan makan, jari-jari Tan mengelus bagian bawah mata Jaehwan yang sedikit menghitam.
"Apa perusahaan sedang tak baik?" tanya Tan dengan lembut.
"Hm, ada masalah di kantor. Kau tak perlu memikirkannya, sayang."
"Jangan bekerja terlalu keras, aku tak mau mas kelelahan dan jatuh sakit."
"Tak akan, sayang. Percaya padaku."
.
Esok harinya, Tan berencana untuk mendatangi kantor Jaehwan, ia telah membuat makan siang spesial untuk suami tercintanya. Ia pergi diantarkan supir yang Jaehwan pekerjakan khusus untuk mengantarnya saat Jaehwan sibuk.
Seluruh pegawai yang berada di lobi seketika menunduk hormat saat Tan lewat, dan seperti biasanya, Tan akan membalas senyuman mereka.
"Apa Presdir Kim sedang sibuk?"
"Dia ada di ruangannya, Nyonya."
"Baiklah. Kau pasti melewatkan jam makan kalian, ya?"
"M-maksud Nyonya?"
"Cuaca dingin membuat kita cepat lapar, aku mendengar suara perutmu tadi." ucap Tan terkekeh.
"Maaf, Nyonya."
"Tak apa, makanlah dengan baik."
Tan melangkahkan kakinya menuju ruangan Jaehwan.
"Sudah ku bilang selesaikan masalah ini! Penjarakan mereka yang korupsi! Kalian telah ku perintahkan dari kapan, hah?! Kenapa sampai sekarang belum dilakukan?! Keluar!"
Tan yang masih berada di pintu ruangan Jaehwan menunda untuk masuk karena mendengar amarah Jaehwan. Tiga orang karyawan Jaehwan keluar dari ruangan dan membungkuk hormat pada Tan.
Tan langsung memasuki ruangan Jaehwan dan menemukan Jaehwan yang menangkupkan wajahnya di meja kerja. Tan mendekat pada Jaehwan dan mengelus rambut suaminya.
"Mas."
"Eoh, kau datang, sayang."
Tan hanya tersenyum dan menarik Jaehwan ke dalam pelukannya. Tan masih tetap mengelus kepala Jaehwan yang berada di perutnya. Jaehwan memejamkan matanya, memanfaatkan kehangatan sang istri untuk membuang lelah dan amarahnya.
"Mas capek ya?"
"Hm."
"Makan dulu yuk, aku masak makanan kesukaan Mas Jae."
Jaehwan mengangguk dan Tan menarik suaminya untuk duduk di sofa. Tan segera mempersiapkan makanan dan menyuapi Jaehwan dengan telaten, setelah selesai makan, Jaehwan kembali memeluk Tan.
"Kalau mas capek, jangan dipaksa, ayo pulang, istirahat di rumah. Hm?"
"Perusahaan sedang sibuk, sayang. Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaanku. Aku bekerja untukmu, sayang."
Tan menghela nafas setelah mendengar ucapan Jaehwan.
"Jangan terlalu capek kerja, aku pernah bilang kan, yang bikin aku bahagia itu Mas Jaehwan, bukan uang Mas Jaehwan."
"Aku tau sayang, tapi-"
"Oke oke, tapi mas harus janji sama aku." ucap Tan memotong perkataan Jaehwan
"Katakan."
"Setelah perusahaan stabil, Mas Jae ambil cuti, Mas harus istirahat, liat, Mas Jae tambah kurus,"
Tan menciumi pipi Jaehwan dengan gemas.
"Pipi mas juga hilang, tak seempuk yang dulu."
Jaehwan terkekeh melihat tingkah Tan yang menggemaskan.
"Iyaa aku janji akan mengambil cuti."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Posessive Jaehwan
FanfictionPosesif dan mesum, itulah Kim Jaehwan. Started : 22 Januari 2018 Finished : 9 Agustus 2018